Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 20: Hati yang Penuh dengan Kasih dan Iman: Surat-Surat Nabi kepada Keluarganya


Bab 20

Hati yang Penuh dengan Kasih dan Iman: Surat-Surat Nabi kepada Keluarganya

“Ingatlah bahwa aku adalah teman yang sejati dan setia bagimu serta anak-anak selamanya. Hatiku tertambat di sekeliling hatimu selama-lamanya. Ah, semoga Allah memberkati kamu sekalian.”

Dari Kehidupan Joseph Smith

Dalam panggilan kenabiannya, Joseph Smith dituntut banyak melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan sebuah organisasi yang berkembang pesat. Setelah dia menyatakan Independence, Missouri, sebagai tempat untuk pembangunan Sion, di musim panas tahun 1831, Gereja tumbuh dengan cepat di sana, seperti juga di Kirtland, Ohio. Dari tahun 1831 hingga 1838, Gereja memiliki dua pusat keanggotaan, satu di Missouri dan yang lainnya di Kirtland, di tempat Nabi tinggal. Selama masa ini, Nabi melakukan perjalanan berat sejauh 900 mil ke Missouri itu lima kali untuk mengawasi perkembangan Gereja di sana.

Pada tahun 1833 dan lagi pada tahun 1837, Joseph Smith mengunjungi Upper Canada [Kanada belahan Atas], mengajarkan Injil dan menguatkan cabang-cabang. Pada tahun 1834 dan 1835, dia melakukan perjalanan ke Michigan untuk mengunjungi para anggota Gereja. Selama bertahun-tahun, dia mengkhotbahkan Injil dan menangani urusan Gereja di Springfield, Illinois; Boston dan Salem, Massachusetts; Monmouth County, New Jersey, New York City dan Albany, New York; Cincinnati, Ohio; Philadelphia, Pennsylvania; Washington, D. C.; dan beragam lokasi lainnya.

Perjalanan Nabi sering membawanya jauh dari rumah dan keluarganya, seperti juga penganiayaan yang berulang kali dihadapinya. Dia secara tidak adil ditahan dan dipenjara beberapa kali, dan dia adalah korban dari lusinan tuduhan hukum yang tak berdasar. Misalnya, pada tanggal 27 Juli 1837, Nabi dan beberapa pemimpin Gereja lainnya meninggalkan Kirtland untuk mengunjungi para Orang Suci di Kanada. Ketika mereka mencapai Painesville, Ohio, mereka “ditahan sepanjang hari oleh tuduhan hukum yang penuh kedengkian dan menjengkelkan.” Karena mereka tidak berada jauh dari Kirtland, mereka beranjak pulang untuk beristirahat dan kemudian memulai perjalanan mereka lagi pada hari berikutnya. “Sekitar saat terbenamnya matahari saya masuk ke dalam kereta untuk pulang ke Kirtland,” tulis Nabi. “Pada saat inilah sheriff [penguasa setempat] melompat ke dalam kereta, merebut tali kendali kuda saya, dan menyerahkan surat panggilan pengadilan lainnya kepada saya.”1

Banyaknya ketidakhadiran Nabi di rumah merupakan ujian yang berat baginya dan bagi keluarganya. Surat-suratnya kepada Emma mengungkapkan kesepian yang dialaminya dan kerinduan yang dirasakannya baginya dan bagi anak-anak mereka. Dia menulis terus-menerus mengenai kasihnya yang besar bagi keluarganya dan imannya kepada Allah. Dia juga memberikan keyakinan yang menguatkan bagi keluarganya, menyatakan optimisme tentang masa depan terlepas dari penderitaan yang mereka hadapi.

Pada tanggal 1 April 1832, Nabi meninggalkan rumah untuk perjalanan keduanya ke Missouri, hanya seminggu setelah dia dilumuri aspal dan bulu oleh gerombolan perusuh dan hanya dua hari setelah putra angkatnya meninggal dunia. Tentunya hatinya sarat dengan kesedihan dan kekhawatiran bagi istrinya, Emma, serta bagi satu-satunya anaknya yang hidup, Julia. Sementara dia dalam perjalanan pulang bulan berikutnya, tak sabar untuk bergabung dengan keluarganya, dia tertahan selama beberapa minggu di Greenville, Indiana. Uskup Newel K. Whitney, salah seorang rekan perjalanan Nabi, mengalami luka parah di kakinya dalam kecelakaan kereta dan perlu memulihkan diri sebelum dia dapat melakukan perjalanan. Selama waktu ini, Nabi sempat mengalami keracunan entah karena apa, yang menyebabkannya muntah-muntah dengan parahnya sehingga mengalami pergeseran tulang rahang. Dia pergi kepada Uskup Whitney, yang, meskipun masih terbaring di ranjang, memberi Joseph berkat keimamatan. Nabi segera menjadi sembuh.

