Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 10: Doa dan Wahyu Pribadi


Bab 10

Doa dan Wahyu Pribadi

“Adalah hak istimewa anak-anak Allah untuk datang kepada Allah dan mendapatkan wahyu.”

Dari Kehidupan Joseph Smith

Sampai pada bulan Juni 1829, banyak peristiwa penting dalam menyingkapkan pemulihan Injil telah terjadi. Surga telah dibukakan pada waktu Penglihatan Pertama dan Allah telah kembali berbicara kepada manusia di bumi. Nabi Joseph Smith telah menerima lemping-lemping Kitab Mormon dan sedang menerjemahkan pesan kudusnya. Imamat kudus telah dipulihkan, dan tata cara pembaptisan telah tersedia bagi anak-anak Allah. Masing-masing dari peristiwa ini terjadi sebagai jawaban atas doa sewaktu Nabi mencari bimbingan dari Tuhan.

Sewaktu pekerjaan penerjemahan hampir selesai, Nabi sekali lagi mencari arahan dari Tuhan. Karena Moroni telah menginstruksikan Joseph untuk tidak memperlihatkan lemping-lemping itu kepada siapa pun kecuali dia diperintahkan untuk melakukannya, Joseph merasa amat kesepian dan sangat terbebani dengan tanggung jawabnya sewaktu dia menerjemahkan lemping-lemping itu. Meskipun demikian, dia telah menemukan dari catatan itu sendiri bahwa Tuhan akan menyediakan tiga orang saksi khusus yang akan bersaksi pada dunia bahwa Kitab Mormon adalah benar (lihat 2 Nefi 11:3; Eter 5:2–4).

“Hampir langsung setelah kami mendapatkan temuan ini,” kenang Joseph Smith, “terpikir oleh Oliver Cowdery, David Whitmer, dan … Martin Harris (yang telah datang untuk menanyakan mengenai kemajuan kami dalam pekerjaan tersebut) bahwa mereka ingin saya bertanya kepada Tuhan untuk mengetahui apakah mereka boleh mendapatkan dari-Nya hak istimewa untuk menjadi ketiga saksi khusus ini.”1 Nabi berdoa meminta arahan dan menerima wahyu yang menyatakan bahwa ketiga pria tersebut akan diizinkan untuk melihat lemping-lemping tersebut, demikian juga dengan pedang Laban, Urim dan Tumim, serta Liahona (lihat A&P 17).

Beberapa hari sesudahnya, Nabi dan ketiga pria ini pergi ke dalam hutan di dekat rumah keluarga Whitmer di Fayette, New York, dan mulai berdoa agar hak istimewa yang besar ini dikabulkan kepada mereka. Martin menarik diri, merasa tidak layak. Nabi mencatat apa yang kemudian terjadi: “Kami … belum lagi bermenit-menit terlibat dalam doa, ketika saat itu kami melihat seberkas cahaya di atas kami di udara, yang amat terang benderang; dan lihatlah, seorang malaikat [Moroni] berdiri di hadapan kami. Dalam tangannya dia memegang lemping-lemping yang kami doakan agar mereka ini dapat melihatnya. Dia membukabuka lembarannya satu demi satu, agar kami dapat melihatnya, serta membedakan ukiran-ukiran di atasnya dengan jelas.”2 Para pria ini juga mendengar suara Allah bersaksi mengenai kebenaran penerjemahannya dan memerintahkan mereka untuk memberikan kesaksian mengenai apa yang telah mereka lihat dan dengar. Joseph pergi mencari Martin, yang sedang berdoa di tempat lain di hutan itu. Mereka berdoa bersama dan melihat penglihatan yang sama dan mendengar suara yang sama.

