Bab 25
Kebenaran dari Perumpamaan-Perumpamaan Juruselamat dalam Matius 13
“Roda kereta Kerajaan masih bergulir, didorong oleh tangan perkasa Yehova; dan terlepas dari segala penentangan, masih terus bergulir, sampai firman-Nya semuanya digenapi.”
Dari Kehidupan Joseph Smith
Sewaktu pembangunan Bait Suci Kirtland mulai mendekati penyelesaian, Joseph Smith dan para Orang Suci mulai mempersiapkan diri mereka untuk menerima berkat-berkat besar yang akan mereka terima di sana. Untuk membantu mempersiapkan para saudara untuk pengudusan bait suci, sebuah sesi Sekolah para Penatua dimulai pada bulan November 1835. Sekolah ini didirikan pada tahun 1834, kelanjutan dari Sekolah para Nabi yang diadakan sebelumnya.
Di antara topik-topik lainnya, Joseph Smith dan para saudara lainnya mempelajari bahasa Ibrani, yang dengannya sebagian besar Perjanjian Lama aslinya ditulis. Jurnal Nabi untuk periode ini memperlihatkan bahwa dia mempelajari bahasa Ibrani hampir setiap hari, sering kali selama berjam-jam seharinya. Catatan jurnalnya menyertakan kata-kata seperti “Menghabiskan hari membaca bahasa Ibrani” atau “Menghadiri sekolah dan membaca bahasa Ibrani.”1 Pada tanggal 19 Januari 1836, dia mencatat: “Menghabiskan hari di sekolah. Tuhan memberkati kami dalam pembelajaran kami. Hari ini kami melanjutkan membaca Alkitab Ibrani kami dengan banyak keberhasilan. Tampaknya seolah-olah Tuhan membukakan pikiran kami dengan cara yang menakjubkan, untuk memahami perkataan-Nya dalam bahasa aslinya.”2 Sebulan kemudian, dia menulis, “Menghadiri sekolah serta membaca dan menerjemahkan bersama kelas saya seperti biasanya. Jiwa saya bersuka sewaktu membaca firman Tuhan dalam bentuk aslinya.”3
Pengalaman Joseph Smith di Sekolah para Penatua hanyalah satu bukti mengenai kasihnya akan tulisan suci. Dia mempelajari tulisan suci dengan tekun, menemukan di dalamnya penghiburan, pengetahuan, dan ilham sepanjang hidupnya. Secara signifikan, sebuah bagian dari Alkitablah yang menuntunnya untuk mencari kebijaksanaan serta menerima Penglihatan Pertama ketika dia baru berusia 14 tahun (lihat Yakobus 1:5).
Tulisan dan khotbah Nabi penuh dengan kutipan dan penafsiran tulisan suci, karena dia telah mempelajari tulisan suci dengan sedemikian intensifnya sehingga itu menjadi bagian tak terpisahkan dari pemikirannya. Dalam pengajarannya, dia mengutip tulisan suci secara langsung, dia menyinggungnya, dia menguraikannya dengan kata-katanya sendiri, dan dia menggunakannya sebagai dasar dari khotbah-khotbahnya. “Saya mengenal tulisan suci dan memahaminya,” dia menyatakan di bulan April 1844.4
Pengetahuannya yang luar biasa mengenai tulisan suci memperkenankannya untuk mengajarkan serta menafsirkannya dengan kuasa dan kejelasan yang besar, dan banyak yang mendengarnya berbicara mengingat kemampuan ini. Presiden Brigham Young mengenang bahwa Nabi dapat “mengambil tulisan suci serta menjadikannya begitu jelas dan sederhana sehingga setiap orang dapat mengerti.”5
Wandle Mace mengenang: “Saya telah mendengarkan Nabi Joseph Smith di depan umum dan secara pribadi, dalam terik matahari dan dalam curahan hujan. Sebagaimana dilakukan banyak orang sewaktu dia mengajar mereka dari mimbar. Dan dalam rumahku sendiri, dan dalam rumahnya, saya telah terbiasa dengannya … dan mengetahui bahwa tidak seorang pun dapat menjelaskan tulisan suci, membukanya lebar-lebar bagi penglihatan yang begitu jelas sehingga tidak seorang pun dapat menyalahartikan maknanya, kecuali dia telah diajar oleh Allah.
