Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 29: Hidup Bersama Orang Lain dalam Kedamaian dan Keharmonisan


Bab 29

Hidup Bersama Orang Lain dalam Kedamaian dan Keharmonisan

“Kita ingin hidup dalam damai dengan semua orang.”

Dari Kehidupan Joseph Smith

Salah satu hasrat para Orang Suci terdahulu hanyalah untuk diperkenankan menjalankan agama mereka dalam damai. Tetapi ke mana pun mereka pindah, kedamaian meninggalkan mereka. Pada tahun 1833, hanya dua tahun setelah pengudusan tempat pengumpulan di Missouri, gerombolan liar telah memaksa para Orang Suci untuk meninggalkan Jackson County, Missouri (lihat halaman 301). Para anggota Gereja menemukan tempat perlindungan sementara di Clay County, sebuah wilayah baru yang diorganisasi oleh badan legislatif negara bagian untuk mengakomodasi para Orang Suci. Far West, yang merupakan pusat wilayah tersebut, segera menjadi tempat permukiman Orang Suci Zaman Akhir yang berkembang pesat.

Nabi Joseph Smith terus menetap di Kirtland, Ohio, tetapi pada bulan Januari 1838, dia terpaksa pergi, khawatir akan keselamatan nyawanya. Bersama keluarganya, dia melakukan perjalanan sejauh 900 mil menuju Far West, dia bergabung dengan para Orang Suci yang tinggal di sana. Kemudian di tahun 1838, sebagian besar Orang Suci Kirtland menjual atau meninggalkan rumah mereka dan mengikuti Nabi ke Missouri. Untuk mengakomodasi para anggota Gereja yang tertumpah ke daerah itu, Nabi menentukan kawasan di dekat Far West untuk bermukim bagi para Orang Suci. Pada bulan Juli 1838, batu penjuru didedikasikan untuk sebuah bait suci di Far West, memberi para Orang Suci harapan bahwa mereka dapat mendirikan suatu permukiman permanen di tempat mereka dapat menikmati kemakmuran dan kedamaian. Sayangnya, tekanan serupa dengan yang mereka alami di Jackson County segera memisahkan mereka dari para pemukim setempat, dan pada musim gugur 1838, gerombolan liar serta pasukan militer sekali lagi mulai mengganggu dan menyerang para Orang Suci Zaman Akhir.

Suatu hari Nabi sedang mengunjungi rumah orang tuanya di Far West, ketika sekelompok pasukan militer bersenjata masuk ke dalam dan mengumumkan bahwa mereka telah datang untuk membunuhnya karena suatu tindakan kejahatan yang dituduhkan. Lucy Mack Smith, ibu Nabi, menggambarkan karunianya untuk membawa damai:

“[Joseph] melihat ke arah mereka dengan senyum yang amat menyenangkan dan, maju mendekati mereka, mengulurkan tangannya kepada mereka masing-masing dengan cara yang meyakinkan mereka bahwa dia bukanlah seorang pelaku kriminal yang bersalah ataupun seorang munafik yang ketakutan. Mereka berhenti dan menatap seolah hantu telah melintasi jalan mereka.

Joseph duduk dan memulai pembicaraan dengan mereka serta menjelaskan kepada mereka pandangan dan perasaan orangorang yang disebut Mormon dan apa arah hidup mereka, seperti juga perlakuan yang telah mereka dapatkan dari musuh-musuh mereka sejak awal mula Gereja. Dia memberi tahu mereka bahwa kedengkian dan pelecehan telah mengejar mereka sejak mereka memasuki Missouri, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melanggar hukum menurut pengetahuannya. Tetapi jika mereka telah melanggar, mereka berdiri siap untuk diadili menurut hukum ….

Setelah ini, dia bangkit dan berkata, ‘Ibu, saya pikir saya akan pulang ke rumah. Emma akan menantikan saya.’ Dua orang lompat berdiri, mengatakan, ‘Anda hendaknya tidak pergi sendirian, karena tidak aman. Kami akan pergi bersama Anda dan menjaga Anda.’ Joseph mengucapkan terima kasih kepada mereka, dan mereka pergi bersamanya.

