Bab 27
Waspadalah Terhadap Buah Getir Kemurtadan
“Dalam segala ujian, kesengsaraan dan kesakitan Anda, dalam segala penderitaan Anda, bahkan sampai kematian, berhati-hatilah agar Anda tidak mengkhianati Allah, … berhati-hatilah agar Anda tidak murtad.”
Dari Kehidupan Joseph Smith
Dalam minggu-minggu sebelum dan sesudah rampungnya Bait Suci Kirtland di musim semi tahun 1836, para Orang Suci mengalami suatu masa keharmonisan dan pencurahan karunia Roh yang berlimpah. Tetapi Nabi Joseph Smith memperingatkan para Orang Suci bahwa jika mereka tidak melanjutkan untuk hidup dengan saleh, sukacita dan persatuan mereka tidak akan bertahan. Daniel Tyler menulis mengenai masa ini: “Semua merasa bahwa mereka telah mendapat kecapan-rasa-pendahuluan mengenai surga. Bahkan kenyataannya, ada beberapa minggu kami tidak digoda oleh iblis; dan kami bertanya-tanya apakah milenium telah dimulai. Dalam [sebuah pertemuan para saudara imamat] Nabi Joseph berbicara kepada kami. Di antaranya dia mengatakan: ‘Saudara sekalian, untuk beberapa saat Setan tidak memiliki kekuatan untuk menggoda Anda. Beberapa telah berpikir bahwa tidak akan ada lagi godaan. Tetapi yang sebaliknya akan datang; dan kecuali Anda mendekat kepada Tuhan Anda akan dikuasai dan murtad.’”1
Sewaktu tahun itu terus berlalu, suatu semangat kemurtadan tumbuh di antara beberapa para Orang Suci di Kirtland. Beberapa anggota menjadi sombong, tamak, dan tidak patuh kepada perintah-perintah. Beberapa orang menyalahkan para pemimpin Gereja untuk masalah ekonomi yang disebabkan oleh gagalnya sebuah lembaga keuangan Kirtland yang didirikan oleh anggota Gereja. Kegagalan ini terjadi di tahun 1837, tahun yang sama sewaktu suatu kepanikan dalam perbankan menyapu seluruh Amerika Serikat, yang memperparah masalah ekonomi para Orang Suci. Sebanyak dua atau tiga ratus anggota meninggalkan Gereja di Kirtland, kadang-kadang bergabung dengan mereka yang menentang Gereja untuk menyakiti dan bahkan mengancam secara fisik para Orang Suci. Beberapa orang murtad secara terbuka mengaku-aku bahwa Nabi telah jatuh dan berusaha untuk menempatkan orang lain dalam posisinya. Sister Eliza R. Snow mengenang: “Banyak yang tadinya rendah hati dan setia dalam pelaksanaan setiap tugas—siap untuk pergi dan datang pada setiap panggilan Imamat—menjadi congkak dalam roh mereka, dan terangkat-angkat dalam kesombongan hati mereka. Sewaktu para Orang Suci meneguk kasih dan roh dunia, Roh Tuhan menarik diri dari hati mereka.”2
Mengenai keadaan Gereja di bulan Mei 1837, Nabi meratap: “Tampaknya seolah-olah segala kekuatan bumi dan neraka menggabungkan pengaruh mereka dalam suatu cara yang khusus untuk menggulingkan Gereja sekaligus …. Para musuh di tempat lain, dan para orang murtad di tengah-tengah kita, bergabung dalam skema mereka, . dan banyak yang menjadi tidak senang terhadap saya seolah saya adalah satu-satunya penyebab dari kejahatankejahatan itu yang saya tentang dengan sekuat tenaga.”3
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, sebagian besar dari pemimpin dan anggota Gereja tetap bertahan setia. Brigham Young, seorang anggota Kuorum Dua Belas Rasul pada masa yang tidak menentu ini, mengingat sebuah pertemuan dari beberapa anggota Gereja yang membahas bagaimana caranya menyingkirkan Nabi Joseph: “Saya bangkit berdiri, serta dengan cara yang jelas dan kuat memberi tahu mereka bahwa Joseph adalah seorang Nabi dan saya tahu itu, dan bahwa mereka boleh memfitnah dan mengumpat dia sebanyak yang mereka inginkan, [tetapi] mereka tidak akan dapat menghancurkan penugasan Nabi Allah; mereka hanya dapat menghancurkan wewenang mereka sendiri, memotong benang yang mengikat mereka kepada Nabi dan kepada Allah, serta menenggelamkan diri mereka sendiri ke neraka. Banyak yang menjadi amat geram terhadap pertentangan keras saya terhadap upaya penentangan mereka …