Saya kadang-kadang merasa malu terhadap diri saya sendiri karena, setelah mempelajari tulisan suci sedemikian banyaknya, bahkan sejak kecil, saya tidak melihat apa yang demikian jelas ketika dia menyentuhnya. Dia, sepertinya, memutar kunci, dan pintu pengetahuan terbuka dengan lebarnya, yang memperlihatkan asas-asas berharga, baik yang baru maupun lama.”6
Pengetahuan Nabi mengenai tulisan suci nyata dalam surat berikut, ketika dia memberikan tafsiran kenabian terhadap perumpamaan Juruselamat dalam Matius 13. Dia mengajarkan bahwa perumpamaan-perumpamaan ini menggambarkan penegakan Gereja di zaman Juruselamat dan pertumbuhan serta tujuan akhirnya yang menakjubkan di zaman akhir.
Ajaran-Ajaran Joseph Smith
Juruselamat mengajar dengan perumpamaan agar mereka yang percaya pada ajaran-ajaran-Nya bisa memperoleh terang yang lebih besar, sementara mereka yang menolak ajaran-ajaran-Nya akan kehilangan terang yang telah mereka miliki.
“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada [Juruselamat], ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ [Saya akan mengomentari di sini, bahwa “mereka” yang digunakan dalam tanya-jawab ini merujuk kepada kelompok orang banyak]. Jawab Yesus [yaitu kepada para murid]: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka [yaitu, mereka yang tidak percaya,] tidak, Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya’ [Matius 13:10–12].
Kita memahami dari perkataan ini, bahwa mereka yang sebelumnya sedang mencari-cari seorang Mesias untuk datang sesuai dengan kesaksian para Nabi, dan yang ketika itu masih mencari seorang Mesias, tetapi tidak memiliki terang yang memadai karena ketidakpercayaan mereka untuk memperbedakan Dia sebagai Juruselamat mereka, dan karena Dia adalah Mesias yang sejati, karenanya mereka haruslah kecewa, dan kehilangan bahkan semua pengetahuan, atau diambil dari mereka segala terang, pengertian dan iman yang mereka miliki mengenai hal ini. Karenanya dia yang tidak mau menerima terang yang lebih besar, haruslah diambil darinya segala terang yang dimilikinya; dan jika terang yang ada di dalam diri Anda menjadi kegelapan, lihatlah, betapa besarnya kegelapan itu! ‘Itulah sebabnya,’ firman Juruselamat, ’Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar namun tidak mengerti; kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap’ [Matius 13:13–14].
Sekarang kita mendapati bahwa alasan pasti yang dinyatakan oleh nabi ini [Yesaya], mengapa mereka tidak mau menerima Mesias, adalah, karena mereka tidak atau tidak mau mengerti, dan melihat, mereka tidak memahami; ‘Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’ [Matius 13:15]. Tetapi apa yang dikatakan-Nya kepada para murid-Nya? ‘Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya’ [Matius 13:16–17].
Kami sekali lagi memberikan komentar di sini—karena kita mendapati bahwa asas pasti yang dengannya para murid dinyatakan diberkati, adalah karena mereka diperkenankan untuk melihat dengan mata mereka dan mendengar dengan telinga mereka—bahwa hukuman yang bersemayam pada kelompok orang yang tidak menerima firman-Nya itu, adalah karena mereka tidak bersedia untuk melihat dengan mata mereka, dan mendengar dengan telinga mereka; bukan karena mereka tidak dapat, dan tidak berkesempatan untuk melihat dan mendengar, tetapi karena hati mereka penuh dengan kejahatan dan kekejian; ‘sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu’ [Kisah Para Rasul 7:51]. Nabi tersebut, meramalkan sebelumnya bahwa mereka akan demikian mengeraskan hati mereka, secara jelas menyatakannya; dan di dalamnya terletak hukuman dunia; bahwa terang telah datang ke dalam dunia, dan manusia memilih kegelapan daripada terang, karena perbuatan mereka adalah jahat. Ini demikian jelasnya diajarkan oleh Juruselamat, sehingga seorang musafir tidak perlu keliru mengenainya.