Para perwira yang tersisa berdiri di pintu sementara mereka ini pergi, dan saya mendengar pembicaraan berikut di antara mereka:

Perwira Pertama: ‘Tidakkah Anda merasa aneh ketika Smith menjabat tangan Anda? Saya belum pernah merasakan itu dalam hidup saya.’

Perwira Kedua: ‘Saya merasa seolah saya tidak dapat bergerak. Saya tidak akan mencederai satu helai rambut pun dari kepala orang itu untuk apa pun di seluruh dunia.’

Perwira Ketiga: ‘Ini kali terakhirnya Anda akan mendapati saya datang untuk membunuh Joe Smith atau orang-orang Mormon sekalipun’ ….

`Orang-orang itu yang pergi bersama putra saya berjanji untuk membubarkan pasukan militer di bawah mereka dan pulang, serta mengatakan bahwa jika dia memerlukan mereka, mereka akan kembali dan mengikutinya ke mana pun.”1

Mengatakan kebenaran dengan cara yang ramah, yang terus terang, Joseph Smith mengatasi prasangka dan kekerasan serta menciptakan kedamaian dengan banyak dari mereka yang tadinya adalah musuhnya.

Ajaran-Ajaran Joseph Smith

Dengan berupaya untuk menjadi pembawa damai, kita dapat hidup dalam keharmonisan dan kasih yang lebih besar dengan sesama.

“Yesus berfirman: ‘Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah’ [Matius 5:9].” Karenanya jika bangsa, suatu Negara Bagian, masyarakat, atau keluarga perlu bersyukur untuk sesuatu, sesuatu itu adalah kedamaian.

Damai, anak Surga yang rupawan!—damai bagaikan terang dari orang tua agung yang sama, memuaskan, menghidupkan, serta membahagiakan yang saleh dan yang tidak saleh, serta merupakan intisari dari kebahagiaan di bawah, dan sukacita di atas.

Dia yang tidak berupaya dengan segenap kuasanya jiwa dan raga, dengan segala pengaruhnya di tempat sendiri dan di tempat-tempat lain—dan menyebabkan orang lain untuk melakukannya pula—untuk mengupayakan kedamaian serta mempertahankannya demi kepentingan dan kenyamanan dirinya sendiri, dan bagi kehormatan Negara Bagian, bangsa, serta negaranya, tidak memiliki hak tuntutan atas pengampunan [belas kasihan] manusia; juga hendaknya tidak berhak akan penemanan wanita atau perlindungan pemerintahan.

Dia merupakan cacing penyebab kanker yang menggerogoti organ-organ penting tubuhnya; dan burung bangkai yang siap memangsa tubuhnya sendiri; dan dia merupakan, berkaitan dengan kemungkinan serta kemakmurannya sendiri dalam hidup, seorang [penghancur] dari kenikmatannya sendiri.

Suatu masyarakat yang terdiri dari sosok-sosok seperti itu tidaklah berada jauh dari neraka di bumi, dan hendaknya dibiarkan sendirian karena tidak pantas menerima senyuman dari orang-orang yang bebas dan pujian dari orang-orang yang berani.

Namun si pembawa damai, hai bukalah telinga Anda baginya! Karena perkataan dari mulutnya dan ajarannya turun menetes bagaikan hujan dan mengembun bagaikan embun. Itu bagaikan uap air yang lembut di atas tanaman, dan bagaikan hujan yang turun dengan segar ke atas rumput.

Penghidupan, kebajikan, kasih, kepuasan, kedermawanan, kebaikan hati, kasih sayang, kemanusiaan, dan persahabatan mendorong kehidupan menuju sukacita: dan manusia, sedikit di bawah malaikat, menerapkan kekuatan, hak istimewa, dan pengetahuan mereka sesuai dengan tata tertib, aturan, dan peraturan wahyu, melalui Yesus Kristus, bersemayam bersama dalam kesatuan; dan keharuman yang dihembuskan oleh napas sukacita serta kepuasan dari persekutuan saleh mereka adalah bagaikan minyak wangi yang mewah dari minyak yang dikuduskan yang dicurahkan ke atas kepala Harun, atau bagaikan wewangian semerbak yang keluar dari ladang rempah-rempah Arab. Ya, lebih lagi, suara si pembawa damai—

‘Bak musik suasana—

Menawan jiwa kita dan menenangkan rasa takut kita;