Pertemuan ini dibubarkan tanpa para orang murtad itu sempat menyepakati suatu upaya penentangan yang pasti. Ini merupakan suatu krisis ketika bumi dan neraka seolah berpadu untuk menggulingkan Nabi dan Gereja Allah. Lutut banyak orang yang terkuat dalam Gereja menjadi goyah. Sepanjang masa kegelapan ini saya berdiri dekat mendampingi Joseph, dan dengan segala kebijaksanaan serta kuasa yang Allah karuniakan kepada diri saya, mengerahkan segenap tenaga saya untuk mendukung hamba Allah tersebut serta mempersatukan kuorum-kuorum Gereja.”4
Ajaran-Ajaran Joseph Smith
Kehilangan kepercayaan kepada para pemimpin Gereja, mengkritik mereka, dan melalaikan tugas apa pun yang dituntut oleh Allah dapat menuntun pada kemurtadan.
“Saya akan memberi Anda salah satu di antara Kunci-kunci misteri Kerajaan. Ini merupakan asas yang kekal, yang telah ada bersama Allah sepanjang kekekalan: “Orang itu yang bangkit untuk menghukum yang lain, mencari-cari kesalahan dengan Gereja, mengatakan bahwa mereka keluar dari jalurnya, sementara dia sendiri adalah saleh, maka ketahuilah dengan pasti, bahwa orang itu berada dalam jalan langsung menuju kemurtadan; dan jika dia tidak bertobat, akan murtad, sebagaimana Allah itu hidup.”5
Heber C. Kimball, sementara melayani sebagai seorang penasihat bagi Presiden Brigham Young, melaporkan: “Saya akan memberi Anda sebuah kunci yang Brother Joseph Smith pernah berikan di Nauvoo. Dia mengatakan bahwa langkah kemurtadan itu sendiri dimulai dengan hilangnya kepercayaan kepada para pemimpin Gereja dan kerajaan ini, dan bahwa kapan pun Anda mengenali roh itu Anda boleh tahu bahwa itu akan menuntun pemiliknya menuju jalan ke arah kemurtadan.”6
Wilford Woodruff, sementara melayani dalam Kuorum Dua Belas Rasul, mengatakan: “Brother Joseph pernah menasihati kami dengan cara ini: ‘Di saat Anda memperkenankan diri Anda sendiri untuk mengesampingkan tugas apa pun yang Allah panggil untuk Anda lakukan, untuk memenuhi hasrat Anda sendiri; di saat Anda memperkenankan diri Anda sendiri untuk menjadi ceroboh, Anda meletakkan suatu landasan bagi kemurtadan. Berhati-hatilah; mengertilah bahwa Anda dipanggil untuk suatu pekerjaan, dan ketika Allah menuntut Anda melakukan pekerjaan itu lakukanlah.’ Hal lain yang dia katakan: ‘Dalam segala ujian, kesengsaraan dan kesakitan Anda, dalam segala penderitaan Anda, bahkan sampai kematian, berhati-hatilah agar Anda tidak mengkhianati Allah, berhati-hatilah agar Anda tidak mengkhianati imamat, berhati-hatilah agar Anda tidak murtad.’ ”7
Wilford Woodruff juga mengatakan: “Saya ingat Brother Joseph Smith mengunjungi diri saya sendiri, Brother [John] Taylor, Brother Brigham Young dan beberapa misionaris lainnya, ketika kami baru akan memulai misi kami ke Inggris. Kami sedang sakit dan menderita, banyak di antara kami. Pada waktu yang sama kami merasa harus pergi. Nabi memberkati kami, seperti juga istriistri dan keluarga-keluarga kami …. Dia mengajari kami beberapa asas yang amat penting, yang beberapa di antaranya saya sebutkan di sini. Brother Taylor, saya sendiri, George A. Smith, John E. Page dan yang lainnya telah dipanggil untuk menggantikan tempat para [rasul] yang telah terjatuh. Brother Joseph membeberkan di hadapan kami alasan orang-orang itu berpaling dari perintahperintah Allah. Dia berharap kami akan belajar kebijaksanaan melalui apa yang kami lihat dengan mata serta mendengar dengan telinga, dan bahwa kami akan dapat memperbedakan roh orangorang lain tanpa dipaksa untuk belajar melalui pengalaman yang menyedihkan.