… Manusia memiliki kebiasaan, ketika kebenaran diperlihatkan oleh para hamba Allah, untuk mengatakan, Semuanya adalah misteri; mereka telah berbicara dalam perumpamaan, dan karenanya, tidak bisa dimengerti. Memang benar bahwa mereka memiliki mata untuk melihat, dan tidak melihat, tetapi tidak seorang pun sedemikian butanya seperti mereka yang tidak mau melihat; dan meskipun Juruselamat mengutarakan ini kepada sosok-sosok seperti itu, namun kepada para murid-Nya Dia menjabarkannya dengan jelas; dan kita memiliki alasan untuk menjadi amat rendah hati di hadapan Allah leluhur kita, bahwa Dia telah membiarkan hal-hal ini dalam catatan untuk kita, demikian jelasnya, sehingga terlepas dari usaha keras dan pengaruh gabungan dari para imam Baal, mereka tidak memiliki kuasa untuk membutakan mata kita, dan menggelapkan pengertian kita, jika saja kita mau membuka mata kita, dan membaca dengan keterusterangan, untuk sejenak.”7
Perumpamaan tentang seorang penabur memperlihatkan dampak dari pengkhotbahan Injil; juga memperlihatkan bahwa Juruselamat menegakkan kerajaan-Nya pada pertengahan zaman.
“Pada waktu Juruselamat mengucapkan perkataan dan perumpamaan indah ini yang termuat dalam [Matius 13], kita mendapati Dia duduk dalam sebuah kapal karena kelompok orang tersebut mendesak-Nya sebab ingin mendengarkan perkataan-Nya; dan Dia melanjutkan untuk mengajar mereka, dengan mengatakan:
‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’ [Matius 13:3–9] ….
Tetapi dengarkan penjelasan mengenai perumpamaan Seorang Penabur: ‘Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu.’ Sekarang perhatikan pernyataan—yang ditaburkan dalam hati orang itu. ‘Itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan’ [Matius 13:19]. Manusia yang tidak memiliki asas kesalehan dalam diri mereka sendiri, dan yang hatinya penuh dengan kejahatan, dan tidak memiliki hasrat bagi asas-asas kebenaran, tidak memahami perkataan kebenaran ketika mereka mendengarnya. Iblis mengambil perkataan kebenaran dari hati mereka, karena tidak ada hasrat bagi kesalehan di dalamnya.
‘Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat’ [Matius 13:20–23].
Demikianlah Juruselamat Sendiri menjelaskan kepada para murid-Nya perumpamaan yang Dia berikan, dan tidak meninggalkan misteri ataupun kegelapan dalam benak mereka yang dengan teguh percaya kepada firman-Nya.
Kita menarik kesimpulan, karenanya, bahwa alasan pasti mengapa orang banyak itu, atau dunia, sebagaimana mereka itu dinyatakaan oleh Juruselamat, tidak menerima suatu penjelasan mengenai perumpamaan-perumpamaan-Nya, karena ketidakpercayaan. Kepada Anda, Dia berfirman, (berbicara kepada para murid-Nya,) diberikan untuk mengetahui misteri-misteri Kerajaan Allah [lihat Matius 13:11]. Dan mengapa? Karena iman dan keyakinan yang mereka miliki kepada-Nya. Perumpamaan ini diucapkan untuk memperlihatkan dampak yang dihasilkan oleh pengkhotbahan firman; dan kami percaya bahwa itu merupakan suatu kiasan langsung akan permulaan, atau penegakan, Kerajaan pada zaman itu; karenanya kita akan terus menelusuri firman-Nya mengenai Kerajaan ini sejak saat itu, bahkan sampai akhir dunia.”8
Perumpamaan tentang gandum dan lalang mengajarkan bahwa yang baik dan yang jahat akan tumbuh bersama-sama sampai akhir dunia, sewaktu yang baik akan dikumpulkan dan yang jahat dibakar.