Ibu Joseph Smith, yang sedang mengunjungi Nabi di Fayette pada waktu ini, mengenang sukacita dan rasa lega putranya setelah pernyataan ini: “Ketika Joseph datang masuk [ke dalam rumah keluarga Whitmer], dia menghempaskan dirinya di sisi saya. ‘Ayah! Ibu!’ katanya, ‘kalian tidak tahu betapa berbahagianya saya. Tuhan telah menyebabkan lemping-lemping itu diperlihatkan kepada tiga orang lain selain diri saya, yang juga telah melihat seorang malaikat dan harus bersaksi mengenai kebenaran dari apa yang telah saya katakan, karena mereka telah mengetahui bagi diri mereka sendiri bahwa saya tidak pergi kian ke mari menipu orang. Dan saya memang merasa seolah saya dilegakan dari suatu beban mengerikan yang hampir saja terlalu berat untuk saya tanggung. Tetapi mereka kini harus ikut menanggung beban, dan itu membuat jiwa saya bersukacita bahwa saya tidak lagi harus sepenuhnya sendirian di dunia ini.’”3

Di sepanjang kehidupannya, Joseph Smith akan berpaling kepada Allah dalam doa untuk mencari bantuan serta bimbingan yang dibutuhkannya. Doa merupakan bagian yang amat penting dalam kehidupan Joseph Smith. Seorang anggota Gereja mengenang saat mendengarnya berdoa di Kirtland, Ohio, pada saat menghadapi kesulitan pribadi yang besar: “Belum pernah hingga saat itu saya mendengar seseorang berbicara kepada Penciptanya seolah-olah Dia hadir mendengarkan sebagai seorang ayah yang baik hati akan mendengarkan duka seorang anak yang penurut …. Tidak ada sikap pamer, tidak ada peninggian suara karena semangat, tetapi suatu nada berbincang-bincang yang sederhana, seperti seseorang berbicara kepada seorang teman yang hadir. Tampak bagi saya seolah-olah, seandainya tabir diambil, saya dapat melihat Tuhan berdiri menghadapi hamba-Nya yang paling rendah hati yang pernah saya lihat.”4

Ajaran-Ajaran Joseph Smith

Allah akan mendengar doa-doa kita dan berbicara kepada kita hari ini, sama seperti Dia berbicara kepada para Orang Suci zaman dahulu.

“Melihat bahwa Tuhan tidak pernah memberikan kepada dunia suatu pemahaman melalui apa pun yang sejauh ini telah diwahyukan bahwa Dia telah berhenti berbicara kepada makhluk-makhluk-Nya ketika dicari dengan cara yang pantas, mengapa perlu dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa bahwa Dia berkenan untuk berbicara lagi pada zaman akhir ini demi keselamatan mereka?

Barangkali Anda mungkin terkejut atas pernyataan ini, bahwa saya berkata demi keselamatan makhluk-Nya pada zaman akhir ini, karena kita telah memiliki dalam kepemilikan kita jilid-jilid dalam jumlah besar firman-Nya yang telah diberikan-Nya sebelumnya. Tetapi Anda akan mengakui bahwa firman yang disampaikan kepada Nuh tidaklah memadai bagi Abraham, atau tidaklah dituntut dari Abraham untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan mencari warisan di negeri asing berdasarkan firman yang disampaikan kepada Nuh, tetapi bagi dirinya sendiri dia mendapatkan janji-janji di tangan Tuhan dan berjalan dalam kesempurnaan itu bahwa dia disebut sahabat Allah. Ishak, benih keturunan yang dijanjikan, tidaklah dituntut untuk menyandarkan harapannya pada janji-janji yang dibuat kepada ayahnya, Abraham, tetapi diberi hak istimewa dengan kepastian akan diterimanya dia dalam pandangan surga melalui suara langsung dari Tuhan kepadanya.

Jika seseorang dapat hidup berdasarkan wahyu yang diberikan kepada yang lainnya, tidakkah saya dapat dengan pantas bertanya, mengapa ada perlunya, kalau demikian, Tuhan berbicara kepada Ishak seperti yang dilakukan-Nya, sebagaimana tercatat dalam pasal ke-26 Kitab Kejadian? Karena Tuhan di sana mengulangi, atau tepatnya menjanjikan lagi, untuk melaksanakan sumpah yang telah diucapkan-Nya sebelumnya kepada Abraham. Dan mengapa pengulangan ini kepada Ishak? Mengapa janji yang pertama tidak sama pastinya bagi Ishak seperti bagi Abraham? Bukankah Ishak putra Abraham? Dan tidak dapatkah dia menempatkan keyakinan penuhnya dalam perkataan ayahnya sebagai seorang insan Allah? Mungkin Anda dapat mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang amat istimewa dan berbeda dari orang-orang di zaman akhir ini; karenanya, Tuhan memberinya berkat-berkat yang istimewa dan berbeda, seperti dia itu berbeda dari orang-orang pada zaman ini. Saya mengakui bahwa dia adalah seseorang yang istimewa dan bukan saja diberkati secara istimewa, tetapi amat diberkati. Tetapi segala keistimewaan yang dapat saya temukan pada orang tersebut, atau segala perbedaan antara dia dan orang-orang di zaman ini, adalah bahwa dia lebih kudus dan lebih sempurna di hadapan Allah dan datang kepada-Nya dengan hati yang lebih murni dan iman yang lebih besar daripada orang-orang di zaman ini.