Tak lama setelah pengalaman ini, Nabi menuliskan baris-baris berikut kepada istrinya: “Brother Martin [Harris] telah tiba di sini dan membawa kabar menyenangkan bahwa keluarga kami sehat ketika dia berangkat dari sana, yang amat menceriakan hati kami dan membangkitkan semangat kami. Kami berterima kasih kepada Bapa Surgawi kami akan kebaikan-Nya kepada kami dan kalian semua …. Keadaanku amat tidak menyenangkan, meskipun aku akan berikhtiar untuk berpuas diri, dengan Tuhan membantuku …. Aku sebenarnya ingin melihat Julia mungil dan sekali lagi mendudukkannya di pangkuanku serta berbincang denganmu …. Aku nyatakan kesetiaanku sebagai suamimu. Tuhan memberkatimu, damai menyertaimu, maka selamat tinggal sampai aku kembali.”2

Ajaran-Ajaran Joseph Smith

Anggota keluarga saling berdoa, menghibur, dan menguatkan.

Kepada Emma Smith pada tanggal 13 Oktober 1832, dari New York City, New York: “Hari ini aku telah berjalan-jalan menyusuri bagian kota New York yang paling bagus. Bangunanbangunannya benar-benar hebat dan menyenangkan, mencengangkan semua yang melihatnya …. Setelah melihat semua yang ingin kulihat, aku kembali ke kamarku untuk bermeditasi serta menenangkan pikiranku; dan lihatlah, pikiran mengenai rumah, mengenai Emma dan Julia, merasuki benakku bagaikan air bah dan aku mengharapkan sejenak berada bersama mereka. Dadaku penuh dengan segala perasaan dan kelembutan seorang orang tua dan suami, dan seandainya aku bisa berada bersamamu aku akan memberitahumu banyak hal ….

Aku merasa seolah ingin mengatakan sesuatu kepadamu untuk menghiburmu dalam ujian khususmu dan penderitaanmu saat ini [Emma sedang hamil ketika itu]. Aku berharap Allah akan memberimu kekuatan agar engkau tidak akan melemah. Aku berdoa memohon kepada Allah untuk melunakkan hati mereka di sekitarmu agar ramah kepadamu dan mengangkat beban dari pundakmu sebanyak mungkin serta tidak menyengsarakanmu. Aku turut merasakan untukmu, karena aku tahu keadaanmu dan bahwa orang lain tidak, tetapi engkau harus menghibur dirimu sendiri dengan mengetahui bahwa Allah adalah temanmu di surga dan bahwa engkau memiliki seorang teman yang sejati serta hidup di bumi, suamimu.”3

Kepada Emma Smith tanggal 12 November 1838, dari Richmond, Missouri, tempat dia dijadikan tahanan: “Aku menerima suratmu, yang aku baca berulang kali; betapa itu merupakan remah yang manis bagiku. Ya Allah, izinkanlah agar aku boleh mendapatkan kesempatan istimewa untuk melihat sekali lagi keluargaku yang baik dalam kenikmatan manisnya kebebasan dan kehidupan bermasyarakat. Untuk mendekap mereka ke dadaku dan menciumi pipi mereka yang rupawan akan mengisi hatiku dengan rasa syukur yang tak terucapkan. Katakan kepada anakanak bahwa aku masih hidup dan percaya aku akan datang serta melihat mereka tak lama lagi. Hiburlah hati mereka sebisamu, dan berusahalah untuk menghibur dirimu sendiri sebisamu ….

“n.b.: Tulislah sesering yang dapat kaulakukan, dan jika mungkin datanglah serta tengoklah aku, dan bawalah anak-anak jika mungkin. Bertindaklah sesuai perasaan dan penilaian terbaikmu, serta berikhtiarlah untuk dihiburkan, jika mungkin, dan aku percaya bahwa semuanya akan berakhir dengan baik.”4