Mengubah dunia menjadi Firdaus,

Dan manusia menjadi mutiara yang sangat berharga.’”2

“Saudara terkasih, tetaplah melanjutkan dalam kasih persaudaraan; berjalanlah dalam kelembutan hati, berjaga-jaga dalam doa, agar Anda tidak dikuasai. Ikutilah kedamaian, sebagaimana dikatakan oleh saudara kita Paulus, agar Anda boleh menjadi anak-anak Bapa Surgawi kita [lihat Roma 14:19].”3

“Kemanusiaan bagi semua orang, akal sehat dan pemerkayaan untuk menegaskan kebajikan, dan kebaikan untuk membalas kejahatan adalah … secara unggul dirancang untuk menyembuhkan lebih banyak ketidakteraturan masyarakat daripada suatu seruan untuk mengangkat senjata, atau bahkan argumentasi yang tidak disertai dengan persahabatan …. Moto kita, karenanya, adalah Damai dengan semua! Jika kita memiliki sukacita dalam kasih Allah, biarlah kita berusaha untuk memberikan alasan bagi sukacita itu, yang seluruh dunia tidak dapat menyanggah atau atau menolaknya.”4

“Kita ingin hidup dalam damai dengan semua orang.”5

Kita dapat memupuk kedamaian dengan saling menghormati dan menolak untuk mencari-cari kesalahan.

“Kita [berharap bahwa] saudara-saudara kita akan berhati-hati terhadap perasaan satu sama lain, dan berjalan dalam kasih, menghormati satu sama lain lebih daripada diri mereka sendiri, sebagaimana dituntut oleh Tuhan.”6

“Orang yang berkehendak untuk melakukan yang baik, kita hendaknya memuji kebajikannya, dan tidak membicarakan kesalahannya di belakang orangnya.”7

“Sekarang, di dunia ini, umat manusia secara alami bersifat mementingkan diri, ambisius, dan berupaya untuk saling mengungguli; namun beberapa bersedia membangun orang lain seperti juga diri mereka sendiri.”8

“Biarlah Dua Belas Rasul dan semua Orang Suci bersedia mengakui segala dosa mereka, dan tidak menahan sebagian pun; dan biarlah [mereka] rendah hati, dan tidak terangkat-angkat, dan waspada terhadap kesombongan, serta tidak berupaya untuk saling mengungguli, namun bertindak bagi kebaikan satu sama lain, dan saling mendoakan, serta menghormati saudara kita atau menyebutkan namanya secara terhormat, dan tidak memfitnah atau mengganyang saudara kita.”9

“Jika Anda ingin menyingkirkan dari tengah-tengah Anda semua pembicaraan jahat, fitnah, dan pikiran serta perasaan yang tidak murah hati: rendahkanlah hati Anda, dan pupuklah setiap asas kebajikan dan kasih, maka berkat-berkat Yehova akan berdiam di atas Anda, dan Anda masih akan melihat hari-hari yang baik dan mulia; kedamaian akan berada dalam gerbang Anda, dan kemakmuran dalam batas-batas Anda.”10

Kita dapat memupuk keharmonisan dalam masyarakat kita dengan menghormati kebebasan semua orang untuk percaya sesuai dengan suara hati mereka.

Pasal-Pasal Kepercayaan ke-11: “Kami menuntut hak untuk memuja Allah yang Mahakuasa sesuai dengan suara hati kami, dan mengakui hak yang sama bagi semua orang; biarlah mereka memuja, bagaimana, di mana atau apa pun yang mereka inginkan.”11

“Kami menganggapnya suatu asas yang adil, dan merupakan satu kekuatan yang kami percayai hendaknya benar-benar dipertimbangkan oleh setiap perorangan, bahwa semua orang diciptakan setara, dan bahwa semua memiliki hak istimewa untuk berpikir bagi diri mereka sendiri mengenai segala hal yang berhubungan dengan suara hati. Oleh karena itu, sebagai akibatnya, kita tidak menentang, jika pun kami memiliki kuasa, untuk menyangkal siapa pun untuk menerapkan kebebasan pikiran itu yang telah surga anugerahkan dengan sedemikian penuh kasih karunia kepada umat manusia sebagai salah satu karunianya yang terpilih.”12