Yang sama dapat dikatakan mengenai topik sejarah Yakub. Mengapakah Tuhan berfirman kepadanya mengenai janji yang sama setelah Dia membuatnya sekali kepada Abraham dan memperbaruinya kepada Ishak? Mengapa Yakub tidak dapat bersandar dengan rasa puas pada firman yang disampaikan kepada leluhurnya?

Ketika waktu janji itu semakin dekat bagi pembebasan anakanak Israel dari tanah Mesir, mengapakah perlu bahwa Tuhan mulai berfirman kepada mereka? Janji atau firman kepada Abraham adalah bahwa benih keturunannya akan berada dalam penawanan dan menderita empat ratus tahun, dan setelah itu mereka akan keluar dengan banyak harta benda. Mengapa mereka tidak bersandar pada janji ini dan, ketika mereka berada di Mesir dalam penawanan empat ratus tahun, keluar tanpa menunggu untuk wahyu selanjutnya, namun bertindak sepenuhnya berdasarkan janji yang diberikan kepada Abraham bahwa mereka akan keluar? …

… Saya boleh percaya bahwa Henokh berjalan dengan Allah. Saya boleh percaya bahwa Abraham berkomunikasi dengan Allah dan bercakap-cakap dengan para malaikat. Saya boleh percaya bahwa Ishak mendapatkan suatu pembaruan dari perjanjian yang dibuat kepada Abraham melalui suara langsung Tuhan. Saya boleh percaya bahwa Yakub berbincang dengan para malaikat kudus dan mendengar suara Penciptanya, bahwa dia bergumul dengan malaikat hingga dia menang dan mendapatkan sebuah berkat. Saya boleh percaya bahwa Elia dibawa ke surga dalam sebuah kereta berapi dengan kuda-kuda berapi. Saya boleh percaya bahwa jemaat gereja Ibrani datang ke Bukit Sion dan ke kota Allah yang hidup, Yerusalem yang surgawi, dan ke rombongan malaikat yang tak terhitung jumlahnya. Saya boleh percaya bahwa mereka memandang ke dalam kekekalan dan melihat Hakim semua orang, dan Yesus, Perantara dari perjanjian yang baru.

Tetapi apakah semua ini akan memberikan suatu kepastian bagi saya, atau menghembus saya ke alam kekekalan dengan pakaian saya tak bernoda, murni, dan putih? Atau, bukankah semestinya saya mendapatkan bagi diri saya sendiri, melalui iman dan ketekunan saya sendiri dalam mematuhi perintahperintah Tuhan, suatu kepastian akan keselamatan bagi diri saya sendiri? Dan tidakkah saya memiliki hak istimewa yang setara dengan para orang suci zaman dahulu? Dan tidakkah Tuhan akan mendengar doa-doa saya dan mendengarkan seruan saya segera setelah Dia mendengarkan doa dan seruan mereka jika saya datang kepada-Nya dengan cara seperti mereka?”5

Kita dapat menjadikan semua yang kita lakukan sebagai suatu topik doa.

Sarah Granger Kimball melaporkan: “Di Sekolah para Nabi …, sewaktu Joseph Smith memberikan instruksi kepada para saudara, dia memberi tahu mereka untuk menjadikan semua yang mereka lakukan sebagai suatu topik doa.”6

“Berupayalah untuk mengenal Allah di tempat tersembunyi Anda, panggillah Dia di ladang. Ikutilah arahan Kitab Mormon, serta berdoalah mengenai, dan bagi keluarga Anda, sapi Anda, kumpulan ternak Anda, kawanan binatang peliharaan Anda, jagung Anda, dan semua hal yang Anda miliki [lihat Alma 34:18–27]; mintalah berkat Allah bagi segala pekerjaan Anda, dan segala hal yang di dalamnya Anda terlibat.”7