Kepada Emma Smith tanggal 4 April 1839, dari penjara di Liberty, Missouri: “Emmaku yang terkasih, aku memikirkan tentang engkau dan anak-anak terus-menerus …. Aku ingin melihat Frederick kecil, Joseph, Julia, dan Alexander, Johanna [seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama keluarga Smith], dan si Major tua [anjing keluarga itu]. Dan mengenai dirimu sendiri, jika kamu ingin tahu betapa aku ingin melihatmu, periksalah perasaanmu, betapa engkau pun ingin melihatku, dan nilailah sendiri. Aku dengan senang hati mau berjalan dari sini kepadamu tanpa alas kali dan tanpa penutup kepala serta setengah telanjang untuk melihatmu serta menganggap itu suatu kenikmatan yang besar, dan tidak menganggapnya berat …. Aku menanggung dengan tegar semua penindasan terhadapku; demikian pula mereka yang berada bersamaku. Tidak seorang pun di antara kami yang ingkar.”5

Kepada Emma Smith tanggal 20 Januari 1840, dari Chester County, Pennsylvania: “Aku merasa amat gelisah ingin melihat kalian semua sekali lagi di dunia ini. Waktu terasa lama ketika aku dijauhkan dari kebersamaan denganmu, tetapi dengan Tuhan sebagai penolongku, aku tidak akan terlalu lama lagi …. Aku dipenuhi dengan kegelisahan yang terus-menerus dan akan terus demikian sampai aku sampai di rumah. Aku berdoa Allah akan melindungi kalian semua sampai aku tiba di rumah. Emmaku yang terkasih, hatiku tertambat di sekelilingmu dan anak-anak yang kecil itu. Aku ingin engkau mengingatku. Katakan kepada anak-anak bahwa aku mengasihi mereka dan akan pulang segera setelah aku bisa. Milikmu dalam ikatan kasih, suamimu.”6

Tanggung jawab untuk mengajar anak-anak kita selalu menyertai kita.

Kepada Emma Smith tanggal 12 November 1838, dari Richmond, Missouri, tempat dia dijadikan tahanan: “Katakan kepada Joseph kecil bahwa dia harus menjadi anak yang baik; Ayah mengasihinya dengan kasih yang sempurna. Dia adalah yang tertua dan tidak boleh menyakiti mereka yang lebih kecil darinya, namun menghibur mereka. Katakan kepada Frederick kecil bahwa Ayah mengasihinya dengan segenap hatinya; dia adalah seorang anak lelaki yang elok. Julia adalah seorang anak perempuan kecil yang elok. Aku mengasihinya juga. Dia adalah seorang anak yang menjanjikan. Katakan kepadanya Ayah ingin dia mengingatnya dan menjadi anak yang baik. Katakan kepada yang lainnya bahwa aku memikirkan mereka dan berdoa bagi mereka semua …. Alexander kecil berada dalam pikiranku terus-menerus. Ah, Emmaku yang penuh kasih sayang, aku ingin kamu [ingat] bahwa aku adalah teman yang sejati dan setia bagimu dan anak-anak selamanya. Hatiku tertambat di sekeliling hatimu selama-lamanya. Ah, semoga Allah memberkati kamu sekalian, amin. Aku adalah suamimu serta berada dalam belenggu dan kesengsaraan.”7

Kepada Emma Smith tanggal 4 April 1839, dari penjara di Liberty, Missouri: “Aku ingin agar kamu tidak membiarkan anakanak kecil itu melupakanku. Katakan kepada mereka bahwa Ayah mengasihi mereka dengan kasih yang sempurna, dan dia sedang melakukan sebisanya untuk menghindar dari gerombolan perusuh yang akan datang kepada mereka. Ajarkan kepada [anakanak itu] semuanya sebisamu, agar mereka boleh memiliki pemikiran yang baik. Bersikaplah lembut dan ramah kepada mereka; janganlah sering mengomel kepada mereka, tetapi dengarkanlah keinginan mereka. Katakan kepada mereka, Ayah mengatakan bahwa mereka harus menjadi anak-anak yang baik dan memerhatikan Ibu mereka. Emmaku yang terkasih, ada tanggung jawab besar yang engkau emban untuk memelihara dirimu sendiri dalam kehormatan dan kejernihan pikiran di hadapan mereka serta mengajarkan kepada mereka hal-hal yang benar, untuk membentuk pikiran mereka yang muda dan rentan agar mereka memulai di jalan yang benar dan tidak ternoda sewaktu kecil dengan melihat teladan yang tidak saleh.”8