“Saya memiliki perasaan yang paling terbuka, serta perasaan kasih amal terhadap semua sekte, pihak, dan lembaga keagamaan; serta hak dan kebebasan suara hati, saya perlakukan dengan amat kudus dan berharga, serta tidak meremehkan siapa pun karena berbeda dengan saya dalam hal pendapat.”13

“Para Orang Suci dapat bersaksi apakah saya bersedia untuk meletakkan nyawa saya bagi saudara-saudara saya. Jika telah diperlihatkan bahwa saya selama ini bersedia untuk mati demi seorang ‘Mormon,’ saya berani untuk memaklumkan di depan Surga bahwa saya sama siapnya untuk mati dalam membela hak-hak seorang Presbitarian, seorang Baptis, atau seseorang yang baik dari lembaga keagamaan mana pun; karena asas yang sama yang akan menginjak-injak hak para Orang Suci Zaman Akhir akan menginjak-injak hak-hak orang Katolik Roma, atau dari lembaga keagamaan mana pun yang mungkin tidak populer atau terlalu lemah untuk membela dirinya sendiri.

Kasih bagi kebebasanlah yang mengilhami jiwa saya—kebebasan sipil dan keagamaan bagi seluruh umat manusia. Kasih akan kebebasan dilebur ke dalam jiwa saya oleh para kakek saya sementara mereka bercengkerama dengan saya sambil berlutut ….

Jika saya menganggap umat manusia salah, akankah saya menjatuhkan mereka? Tidak. Saya akan mengangkat mereka, dan dengan cara mereka juga, jika saya tidak dapat meyakinkan mereka bahwa jalan saya lebih baik; dan saya tidak akan berupaya untuk memaksa siapa pun untuk percaya seperti saya, hanya melalui kekuatan pemikiran, karena kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.”14

“Kita hendaknya selalu waspada terhadap prasangka-prasangka yang kadang-kadang muncul secara aneh, dan begitu alamiah bagi sifat manusia, terhadap teman-teman, tetangga, dan saudara-saudara kita dari dunia, yang memilih untuk berbeda dari kita dalam pendapat dan dalam hal-hal iman. Agama kita adalah antara kita dengan Allah kita. Agama mereka adalah antara mereka dengan Allah mereka.”15

“Ketika kita melihat sifat-sifat bajik dalam diri manusia, kita hendaknya selalu mengakuinya, biarlah pengertian mereka apa pun adanya sehubungan dengan pernyataan iman dan ajaran; karena semua orang adalah, atau seharusnya adalah bebas, memiliki hak-hak yang tidak terelakkan, serta kualifikasi yang tinggi dan agung dari hukum-hukum alam dan perlindungan diri, untuk berpikir dan bertindak serta berkata sebagaimana yang mereka inginkan, sementara mereka mempertahankan rasa hormat yang serupa terhadap hak dan hak istimewa semua makhluk lainnya, tanpa melanggar siapa pun. Ajaran ini saya dengan sepenuh hati meyakini dan menerapkannya.”16

“Semua orang berhak memiliki hak pilihan mereka, karena Allah telah menetapkannya demikian. Dia telah menjadikan umat manusia sebagai juru kuasa moral, dan memberi mereka kuasa untuk memilih yang baik atau yang jahat; untuk mencari apa yang baik, dengan mengikuti jalan kekudusan dalam kehidupan ini, yang mendatangkan kedamaian pikiran, dan sukacita dalam Roh Kudus di sini, serta suatu kepenuhan sukacita dan kebahagiaan di sebelah kanan-Nya setelah ini; atau untuk mengikuti jalan yang jahat, melanjutkan dalam dosa dan pemberontakan terhadap Allah, yang dengannya mendatangkan hukuman ke atas jiwa mereka di dunia ini, dan kehilangan kekal di dunia yang akan datang. Karenanya Allah surga telah meninggalkan hal-hal ini bersifat opsional [bergantung pilihan] dengan setiap perorangan, kita tidak ingin menyangkal siapa pun mengenai hal itu. Kami hanya berkehendak untuk menjalankan peranan sebagai penjaga yang setia, sesuai dengan firman Tuhan kepada Nabi Yehezkiel (Yehezkiel pasal 33, ayat 2, 3, 4,5), dan membiarkan orang lain untuk melakukan sebagaimana yang mereka anggap baik.”17