“‘Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya [yang perumpamaannya merupakan kiasan mengenai penegakan Kerajaan, pada zaman dunia itu juga]: ‘Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, tampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Tawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku’ [Matius 13:24–30].
Sekarang kita belajar dari perumpamaan ini, bukan saja penegakan Kerajaan di zaman Juruselamat, yang dilambangkan dengan benih yang baik, yang menghasilkan buah, tetapi juga penodaan terhadap Gereja, yang dilambangkan dengan lalang, yang ditaburkan oleh musuh, yang para murid-Nya rela cabuti, atau bersihkan dari Gereja, jika pandangan mereka disetujui oleh Juruselamat. Tetapi Dia, yang mengetahui segala sesuatu, mengatakan, Jangan. Sepertinya untuk mengatakan, pandangan Anda tidaklah tepat, Gereja masih pada masa awalnya, dan jika Anda mengambil langkah terburu-buru ini, Anda akan menghancurkan gandum, atau Gereja, bersama dengan lalangnya; karenanya adalah lebih baik membiarkan keduanya tumbuh bersama sampai masa tuai, atau akhir dunia, yang berarti kehancuran dari yang jahat, yang belum tergenapi ….
‘… Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ Ia menjawab, kata-Nya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anakanak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat’ [Matius 13:36–38].
Sekarang biarlah para pembaca kami menyimak pernyataan— ‘ladang ialah dunia, … lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman [dengan cermat amatilah pernyataan ini—akhir zaman], dan para penuai itu malaikat’ [Matius 13:38–39].
Sekarang orang tidak bisa memiliki landasan apa pun untuk mengatakan bahwa ini bersifat perlambangan, atau bahwa itu maknanya berbeda dengan apa yang dinyatakannya, karena Dia sekarang menjelaskan apa yang Dia sebelumnya ucapkan dalam perumpamaan; dan menurut bahasa ini, akhir zaman merupakan masa penghancuran yang jahat; masa tuai dan akhir dunia merupakan kiasan dari keluarga umat manusia di zaman akhir, daripada bumi, sebagaimana dibayangkan banyak orang, dan yang akan mendahului kedatangan Anak Manusia, serta pemulihan segala sesuatu yang diucapkan oleh mulut para nabi kudus sejak awal dunia; dan para malaikat akan terlibat dalam pekerjaan besar ini, karena mereka adalah para penuainya.
‘Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman’ [Matius 13:40]; artinya, sebagaimana para hamba Allah pergi memperingatkan bangsa-bangsa, baik imam maupun orang-orang, dan sewaktu mereka mengeraskan hati mereka serta menolak terang kebenaran, ini sebagai yang pertama yang diserahkan kepada pukulan Setan, serta hukum dan kesaksian yang ditutup, … mereka ditinggalkan dalam kegelapan, dan diserahkan pada hari pembakaran; karenanya terikat oleh pernyataan keyakinan mereka, dan ikatan mereka dijadikan kuat oleh para imam mereka, [mereka] siap bagi penggenapan perkataan Juruselamat—‘Anak Manusia akan menyuruh malaikatmalaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi’ [Matius 13:41–42].
Kita mengerti bahwa pekerjaan mengumpulkan gandum ke dalam lumbung, atau tempat penyimpanan, akan terjadi sementara lalang sedang diikat dan disiapkan bagi hari pembakaran; bahwa setelah hari pembakaran, ‘orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’ [Matius 13:43].”9
Perumpamaan tentang biji sesawi mengajarkan bahwa Gereja dan Kerajaan Allah, yang didirikan di zaman akhir ini, akan menyebar ke seluruh bumi.