Kepada Emma Smith tanggal 9 November 1839, dari Springfield, Illinois: “Aku akan dipenuhi dengan kegelisahan terus-menerus mengenai kamu dan anak-anak sampai aku mendengar darimu dan, dengan cara yang khusus, Frederick kecil. Sangatlah menyakitkan harus meninggalkannya dalam keadaan sakit. Aku berharap kamu akan mengawasi keturunan-keturunan muda itu dengan cara yang pantas bagi seorang ibu dan seorang orang suci serta berusaha untuk membina pikiran mereka dan [mengajarkan] kepada mereka untuk membaca dan untuk berpikiran jernih. Jangan biarkan mereka terkena udara hingga masuk angin, dan berusahalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin istirahat. Akan merupakan waktu yang panjang dan sepi selama ketidakhadiranku bersamamu …. Bersabarlah sampai aku datang, dan lakukanlah yang terbaik sebisamu. Aku tidak dapat menuliskan apa yang aku inginkan tetapi percayalah kepadaku, perasaanku hanyalah yang terbaik terhadap kalian semua.”9

Allah adalah teman kita, dan kita dapat memercayai-Nya pada saat-saat kemalangan kita.

Kepada Emma Smith tanggal 6 Juni 1832, dari Greenville, Indiana: “Aku telah mengunjungi sebuah hutan kecil yang ada di belakang kota hampir setiap hari, di mana saya dapat berada terpencil dari mata makhluk fana mana pun dan di sana mencurahkan segenap perasaan hatiku dalam meditasi dan doa. Aku telah mengenang kembali semua masa lalu kehidupanku dan dibiarkan bersedih serta menitikkan air mata duka bagi kebodohanku dalam membiarkan musuh jiwaku memiliki begitu banyak kuasa atas diriku seperti yang dimilikinya di masa lalu. Tetapi Allah berbelas kasihan serta telah mengampuni dosadosaku, dan aku bersukacita bahwa Dia mengutus sang Penghibur kepada sebanyak mungkin orang yang percaya dan merendahkan hati mereka sendiri di hadapan-Nya ….

Aku akan berusaha untuk berpuas diri dengan bagianku, mengetahui bahwa Allah adalah temanku. Di dalam Dia aku akan menemukan penghiburan. Aku telah menyerahkan hidupku ke dalam tangan-Nya. Aku siap untuk pergi ketika datang panggilan-Nya. Aku berhasrat untuk berada bersama Kristus. Aku tidak menganggap hidupku berharga bagiku [kecuali] untuk melakukan kehendak-Nya.”10

Kepada Emma Smith tanggal 4 Juni 1834, dari tepian Sungai Mississippi di barat Illinois; Nabi Joseph sedang melakukan perjalanan dengan Kemah Sion: “Sekali-sekali pikiran kami berat dengan kegelisahan yang tak terterakan akan para istri kami dan anak-anak kami—sanak saudara kami menurut daging yang tertambat di sekeliling hati kami—dan juga saudara-saudara serta teman-teman kami …. Beri tahu Bapak Smith dan segenap keluarga serta Brother Oliver [Cowdery] agar terhibur serta menantikan harinya ketika ujian dan penderitaan kehidupan ini akan mencapai akhirnya, dan kita semua [akan] menikmati buah dari kerja kita jika kita bertahan setia sampai akhir, yang aku doakan semoga menjadi bagian penuh bahagia milik kita semua.”11

Kepada Emma Smith tanggal 4 November 1838, dari Independence, Missouri, tempat dia dijadikan tahanan: “Rekan jiwaku yang terkasih dan tercinta dalam kesengsaraan serta penderitaan, aku ingin memberitahumu bahwa aku sehat dan bahwa kami semua berada dalam semangat yang baik sehubungan dengan nasib kami sendiri …. Aku merasakan kegelisahan besar mengenai dirimu dan anak-anakku yang elok. Hatiku berduka dan teriris bagi para saudara serta bagi umat Allah yang terbunuh …. Apa yang Allah dapat lakukan bagi kami aku tidak tahu, tetapi aku berharap yang terbaik selalu dalam setiap keadaan. Meskipun aku pergi menuju kematian, aku akan percaya kepada Allah. Keberangan apa yang dapat dilakukan oleh gerombolan perusuh aku pun tidak tahu, tetapi diperkirakan hanya akan ada sedikit atau bahkan tidak ada usaha menahan diri. Ah, semoga Allah berbelas kasihan kepada kami …. Allah telah menyelamatkan sebagian dari kami sejauh ini; mungkin Dia masih akan menyatakan belas kasihan seberapa pun besarnya bagi kami ….