“Itu salah satu asas pertama hidup saya, dan asas yang telah saya pupuk sejak masa kanak-kanak saya, itu telah diajarkan oleh ayah saya, untuk memperkenankan bagi setiap orang kebebasan suara hatinya …. Dalam perasaan saya, saya selalu siap untuk mati demi perlindungan orang yang lemah dan tertekan dalam hak-hak mereka yang adil.”18

“Janganlah mencampuri urusan orang lain mengenai agamanya: semua pemerintahan hendaknya memperkenankan setiap orang untuk menikmati agamanya tanpa diganggu. Tidak seorang pun diberi wewenang untuk mengambil nyawa sebagai akibat dari perbedaan agama, yang semua hukum dan pemerintahan hendaknya bertoleransi dan melindunginya, benar atau salah.”19

“Kita akan … memupuk kedamaian dan persahabatan dengan semua, mengurus urusan kita sendiri, dan melaluinya dengan nilai-nilai yang baik, dihormati, karena, dalam menghormati orang lain, kita menghormati diri kita sendiri.”20

“Meskipun saya tidak pernah merasa perlu memaksakan ajaran saya kepada orang mana pun, saya bersukacita melihat prasangka digantikan oleh kebenaran, dan tradisi manusia dibuyarkan oleh asas-asas murni Injil Yesus Kristus.”21

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.

  • Ulaslah kisah tentang Joseph Smith berbicara dengan pasukan militer (hlm. 393–396). Mengapa menurut Anda Nabi dapat tetap tenang dalam situasi ini? Pertimbangkan contoh-contoh lain yang telah Anda lihat dari orang-orang yang tetap tenang dan penuh damai dalam situasi-situasi sulit. Apa akibat dari tindakan orang-orang ini?

  • Ulaslah halaman 396–398, memerhatikan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang Nabi gunakan untuk menggambarkan kedamaian dan pembawa damai. Ciri khas apa yang dapat membantu kita menjadi pembawa damai dalam rumah tangga dan masyarakat kita?

  • Bacalah alinea kedua di halaman 399. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mencari-cari kesalahan orang lain? Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mencari sifat-sifat bajik dalam diri orang lain? Bagaimana menurut Anda perasaan orang lain ketika Anda meluangkan waktu untuk mengakui sifat-sifat bajik mereka?

  • Bacalah alinea ketiga di halaman 399. Dengan cara apa kita dapat saling membangun? Apa yang telah dilakukan orang lain untuk membangun diri Anda? Dengan cara apa tindakan seperti itu menuntun pada kedamaian?

  • Ulaslah halaman 399–402, mencari ajaran Nabi mengenai bagaimana kita hendaknya memperlakukan orang yang kepercayaan keagamaannya berbeda dengan yang kita miliki. Bagaimana cara-cara kita dapat menghormati hak orang lain untuk “memuja, bagaimana, di mana atau apa pun yang mereka inginkan”?

  • Bacalah alinea terakhir di halaman 402. Bagaimana kita dapat berbagi Injil yang dipulihkan dengan orang lain sementara juga memperlihatkan rasa hormat terhadap kepercayaan mereka?

Tulisan Suci Terkait: Efesus 4:31–32; Mosia 4:9–16; 4 Nefi 1:15–16; A&P 134:2–4, 7

Catatan

  1. Lucy Mack Smith, “The History of Lucy Smith, Mother of the Prophet,” 1844–1845 manuscript, book 15, hlm. 8–10, Arsip Gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Salt Lake City, Utah.

  2. History of the Church, 6:245–246; tanda baca dan tata bahasa dimodernkan; dari “A Friendly Hint to Missouri,” sebuah artikel yang ditulis di bawah arahan Joseph Smith, 8 Maret 1844, Nauvoo, Illinois, diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Maret 1844, hlm. 473.

  3. Surat dari Joseph Smith dan yang lainnya kepada para anggota Gereja di Thompson, Ohio, 6 Februari 1833, Kirtland, Ohio; Letter Book 1, 1829–1835, hlm. 26, Joseph Smith, Collection, Arsip Gereja.