“Janganlah melalaikan tugas Anda di dalam keluarga Anda, tetapi mintalah kepada Allah berkat-berkat-Nya bagi diri Anda dan keluarga Anda, atas kawanan dan kumpulan ternak, serta semua yang berhubungan dengan Anda—agar Anda boleh memiliki kedamaian dan kemakmuran—dan sementara Anda melakukan ini, ‘berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: ‘biarlah orangorang yang mencintaimu mendapat sentosa’ [lihat Mazmur 122:6.]”8

Sebuah doa yang dicatat Nabi pada bulan Agustus 1842 memperlihatkan hasratnya bagi kebijaksanaan dari Allah: “Hai Engkau, yang melihat dan mengetahui hati semua orang …, pandanglah ke bawah kepada hamba-Mu Joseph pada waktu ini; dan biarlah iman dalam nama Putra-Mu Yesus Kristus, dalam tingkatan yang lebih besar daripada yang hamba-Mu pernah nikmati, dianugerahkan ke atasnya, bahkan iman Elia; dan biarlah lampu kehidupan kekal disulut dalam hatinya, tidak pernah diambil lagi; dan biarlah perkataan kehidupan kekal dicurahkan ke atas jiwa hamba-Mu, agar dia boleh mengetahui kehendak-Mu, ketetapan-Mu, dan perintah-Mu, dan penghakiman-Mu, untuk melakukannya. Bagaikan embun di atas Bukit Hermon, semoga penyulingan akan kasih karunia, kemuliaan, dan kehormatan-Mu yang ilahi, dalam kelimpahan belas kasihan, dan kuasa, dan kebaikan-Mu, dicurahkan ke atas kepala hamba-Mu.”9

Sewaktu kita berdoa dalam iman dan kesederhanaan, kita menerima berkat-berkat yang Allah anggap pantas dikaruniakan bagi kita.

“Memohonlah pada takhta kasih karunia, agar Roh Tuhan boleh selalu berdiam di atasmu. Ingatlah bahwa tanpa meminta kita tidak menerima apa pun; karenanya, mintalah dengan iman, dan kamu akan menerima berkat-berkat yang Allah anggap pantas untuk dikaruniakan ke atasmu. Janganlah berdoa dengan hati yang iri agar kamu boleh memuaskannya dengan nafsumu, tetapi berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk karuniakarunia yang terbaik [lihat A&P 46:8–9].”10

“Kebajikan adalah satu di antara asas-asas paling menonjol yang memungkinkan kita untuk memiliki keyakinan dalam mendekati Bapa kita yang berada di surga untuk meminta kebijaksanaan pada tangan-Nya. Oleh karena itu, jika engkau mau menghargai asas ini dalam hatimu, engkau boleh meminta dengan segala keyakinan di hadapan-Nya dan itu akan dicurahkan ke atas kepalamu [lihat A&P 121:45–46].”11

“Biarlah doa para Orang Suci menuju surga menghadap, agar boleh masuk ke dalam telinga Tuhan Sebaot, karena doa-doa berpengaruh dari yang saleh banyak faedahnya [lihat Yakobus 5:16].”12

Henry W. Bigler mengenang: “Berbicara mengenai berdoa kepada Bapa kita di surga, saya pernah mendengar Joseph Smith berucap, ‘Jelaslah dan sederhanalah dan mintalah apa yang Anda inginkan, sama seperti Anda akan pergi kepada seorang tetangga dan berkata, saya ingin meminjam kuda Anda untuk pergi ke penggilingan.’ ”13

Kita dapat menerima wahyu pribadi melalui Roh Kudus.