Aku tidak dapat mengetahui banyak secara pasti dalam situasiku saat ini, dan hanya dapat berdoa memohon pembebasan sampai itu diberikan dan menanggung segalanya pada saatnya dengan kesabaran dan ketegaran. Aku berharap engkau akan setia dan teguh terhadap setiap kepercayaan. Aku tidak dapat menulis banyak dalam situasiku. Tanganilah segala hal sebagaimana keadaan dan kebutuhan yang kauperlukan. Semoga Allah memberimu kebijaksanaan dan kearifan serta kejernihan pikiran, yang aku yakini sepenuhnya akan engkau [miliki].

Anak-anak kecil itu merupakan topik meditasiku terusmenerus. Katakan kepada mereka bahwa Ayah masih hidup. Semoga Allah mengizinkan agar dia boleh melihat mereka lagi. Ah Emma, … janganlah tinggalkan aku atau kebenaran, tetapi ingatlah aku; jika aku tidak bertemu lagi denganmu dalam kehidupan ini, semoga Allah mengizinkan agar kita boleh bertemu di surga. Aku tidak dapat menyatakan perasaanku; hatiku terasa sesak. Selamat tinggal, oh Emmaku yang baik dan penuh kasih sayang. Aku adalah milikmu selamanya, suami dan teman sejatimu.”12

Kepada Emma Smith tanggal 21 Maret 1839, dari penjara di Liberty, Missouri: “Emmaku yang terkasih, aku sangat tahu kesulitanmu dan bersimpati denganmu. Jika Allah mau menyelamatkan hidupku sekali lagi agar memperoleh kesempatan istimewa untuk mengurus dirimu, aku akan meringankan bebanmu dan berikhtiar untuk menghibur hatimu. Aku ingin engkau merawat keluarga sebaik yang engkau bisa. Aku percaya engkau akan melakukan sebisamu. Aku sedih mendengar bahwa Frederick sakit, tetapi aku yakin dia sudah sehat lagi dan bahwa engkau pun sehat. Aku ingin engkau berusaha mencari waktu dan menulis kepadaku sepucuk surat yang panjang serta menceritakan kepadaku semua sebisamu dan bahkan apakah si Major tua masih hidup serta apa yang dikatakan para pengoceh kecil itu yang bergelantungan di lehermu …. Beri tahu mereka aku berada di penjara agar nyawa mereka boleh diselamatkan ….

Allah mengatur segala sesuatu menurut nasihat kehendak-Nya Sendiri. Kepercayaanku ada pada-Nya. Keselamatan jiwaku adalah yang paling penting bagiku karena aku tahu secara pasti akan hal-hal yang kekal. Jika surga menahan diri, itu tidak berarti apaapa bagiku. Aku harus mengarahkan [kapal-]ku dengan aman, yang ingin aku lakukan. Aku ingin engkau melakukan hal yang sama. Milikmu selamanya.”13

Kepada Emma Smith tanggal 16 Agustus 1842, dekat Nauvoo, Illinois; Nabi Joseph sedang bersembunyi dari musuh-musuhnya: “Aku memberanikan diri untuk menyampaikan kepadamu rasa terima kasihku yang tulus untuk dua kunjungan menarik dan menghibur yang engkau lakukan bagiku dalam keadaanku yang hampir terkucilkan. Lidah tidak dapat menyatakan rasa syukur hatiku, karena persahabatan yang hangat dan sepenuh hati yang engkau tunjukkan dalam hal-hal ini terhadapku. Waktu telah berlalu, sejak engkau meninggalkanku, dengan cukup baik sejauh ini; pikiranku telah didamaikan dengan nasibku, biarlah terjadi apa yang harus terjadi ….

Sampaikan kepada anak-anak bahwa keadaan ayah mereka masih baik; dan bahwa dia tetap dalam doa yang kuat kepada Allah Yang Mahakuasa bagi keselamatan dirinya sendiri, dan bagimu, serta bagi mereka. Beri tahu Ibu Smith bahwa akan baik saja keadaan putranya, baik dalam kehidupan atau dalam kematian; karena demikianlah firman Tuhan Allah. Beri tahu dia bahwa aku ingat dia sepanjang waktu, seperti juga Lucy [adik Joseph], dan semua yang lainnya. Mereka haruslah ceria …. Milikmu dalam kehangatan, suamimu yang penuh kasih sayang hingga kematian, sepanjang segala kekekalan; untuk selamanya.”14

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.