  4. History of the Church, 6:219–220; pembagian alinea diubah; dari “Pacific Innuendo,” sebuah artikel yang ditulis di bawah arahan Joseph Smith, 17 Februari 1844, Nauvoo, Illinois, diterbitkan dalam Times and Seasons, 15 Februari 1844, hlm. 443; edisi Times and Seasons ini diterbitkan terlambat.

  5. History of the Church, 2:122; dari sepucuk surat dari Joseph Smith dan yang lainnya kepada John Lincoln dan yang lainnya, 21 Juni 1834, Clay County, Missouri, diterbitkan dalam Evening and Morning Star, Juli 1834, hlm. 176.

  6. History of the Church, 1:368; dari sepucuk surat dari Joseph Smith dan para penasihatnya dalam Presidensi Utama kepada William W. Phelps dan para saudara di Missouri, 25 Juni 1833, Kirtland, Ohio.

  7. History of the Church, 1:444; dari catatan jurnal Joseph Smith, 19 November 1833, Kirtland, Ohio.

  8. History of the Church, 5:388; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 14 Mei 1843, di Yelrome, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff.

  9. History of the Church, 3:383–384; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 2 Juli 1839, di Montrose, Iowa; dilaporkan oleh Wilford Woodruff dan Willard Richards.

  10. History of the Church, 4:226; dari sepucuk surat dari Joseph Smith dan Hyrum Smith kepada para Orang Suci di Kirtland, Ohio, 19 Oktober 1840, Nauvoo, Illinois.

  11. Pasal-Pasal Kepercayaan ke-11.

  12. History of the Church, 2:6–7; dari “The Elders of the Church in Kirtland, to Their Brethren Abroad,” 22 Januari 1834, diterbitkan dalam Evening and Morning Star, Februari 1834, hlm. 135.

  13. Surat dari Joseph Smith kepada Isaac Galland, 22 Maret 1839, Penjara Liberty, Liberty, Missouri, diterbitkan dalam Times and Seasons, Februari 1840, hlm. 55–56.

  14. History of the Church, 5:498–499; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 9 Juli 1843, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards; lihat pula tambahan, halaman 562, butir 3.

  15. History of the Church, 3:303–304; dari sepucuk surat dari Joseph Smith dan yang lainnya kepada Edward Partridge dan Gereja, 20 Maret 1839, Penjara Liberty, Liberty, Missouri.

  16. History of the Church, 5:156; tanda baca dimodernkan; pembagian alinea diubah; dari sepucuk surat Joseph Smith kepada James Arlington Bennet, 8 September 1842, Nauvoo, Illinois; nama akhir James Bennet secara keliru dieja “Bennett” dalam History of the Church.

  17. History of the Church, 4:45, catatan kaki; tanda baca dan tata bahasa dimodernkan; dari sepucuk surat dari Presidensi Utama dan dewan tinggi kepada para Orang Suci yang tinggal di barat Kirtland, Ohio, 8 Desember 1839, Commerce, Illinois, diterbitkan dalam Times and Seasons, Desember 1839, hlm. 29.

  18. History of the Church, 6:56–57; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 15 Oktober 1843, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards; lihat pula tambahan, halaman 562, butir 3.

  19. History of the Church, 6:304; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 7 April 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Wilford Woodruff, Willard Richards, Thomas Bullock, dan William Clayton; lihat pula tambahan, halaman 562, butir 3.

  20. History of the Church, 6:221; dari sepucuk surat dari Joseph Smith kepada redaktur dari Nauvoo Neighbor, 10 Februari 1844, Nauvoo, Illinois, diterbitkan dalam Nauvoo Neighbor, 21 Februari 1844; surat ini secara keliru diberi tanggal 19 Februari 1844, dalam History of the Church.

  21. History of the Church, 6:213; tanda baca dimodernkan; dari sepucuk surat dari Joseph Smith kepada Joseph L. Heywood, 13 Februari 1844, Nauvoo, Illinois.

Joseph with militiamen

Di Far West, Missouri, ketika sekelompok serdadu bersenjata datang untuk menangkap Joseph Smith, dia “melihat ke arah mereka dengan senyum yang amat menyenangkan dan, maju ke depan mendekati mereka, mengulurkan tangannya kepada mereka masing-masing.”

Sermon on the Mount

Dalam Khotbah di Bukit, Juruselamat mengajarkan,”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”