‘Adalah hak istimewa bagi anak-anak Allah untuk datang kepada Allah dan mendapatkan wahyu …. Allah bukanlah orang yang pilih kasih; kita semua memiliki hak istimewa yang sama.”14

Kita percaya bahwa kita memiliki hak atas wahyu, penglihatan, dan mimpi dari Allah, Bapa Surgawi kita; dan terang serta kecerdasan, melalui karunia Roh Kudus, di dalam nama Yesus Kristus, mengenai semua topik yang berhubungan dengan kesejahteraan rohani kita; jika saja kita mematuhi perintah-Nya, sehingga menempatkan diri kita layak dalam pandangan-Nya.”15

“Seseorang boleh memetik manfaat dari menyimak persekutuan pertama dari roh wahyu; misalnya, sewaktu Anda merasakan kecerdasan murni mengalir ke dalam diri Anda, itu bisa memberi Anda percikan gagasan yang tiba-tiba, agar dengan menyimaknya, Anda boleh mendapatinya digenapi pada hari yang sama atau segera; (misalnya) hal-hal itu yang disajikan ke dalam benak Anda oleh Roh Allah, akan terjadi; dan dengan demikian melalui mempelajari Roh Allah dan memahaminya, Anda boleh tumbuh ke dalam asas wahyu, sampai Anda menjadi sempurna dalam Kristus Yesus.”16

“Saya memiliki edisi lama Perjanjian Baru dalam bahasa Latin, Ibrani, Jerman, dan Yunani …. Saya berterima kasih kepada Allah karena saya memiliki kitab tua ini; tetapi saya lebih berterima kasih kepada-Nya untuk karunia Roh Kudus. Saya memiliki kitab tertua di dunia; tetapi saya memiliki kitab tertua dalam hati saya, bahkan karunia Roh Kudus …. Roh Kudus … ada di dalam saya, dan memahami lebih daripada keseluruhan dunia; dan saya akan bergaul dengan-Nya.”17

“Tidak seorang pun dapat menerima Roh Kudus tanpa menerima wahyu. Roh Kudus adalah sang pewahyu.”18

John Taylor, sementara melayani sebagai Presiden Kuorum Dua Belas, melaporkan: “Saya sangat ingat suatu ucapan yang Joseph Smith sampaikan kepada saya lebih empat puluh tahun lalu. Katanya, ‘Penatua Taylor, Anda telah dibaptiskan, Anda telah mengalami penumpangan tangan di atas kepala Anda untuk penerimaan Roh Kudus, dan Anda telah ditahbiskan pada imamat kudus. Sekarang, jika Anda mau melanjutkan untuk mengikuti bimbingan roh itu, itu akan selalu menuntun Anda dengan benar. Kadang-kadang itu mungkin bertentangan dengan penilaian Anda; jangan pedulikan itu, ikutilah dikteannya; dan jika Anda setia terhadap bisikannya, itu akan menjadi, pada waktunya dalam diri Anda, suatu asas wahyu sehingga Anda akan mengetahui segala hal.’”19

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xii.

  • Simaklah pentingnya doa dalam pengalaman Joseph Smith dan Tiga Saksi Kitab Mormon (hlm. 143–145). Bagaimana doa telah memengaruhi pengalaman Anda sendiri akan Kitab Mormon? Aspek lain apa dalam kehidupan Anda yang telah dipengaruhi oleh doa?

  • Apa saja pemikiran Anda sewaktu Anda membaca alinea di awal halaman 145? Sewaktu Anda merenungkan pernyataan ini, pertimbangkan apa yang mungkin Anda lakukan untuk memperbaiki cara Anda “berbicara kepada Pencipta [Anda].”

  • Mengapa kita tidak dapat bersandar semata pada wahyu dari masa lalu? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 145–147). Mengapa kita membutuhkan wahyu yang berkelanjutan dan bersifat pribadi?

  • Ulaslah bagian yang dimulai pada halaman 149. Kenali ajaran Nabi mengenai kapan kita hendaknya berdoa dan apa yang hendaknya kita doakan. Bagaimana ajaran ini dapat membantu Anda dalam doa pribadi Anda? Bagaimana itu dapat membantu keluarga dalam hal doa keluarga?

  • Pelajarilah ajaran Nabi pada halaman 150–151 mengenai bagaimana kita hendaknya berdoa. Apa nilainya menggunakan bahasa yang “jelas dan sederhana” sewaktu kita berdoa? Bagaimanakah hidup secara saleh memberi kita keyakinan dalam mendekati Bapa Surgawi kita dalam doa? Apa yang telah membantu Anda memperoleh kesaksian bahwa Allah mendengar dan menjawab doa?