  • Ulaslah secara singkat bab ini, dengan menyimak perasaan Joseph Smith terhadap Emma dan anak-anak mereka. Apa yang diajarkan teladannya mengenai bagaimana kita hendaknya berbicara dan bertindak di dalam keluarga kita? Apa yang dapat kita pelajari dari upaya Joseph dan Emma untuk saling menyurati dan saling bertemu? Apa saja yang telah Anda lakukan untuk memperlihatkan kepada anggota keluarga Anda bahwa Anda mengasihi mereka?

  • Nabi Joseph memberitahu Emma bahwa dia adalah “teman yang sejati dan setia bagi [dia] dan anak-anak selamanya,” dan dia berterima kasih kepada Emma atas “persahabatan[-nya] yang hangat dan sepenuh hati” (halaman 278–283). Apa yang dapat dilakukan para suami dan istri untuk memelihara persahabatan mereka?

  • Dalam surat-suratnya, Joseph Smith memperlihatkan kepercayaannya kepada Emma, menyatakan keyakinan bahwa dia akan membuat keputusan-keputusan yang baik dan melakukan apa yang dapat dilakukannya untuk mengurus keluarga (halaman 281). Bagaimana pernyataan-pernyataan kepercayaan seperti itu memengaruhi hubungan antara seorang suami dan istri?

  • Bacalah pesan Nabi Joseph kepada anak-anaknya di alinea kedua di halaman 283. Bagaimana ini dapat membantu anakanaknya ketika menerima kabar ini? Pada masa-masa penuh ujian, apa yang dapat dilakukan orang tua untuk memperlihatkan kepada anak-anak mereka bahwa mereka beriman kepada Allah?

  • Ulaslah pernyataan kepercayaan Joseph Smith kepada Allah yang didapati di halaman 280–283. Kenalilah beberapa di antara pernyataan ini yang secara khusus menyentuh bagi Anda. Bagaimana Anda dapat menerapkan kebenaran ini di dalam kehidupan Anda?

Tulisan Suci Terkait: Kejadian 2:24; 1 Korintus 11:11; Efesus 5:25; Mosia 4:14–15; A&P 25:5, 9, 14; 68:25–28

Catatan

  1. History of the Church, 2:502; ejaan dimodernkan; dari “History of the Church” (manuskrip), book B-1, hlm. 767, dan adendum, hlm. 6, Arsip Gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Salt Lake City, Utah.

  2. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 6 Juni 1832, Greenville, Indiana; Chicago Historical Society, Chicago, Illinois.

  3. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 13 Oktober 1832, New York City, New York; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri.

  4. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 12 November 1838, Richmond, Missouri; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri.

  5. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 4 April 1839, Penjara Liberty, Liberty, Missouri; Beinecke Library, Yale University, New Haven, Connecticut; salinan di Arsip Gereja. Nama lengkap Johanna adalah Johanna Carter; dia adalah putri yatim piatu dari John S. dan Elizabeth Kenyon Carter.

  6. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 20 Januari 1840, Chester County, Pennsylvania; Chicago Historical Society, Chicago, Illinois.

  7. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 12 November 1838, Richmond, Missouri; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri.

  8. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 4 April 1839, Penjara Liberty, Liberty, Missouri; Beinecke Library, Yale University, New Haven, Connecticut; salinan di Arsip Gereja.

  9. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 9 November 1839, Springfield, Illinois; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri; salinan di Arsip Gereja.

  10. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 6 Juni 1832, Greenville, Indiana; Chicago Historical Society, Chicago, Illinois.

  11. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 4 Juni 1834, dari tepian Sungai Mississippi di barat Illinois; Letter Book 2, 1837–1843, hlm. 58, Joseph Smith, Collection, Arsip Gereja.

  12. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 4 November 1838, Independence, Missouri; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri; salinan dalam Arsip Gereja.

  13. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 21 Maret 1839, Penjara Liberty, Liberty, Missouri; Joseph Smith, Collection, Arsip Gereja.

  14. History of the Church, 5:103, 105; pembagian alinea diubah; dari sepucuk surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 16 Agustus 1842, dekat Nauvoo, Illinois.

Joseph’s family at Liberty Jail

Tanggung jawab Nabi yang banyak, dan juga penganiayaan-penganiayaan yang dialaminya, sering membawanya jauh dari keluarganya. Sementara dia dan kakaknya, Hyrum, ditahan di Penjara Liberty, istri Nabi, Emma, dan putra mereka, Joseph, datang mengunjunginya.

letter from Joseph to Emma

Sebagian dari surat yang Nabi Joseph Smith tuliskan kepada Emma Smith dari Penjara Liberty tanggal 21 Maret 1839.