Dia kemudian mengutarakan bahwa siapa pun, penatua mana pun dalam Gereja dan kerajaan ini, yang mengikuti jalan di mana dia akan mengabaikan atau, dengan kata lain, menolak untuk mematuhi hukum atau perintah atau tugas apa pun yang diketahui—kapan pun seseorang melakukan ini, melalaikan tugas apa pun yang Allah tuntut dari tangannya dalam menghadiri pertemuan, menjalankan misi, atau mematuhi nasihat, dia meletakkan sebuah landasan untuk menuntunnya menuju kemurtadan dan inilah alasannya orang-orang itu telah jatuh. Mereka telah menyalahgunakan imamat yang dimeteraikan ke atas kepala mereka. Mereka telah lalai untuk mengembangkan panggilan mereka sebagai rasul, sebagai penatua. Mereka telah menggunakan imamat itu untuk berusaha membangun diri mereka sendiri dan untuk melakukan pekerjaan lainnya selain membangun kerajaan Allah.”8
Di tahun 1840, sekelompok kecil anggota Gereja yang terorganisasi melanjutkan untuk hidup di Kirtland, Ohio, meskipun sebagian besar Orang Suci telah berkumpul ke Nauvoo, Illinois. Sebagai tanggapan terhadap berita bahwa seorang anggota Gereja di Kirtland berusaha untuk menghancurkan kepercayaan para Orang Suci kepada Presidensi Utama dan para pembesar Gereja lainnya, Nabi menulis kepada seorang pemimpin Gereja di Kirtland: “Agar dapat memimpin perkara-perkara Kerajaan dalam kebenaran, adalah amat penting bahwa keharmonisan yang paling sempurna, perasaan yang ramah, pengertian yang baik, dan kepercayaan hendaknya ada dalam hati semua saudara; dan bahwa kasih amal yang sejati, kasih yang satu kepada yang lainnya, hendaknya menjadi ciri dari segala perbuatan mereka. Jika ada perasaan tanpa kasih, ada kurangnya kepercayaan, maka kesombongan, keangkuhan dan keirihatian akan segera dinyatakan; kekacauan harus tak terelakkan lagi berjaya, dan wewenang Gereja dianggap remeh ….
Jika para Orang Suci di Kirtland menganggap saya tidak layak akan doa-doa mereka sewaktu mereka berhimpun bersama, dan lalai untuk menopang saya di hadapan takhta kasih karunia surgawi, itu merupakan bukti yang kuat dan meyakinkan bagi saya bahwa mereka tidak memiliki Roh Allah. Jika wahyu-wahyu yang telah kita terima adalah benar, siapa yang akan memimpin umat ini? Jika kunci-kunci Kerajaan telah dipercayakan ke dalam tangan saya, siapa yang akan membukakan misteri-misterinya?