  • Bacalah alinea kelima di halaman 150 sepenuhnya. Kapankah Anda telah memetik manfaat dari menyimak “persekutuan pertama” Roh membisiki Anda? Bagaimana kita dapat belajar untuk segera mengenali bisikan Roh sewaktu itu datang?

Tulisan Suci Terkait:1 Raja-Raja 19:11–12; Yakobus 1:5–6; Helaman 5:30; 3 Nefi 18:18–21; A&P 6:22–23; 8:2–3; 88:63–65

Catatan

  1. History of the Church, 1:52–53; dari “History of the Church” (manuskrip), buku A–1, hlm. 23, Arsip Gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orangorang Suci Zaman Akhir, Salt Lake City, Utah.

  2. History of the Church, 1:54; dari “History of the Church” (manuskrip), buku A–1, hlm. 24–25, Arsip Gereja.

  3. Lucy Mack Smith, “The History of Lucy Smith, Mother of the Prophet,” 1844–1845 manuscript, buku 8, hlm. 11, Arsip Gereja.

  4. Daniel Tyler, dalam “Recollections of the Prophet Joseph Smith,” Juvenile Instructor, 15 Februari 1892, hlm. 127.

  5. Surat dari Joseph Smith kepada pamannya, Silas Smith, 26 September 1833, Kirtland, Ohio; dalam Lucy Mack Smith, “The History of Lucy Smith, Mother of the Prophet,” 1845 manuscript, hlm. 229–232, Arsip Gereja.

  6. Sarah Granger Kimball, dalam “R. S. Report,” Woman’s Exponent, 15 Agustus 1892, hlm. 30.

  7. History of the Church, 5:31; dari “Gift of the Holy Ghost,” sebuah tajuk rencana yang diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Juni 1842, hlm. 825; Joseph Smith adalah redaktur dari terbitan berkala tersebut.

  8. “To the Saints of God,” sebuah tajuk rencana yang diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Oktober 1842, hlm. 952; tanda baca dimodernkan; Joseph Smith adalah redaktur dari terbitan berkala tersebut.

  9. History of the Church, 5:127–128; pembagian alinea diubah; dari catatan dalam buku harian Joseph Smith, 23 Agustus1842, dekat Nauvoo, Illinois; catatan ini keliru diberi tanggal 22 Agustus 1842, dalam History of the Church.

  10. Surat dari Joseph Smith dan John Whitmer kepada para Orang Suci di Colesville, New York, 20 Agustus 1830, Harmony, Pennsylvania; dalam Newel Knight, Autobiography and Journal, kira-kira 1846–1847, hlm. 129, Arsip Gereja.

  11. Pernyataan yang ditulis oleh Joseph Smith pada bulan Februari 1840 di Philadelphia, Pennsylvania; aslinya dalam kepemilikan pribadi.

  12. History of the Church, 6:303; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 7 April 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff, Willard Richards, Thomas Bullock, dan William Clayton.

  13. Henry W Bigler, dalam “Recollections of the Prophet Joseph Smith,” Juvenile Instructor, 1 Maret 1892, hlm. 151–152.

  14. Ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith sekitar Juli 1839 di Commerce, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards, dalam Willard Richards, Pocket Companion, hlm. 75, 78–79, Arsip Gereja.

  15. Surat dari Joseph Smith kepada Isaac Galland, 22 Maret 1839, penjara Liberty, Liberty, Missouri, diterbitkan dalam Times and Seasons, Februari 1840, hlm. 54.

  16. History of the Church, 3:381; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 27 Juni 1839, di Commerce, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards.

  17. History of the Church, 6:307–308; pembagian alinea diubah; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 7 April 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff, Willard Richards, Thomas Bullock, dan William Clayton.

  18. History of the Church, 6:58; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith pada tanggal 15 Oktober 1843, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards.

  19. John Taylor, Deseret News: SemiWeekly, 15 Januari 1878, hlm. 1.

Moroni

Pada bulan Juni 1829, Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Joseph Smith berkesempatan untuk melihat Moroni serta lemping-lemping emas. Tak lama kemudian pada hari yang sama, Martin Harris juga melihat malaikat dan lemping-lemping tersebut.

family praying

“Janganlah melalaikan tugas Anda dalam keluarga Anda, tetapi mintalah kepada Allah berkat-berkat-Nya bagi diri Anda, dan keluarga Anda.”