“Dan lagi, sebuah perumpamaan lain Dia sampaikan kepada mereka, yang merupakan kiasan mengenai Kerajaan yang akan ditegakkan tepat sebelum atau pada waktu masa tuai, yang bunyinya sebagai berikut—‘Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya’ [Matius 13:31–32]. Sekarang kita dapat melihat dengan jelas bahwa perumpamaan ini diberikan untuk melambangkan Gereja sebagaimana itu akan tampil di zaman akhir. Lihatlah, Kerajaan Surga diumpamakan seperti itu. Sekarang, apa yang seperti itu?
Mari kita pertimbangkan Kitab Mormon, yang seseorang ambil dan sembunyikan di ladangnya, mengamankannya dengan imannya, untuk muncul ke permukaan di zaman akhir, atau pada waktu yang tepat; mari kita melihatnya tampil keluar dari tanah, yang memang dianggap merupakan yang terkecil di antara segala benih, tetapi lihatlah itu mulai tumbuh bercabang, ya, bahkan menjulang tinggi dengan cabang-cabang yang angkuh dan kemegahan bagaikan Allah, sampai itu, bagaikan biji sesawi, menjadi yang terbesar di antara segala sayuran. Dan itu adalah kebenaran, dan itu telah berkecambah dan tampil keluar dari tanah, dan kebaikan mulai memandang ke bawah dari surga [lihat Mazmur 85:11; Musa 7:62], dan Allah mengirimkan kuasa, karunia, dan para malaikat-Nya untuk hinggap di cabang-cabangnya.
Kerajaan Surga adalah seumpama biji sesawi. Lihatlah, karenanya, bukankah ini Kerajaan Surga yang mengangkat kepalanya di zaman akhir dalam kemegahan dari Allahnya, bahkan Gereja dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, bagaikan batu karang yang tak tertembuskan, tak tergerakkan di tengah-tengah kedalaman yang luas, mengalami badai dan prahara Setan, yang telah, sejauh ini, tetap bertahan, dan masih terus menghadapi ombak penentangan yang menggunung, yang digerakkan oleh angin menggelora dari kapal yang tenggelam, yang telah [menghantam] dan masih terus menghantam dengan buih yang membahana sepanjang puncaknya yang berjaya; didorong maju oleh keberangan yang dilipatgandakan oleh musuh kebenaran? ….
Awan kegelapan telah lama menghantam bagaikan ombak yang menggunung ke atas batu karang tak tergerakkan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir; dan terlepas dari semua ini, biji sesawi tersebut masih tetap menjulang tinggi dengan cabang-cabangnya yang angkuh, semakin tinggi, serta menyebarkan diri semakin lebar; dan roda kereta Kerajaan masih bergulir, didorong oleh tangan perkasa Yehova; dan terlepas dari segala penentangan, masih terus bergulir, sampai firman-Nya semuanya digenapi.”10
Kesaksian Tiga Orang Saksi dan tulisan suci zaman akhir adalah bagaikan ragi yang tersembunyi dalam tepung; perumpamaan tentang pukat mengajarkan tentang pengumpulan yang mendunia.
“‘Dan Ia menceritakan perumpamaan itu juga kepada mereka: Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya’ [Matius 13:33]. Dapat dimengerti bahwa Gereja dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir telah menerima perkembangannya dari sedikit ragi yang dimasukkan ke dalam tiga orang saksi. Lihatlah, betapa miripnya ini dengan perumpamaan itu! Itu cepat mengkhamirkan seluruh adonan, dan akan segera mengkhamirkan keseluruhannya …
‘Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang’ [Matius 13:47–48]. Untuk pekerjaan dengan pola ini, lihatlah benih Yusuf, menyebarkan pukat Injil ke seluruh dunia, mengumpulkan berbagaibagai jenis, agar yang baik dapat disimpan dalam pasu yang disiapkan untuk maksud itu, dan para malaikat akan mengurus yang tidak baik. ‘Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Mengertikah kamu semuanya itu? Mereka menjawab: Ya, kami mengerti.’ [Matius 13:49–51]. Dan kita mengatakan, Ya, Tuhan; dan tepatlah mereka mengatakan, Ya, Tuhan; karena hal-hal ini begitu jelasnya dan begitu agungnya, sehingga setiap Orang Suci di zaman akhir harus menanggapi dengan Amin yang penuh semangat terhadapnya.