Selama saudara-saudara saya berdiri di sisi saya dan mendorong saya, saya dapat memerangi prasangka dunia, dan dapat menanggung perlakuan kasar serta perundungan dengan sukacita; tetapi ketika saudara-saudara saya berdiri menjauh, ketika mereka mulai melemah, serta berikhtiar untuk memperlambat kemajuan dan upaya saya, maka saya merasa perlu berduka, tetapi tidaklah mengurangi tekad untuk melakukan tugas saya, yakin bahwa meskipun teman-teman duniawi saya boleh gagal, dan bahkan berpaling menantang saya, namun Bapa Surgawi saya akan menanggung saya dengan kemenangan.
Meskipun demikian, saya berharap bahwa bahkan di Kirtland ada beberapa orang yang tidak begitu saja menyatakan seseorang berdosa dalam suatu perkara [lihat Yesaya 29:21], tetapi terpaksa harus berdiri dalam pembelaan terhadap kesalehan dan kebenaran, serta melakukan setiap tugas yang dikaitkan dengan mereka; dan yang akan memiliki kebijaksanaan untuk memimpin mereka melawan gerakan atau pengaruh apa pun yang diperhitungkan untuk membawa kekacauan dan ketidakrukunan ke dalam perkemahan Israel, serta untuk memperbedakan antara roh kebenaran dan roh kekeliruan.
Akanlah menyenangkan bagi benak saya untuk melihat para Orang Suci di Kirtland berkembang, tetapi berpikir waktunya belumlah tiba; dan saya meyakinkan Anda itu tidak akan pernah terjadi sampai suatu aturan yang berbeda akan ditegakkan dan suatu roh yang berbeda dinyatakan. Ketika kepercayaan dipulihkan, ketika kesombongan akan jatuh, dan setiap pikiran yang teraspirasi diselubungi dengan kerendahan hati bagaikan dengan sebuah jubah, serta sifat mementingkan diri digantikan dengan kemurahan hati dan kasih amal, dan suatu tekad yang dipersatukan untuk hidup menurut setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan dapat diamati, maka kemudian, dan tidak mungkin sebelumnya, kedamaian, keteraturan, dan kasih dapat berjaya.
Adalah merupakan konsekuensi orang-orang yang teraspirasi sehingga Kirtland telah ditinggalkan. Betapa seringnya hamba Anda yang rendah hati ini dicemburui dalam panggilannya oleh sosok-sosok seperti itu, yang berikhtiar untuk mengangkat diri mereka sendiri ke kekuasaan dengan merugikannya, dan melihat bahwa itu mungkin dilakukan, menggunakan fitnah dan perundungan yang curang, serta sarana lainnya untuk mengupayakan penggulingannya. Sosok-sosok seperti itulah yang pertama berseru menentang Presidensi, dan mengumumkan kesalahan serta kebodohan mereka ke keempat penjuru langit.”9
Mereka yang murtad kehilangan Roh Allah, melanggar perjanjian mereka, dan sering menganiaya para anggota Gereja.
“Meski aneh pada pemikiran pertama, namun itu tak kalah anehnya dengan benarnya, bahwa terlepas dari segala pengakuan tekad untuk hidup dengan saleh, para orang murtad setelah berpaling dari iman kepada Kristus, kecuali mereka telah bergegas bertobat, cepat atau lambat telah jatuh ke dalam bujukan si jahat, dan telah ditinggalkan tanpa Roh Allah, untuk menyatakan kekejian mereka di mata orang banyak. Dari orang-orang murtad mereka yang setia telah menerima penganiayaan yang paling parah. Yudas ditegur dan langsung mengkhianati Tuhannya ke dalam tangan para musuh-Nya, karena Setan memasuki dirinya.
Ada kecerdasan yang lebih tinggi yang dianugerahkan ke atas mereka yang mematuhi Injil dengan segenap tujuan hati, yang, jika berdosa terhadapnya, orang yang murtad ditinggalkan telanjang dan tanpa Roh Allah, dan dia, sesungguhnya, nyaris dikutuk, dan akhirnya harus dibakar. Ketika sekali terang yang berada di dalam mereka diambil dari diri mereka, mereka menjadi sama digelapkannya sebagaimana mereka sebelumnya diterangi, dan kemudian, tak heran, jika semua kekuatan mereka digunakan untuk menentang kebenaran, dan mereka, seperti Yudas, mengupayakan kehancuran dari orang-orang yang tadinya merupakan penerima mereka yang terbesar.
Teman terdekat manakah di bumi, atau di surga, yang dimiliki Yudas selain Juruselamat? Dan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan Dia. Siapa, di antara para Orang Suci di zaman akhir ini, dapat menganggap dirinya sebaik Tuhan kita? Siapakah yang sesempurna Dia? Siapakah yang semurni Dia? Siapakah yang semurni Dia adanya? Apakah mereka bisa ditemukan? Dia tidak pernah melanggar atau menyalahi suatu perjanjian atau hukum surga—tidak ada tipuan di mulut-Nya, tidak ada muslihat yang ditemukan dalam hati-Nya. Akan tetapi, bahkan seseorang yang makan bersama-Nya, yang sering minum dari cawan yang sama, yang pertama kali mengangkat tumitnya menentang-Nya. Di manakah ada seseorang seperti Kristus? Dia tidak dapat ditemukan di bumi. Lalu mengapa para pengikut-Nya mengeluh, jika dari orang-orang yang sebelumnya mereka sebut para saudara, dan anggap sebagai yang berdiri paling dekat berkaitan dengan perjanjian abadi, mereka harus menerima penganiayaan?
Dari sumber manakah asalnya asas yang selalu dinyatakan oleh mereka yang murtad dari Gereja yang sejati untuk menganiaya dengan ketekunan ganda, dan mengupayakan dengan kesungguhan ganda, untuk menghancurkan mereka yang pernah mereka akui kasihi, dengan siapa mereka pernah bersekutu, dan dengan siapa mereka pernah mengikat perjanjian untuk berupaya dengan segenap tenaga dalam kesalehan untuk mendapatkan perhentian Allah? Mungkin saudara-saudara kita akan mengatakan hal serupa yang menyebabkan Setan berupaya untuk menggulingkan kerajaan Allah, karena dia sendiri adalah jahat, dan kerajaan Allah adalah kudus.”10
Selalu ada, dalam setiap masa gereja, orang-orang yang menentang asas-asas kebajikan, yang mengasihi keuntungan dari dunia dewasa ini, mengikuti asas-asas ketidaksalehan, dan menjadi musuh kebenaran …. Mereka yang telah bergaul dengan kita dan memberikan pengakuan besar persahabatan, telah kerap kali menjadi musuh terbesar kita serta lawan kita yang paling gigih; jika mereka menjadi tidak tenar, jika minat atau harga diri mereka disentuh, atau jika mereka ketahuan dalam kejahatan mereka, mereka selalu menjadi yang pertama untuk mengangkat tangan penganiayaan, untuk menuduh palsu [memfitnah] dan memburuk-burukkan saudara mereka, serta untuk mengupayakan kejatuhan dan kehancuran teman-teman mereka.”11
“Para pembelot ‘Mormon’ berlarian ke seluruh dunia dan menyebarkan beragam laporan yang busuk dan mencemarkan melawan kita, berpikir dengannya untuk mendapatkan persahabatan dunia, karena mereka tahu bahwa kita bukanlah dari dunia, dan bahwa dunia membenci kita; karenanya mereka [dunia] menjadikan alat dari orang-orang [pembelot] ini; dan melalui mereka berusaha untuk melakukan segala kerusakan yang bisa mereka usahakan, dan setelah itu mereka membenci mereka lebih daripada mereka membenci kita, karena mereka mendapati mereka adalah pengkhianat dan perayu terbesar.”12
Wilford Woodruff melaporkan: “Saya menghadiri [sebuah] pertemuan di Bait Suci [Kirtland] [tanggal 19 Februari, 1837]. Presiden Joseph Smith telah absen karena urusan bagi Gereja, tetapi tidak separuh lamanya Musa berada di atas gunung jauh dari bangsa Israel [lihat Keluaran 32:1–8]; namun banyak di antara umat di Kirtland, jika pun mereka tidak membuat sebuah patung lembu untuk disembah seperti yang dilakukan bangsa Israel, memalingkan hati mereka dari Tuhan dan dari hamba-Nya, Joseph, serta telah terlibat dalam spekulasi serta dialihkan kepada roh-roh palsu, sampai mereka digelapkan dalam benak mereka; dan banyak yang menentang Joseph Smith, serta beberapa berharap untuk menunjuk David Whitmer memimpin Gereja sebagai gantinya. Di tengah awan roh gelap ini, Joseph kembali ke Kirtland, dan pagi ini berdiri di mimbar. Dia tampak amat tertekan; tetapi segera Roh Allah bersemayam ke atas dirinya, dan dia berbicara kepada mereka yang berhimpun dengan kejelasan yang besar selama sekitar tiga jam, dan membuat para musuhnya terdiam.