‘Maka berkatalah Yesus kepada mereka: Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya’ [Matius 13:52].
Untuk pekerjaan dari contoh ini, lihatlah Kitab Mormon tampil keluar dari harta perbendaharaan hati. Juga perjanjianperjanjian yang diberikan kepada para Orang Suci Zaman Akhir [Ajaran dan Perjanjian], juga penerjemahan Alkitab—dengan demikian menampilkan dari hati hal-hal yang baru dan lama, dengan demikian menjawab mengenai tiga sukat tepung terigu yang melalui sentuhan pemurnian oleh wahyu mengenai Yesus Kristus. Dan pelayanan para malaikat, yang telah memulai pekerjaan ini di zaman akhir, yang akan menjawab mengenai ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Amin.”11
Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran
Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.
-
Ulaslah halaman 339-341. Apa yang dapat kita pelajari dari teladan Joseph Smith untuk membantu kita dalam pembelajaran tulisan suci pribadi kita?
-
Ulaslah penjelasan Joseph Smith mengenai mengapa Juruselamat kadang-kadang mengajar dengan perumpamaan (hlm. 341-343). Sewaktu kita mempelajari kebenaran Injil, menurut Anda apa artinya melihat dengan mata kita dan mendengar dengan telinga kita? Mengapa menurut Anda terang akan diambil dari kita jika kita tidak bersedia untuk menerima terang yang lebih besar? Pikirkanlah mengenai apa yang perlu Anda lakukan untuk menerima lebih banyak terang Injil.
-
Pelajarilah perumpamaan mengenai seorang penabur (hlm. 343-345). Dalam perumpamaan ini, Juruselamat memperlihatkan bahwa pesan Injil yang sama menghasilkan dampak yang berbeda bergantung pada bagaimana orang menerimanya. Mengapa firman Allah tidak mampu tumbuh dalam diri orangorang yang “hatinya penuh dengan kejahatan”? Mengapa kesulitan dan penganiayaan menuntun beberapa orang untuk mengesampingkan firman Allah? Dengan cara apakah “kekhawatiran dunia ini” dan “tipu daya kekayaan” dapat menghimpit firman dalam diri kita?
-
Bagaimana kita dapat memastikan bahwa “tanah” kita baik ketika firman ditanamkan dalam diri kita? Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mempersiapkan hati mereka untuk menerima firman?
-
Dalam perumpamaan gandum dan lalang (hlm. 346-348), gandum melambangkan orang yang benar, atau “anak-anak Kerajaan.” Lalang melambangkan “anak-anak si jahat.” Bagaimana kita dapat bertahan setia meskipun “lalang” diperkenankan untuk tumbuh di antara “gandum”? Bagaimana Ajaran dan Perjanjian 86:1–7 membantu Anda memahami perumpamaan itu?
-
Dengan cara apa Gereja dewasa ini adalah bagaikan pohon yang tumbuh dalam perumpamaan biji sesawi? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 348-349).
-
Ulaslah halaman 349-351. Simaklah bahwa ragi adalah suatu bahan yang menyebabkan adonan roti mengembang. Dengan cara apa tulisan suci zaman akhir adalah bagaikan ragi bagi Gereja? Bagaimanakah itu bagaikan ragi bagi Anda secara pribadi? Bagaimanakah tulisan suci zaman akhir itu bagaikan harta perbendaharaan “yang baru dan yang lama”?
-
Dalam perumpamaan tentang pukat Injil (hlm. 349), mengapa menurut Anda adalah penting bahwa pukat itu mengumpulkan ikan dari berbagai-bagai jenis? Bagaimanakah perumpamaan ini digenapi dewasa ini?
Tulisan Suci Terkait: Lukas 8:4–18; Alma 12:9–11; A&P 86:1–11; 101:63–68