Ketika dia bangkit dia berkata, ‘Saya masih Presiden, Nabi, Pelihat, Pewahyu dan Pemimpin dari Gereja Yesus Kristus. Allah, dan bukan manusia, telah menunjuk dan menempatkan saya dalam jabatan ini, dan tidak seorang pria atau sekumpulan pria pun memiliki kuasa untuk menggeser saya atau menunjuk orang lain sebagai ganti saya, dan mereka yang melakukan ini, jika mereka tidak segera bertobat, akan membakar jari-jari mereka dan pergi ke neraka.’ Dia menegur umat itu dengan tajam atas dosa-dosa, kegelapan dan ketidakpercayaan mereka; kuasa Allah bersemayam di atas dirinya, dan memberikan kesaksian bahwa perkataannya adalah benar.”13
Wilford Woodruff melaporkan: “Presiden Smith berbicara di sore hari [tanggal 9 April 1837], dan berkata di dalam nama Tuhan bahwa penghakiman Allah akan berada di atas orang-orang itu yang mengaku sebagai teman-temannya, dan teman-teman kemanusiaan, dan dalam pembangunan Kirtland, sebuah wilayah Sion, namun telah berpaling menjadi pengkhianat terhadap dia, dan urusan-urusan kerajaan Allah, serta telah memberikan kuasa ke dalam tangan para musuh kita melawan kita; mereka telah menekan para Orang Suci yang malang, dan telah mendatangkan kesulitan ke atas diri mereka, dan telah menjadi pelanggar perjanjian, untuk mana mereka akan merasakan kemurkaan Allah.”14
Daniel Tyler mengenang: “Segera setelah tibanya Nabi di Commerce (setelahnya Nauvoo) dari penjara Missouri, Brother Isaac Behunin dan saya sendiri mengunjunginya di tempat tinggalnya. Penganiayaan-penganiayaannya merupakan topik pembicaraan. Dia mengulangi banyak pernyataan palsu, tidak konsisten dan bertentangan dengan yang dibuat oleh mereka yang murtad, anggota Gereja yang ketakutan dan orang-orang luar. Dia juga memberi tahu bagaimana kebanyakan pejabat yang tadinya senang untuk mengambil nyawanya, ketika dia ditahan berpaling baik kepadanya dalam membina hubungan dengannya. Dia meletakkan beban kesalahan pada saudara-saudara yang palsu ….
Ketika Nabi telah selesai menceritakan bagaimana dia diperlakukan, Brother Behunin mengutarakan: ‘Jika saya meninggalkan Gereja ini saya tidak akan melakukan apa yang dilakukan orangorang itu: saya akan pergi ke suatu tempat terpencil di mana Mormonisme belum pernah terdengar, bermukim, dan tidak seorang pun akan tahu bahwa saya tahu apa pun mengenainya.’
Pelihat yang hebat itu segera menjawab: ‘Brother Behunin, Anda tidak tahu apa yang akan Anda lakukan. Tidak diragukan orang-orang itu pernah berpikiran seperti Anda. Sebelum Anda bergabung dengan Gereja ini Anda berdiri di tanah yang netral. Ketika Injil diajarkan, yang baik dan yang jahat dibeberkan di hadapan Anda. Anda memilih satu atau tidak sama sekali. Ada dua majikan yang berlawanan yang mengundang Anda untuk melayani mereka. Ketika Anda bergabung dengan Gereja ini Anda menyatakan untuk melayani Allah. Waktu Anda melakukan itu Anda meninggalkan tanah yang netral, dan Anda tidak pernah dapat kembali ke sana. Jika Anda meninggalkan Majikan yang Anda nyatakan untuk Anda layani, itu pastilah karena hasutan si jahat, dan Anda akan mengikuti arahannya serta menjadi hambanya.’”15
Jika kita mengikuti para nabi dan rasul serta wahyuwahyu Gereja, kita tidak akan disesatkan.
Orson Hyde, seorang anggota Kuorum Dua Belas Rasul, melaporkan: “Joseph sang Nabi … berkata, ‘Saudara sekalian, ingatlah bahwa mayoritas dari umat ini tidak akan pernah tersesat; dan selama Anda bertahan bersama yang mayoritas itu Anda pasti akan memasuki kerajaan selestial.’ ”16
William G. Nelson melaporkan: “Saya pernah mendengar Nabi berbicara di depan umum pada banyak kesempatan. Dalam satu pertemuan saya mendengar dia berkata: ‘Saya akan memberi Anda sebuah kunci yang tidak akan pernah berkarat,—jika Anda mau bertahan dengan mayoritas dari Dua Belas Rasul, dan catatan-catatan Gereja, Anda tidak akan pernah disesatkan.’ Sejarah Gereja telah membuktikan bahwa ini adalah benar.”17
Ezra T. Clark mengingat: “Saya mendengar Nabi berkata bahwa dia akan memberi para Orang Suci sebuah kunci yang melaluinya mereka tidak akan pernah disesatkan atau tertipu, dan itu adalah: Tuhan tidak akan pernah membiarkan mayoritas dari umat ini disesatkan atau ditipu oleh para penipu, tidak juga Dia akan memperkenankan catatan Gereja ini jatuh ke dalam tangan musuh.”18
Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran
Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.
-
Ulaslah laporan di halaman 365-368. Menurut Anda mengapa orang dapat berubah dari kesalehan kepada kemurtadan dalam waktu yang demikian singkat? Apa saja pengaruh yang menyebabkan orang menjadi murtad dewasa ini? Apa yang dapat kita lakukan untuk berjaga-jaga terhadap pengaruh seperti itu?
-
Apa saja bahaya dari hilangnya kepercayaan kepada para pemimpin Gereja kita dan mengkritik mereka? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 368-371). Apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan suatu rasa hormat dan penghargaan bagi para pemimpin kita? Bagaimana orang tua dapat mendorong anak-anak mereka untuk menghormati para pemimpin Gereja?
-
Nabi mengajarkan, “Di saat Anda memperkenankan diri Anda sendiri untuk mengesampingkan tugas apa pun yang Allah panggil untuk Anda lakukan, untuk memenuhi hasrat Anda sendiri …, Anda meletakkan suatu landasan bagi kemurtadan” (hlm. 369). Apa arti pernyataan ini bagi Anda?
-
Bacalah kisah yang diceritakan oleh Daniel Tyler (hlm. 375). Mengapa menurut Anda bahwa mereka yang telah murtad dari Gereja sering berjuang begitu keras melawannya? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 371-376). Bagaimana menurut Anda kita hendaknya menanggapi perkataan dan tindakan orang-orang seperti itu?
-
Bacalah tiga alinea terakhir bab ini (hlm. 376). Mengapa penting bagi kita untuk mengerti dan menggunakan “kunci” ini yang diberikan oleh Joseph Smith?
Tulisan Suci Terkait: 1 Nefi 8:10–33; Helaman 3:33–35; A&P 82:3, 21; 121:11–22