Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 46: Kematian Syahid: Nabi Memeteraikan Kesaksiannya dengan Darahnya


BAB 46

Kematian Syahid: Nabi Memeteraikan Kesaksiannya dengan Darahnya

“Dia adalah orang besar dan mati secara orang besar dalam pandangan Allah dan umatnya.”

Dari Kehidupan Joseph Smith

Musim dingin dan semi tahun 1843–1844 merupakan waktu penuh tekanan di Nauvoo, ketika para musuh Joseph Smith meningkatkan upaya mereka untuk menghancurkannya dan Gereja. Mengetahui bahwa pelayanan fananya akan segera berakhir, Nabi sering sekali bertemu dengan para anggota Kuorum Dua Belas Rasul untuk memberikan petunjuk kepada mereka dan untuk memberi mereka kunci-kunci keimamatan yang diperlukan untuk memimpin Gereja. Persiapan-persiapan ini memuncak dalam sebuah pertemuan dengan para Rasul dan beberapa kenalan dekat lainnya pada bulan Maret 1844. Dalam pertemuan dewan yang luar biasa ini, Nabi memberikan tanggung jawab kepada Dua Belas Rasul untuk memimpin Gereja setelah kematiannya, dengan menjelaskan bahwa dia telah menganugerahkan ke atas mereka semua tata cara, wewenang, dan kunci yang diperlukan untuk melakukannya. “Maka saya menyerahkan beban dan tanggung jawab memimpin Gereja ini dari bahu saya terus ke bahu Anda,” dia nyatakan. “Sekarang, tegakkan bahu Anda dan berdirilah di bawahnya sebagai lelaki; karena Tuhan akan membiarkan saya beristirahat sejenak.”1

Tanggal 10 Juni 1844, Joseph Smith, yang adalah Walikota Nauvoo, dan dewan kota Nauvoo memerintahkan penghancuran Nauvoo Expositor dan mesin cetak yang dipakai untuk mencetaknya. Nauvoo Expositor adalah sebuah surat kabar anti-Mormon yang mengumpat Nabi dan Orang Suci lainnya serta menyerukan pencabutan dari Nauvoo Charter. Para pejabat kota takut bahwa terbitan ini akan menuntun pada tindakan gerombolan liar. Sebagai akibat dari tindakan oleh walikota dan dewan kota tersebut, para pejabat berwenang Illinois melontarkan suatu tuduhan huru-hara yang tidak berdasar terhadap Nabi, kakaknya, Hyrum, serta pejabat kota Nauvoo lainnya. Gubernur Illinois, Thomas Ford, memerintahkan orang-orang itu untuk diadili di Carthage, Illinois, pusat pemerintahan wilayah tersebut, serta menjanjikan kepada mereka perlindungan. Joseph tahu bahwa jika dia pergi ke Carthage, nyawanya akan berada dalam bahaya besar dari gerombolan liar yang telah mengancamnya.

Meyakini bahwa gerombolan liar tersebut menginginkan hanya diri mereka, Joseph dan Hyrum memutuskan untuk pegi ke Barat untuk menyelamatkan nyawa mereka. Pada tanggal 23 Juni, mereka menyeberangi Sungai Mississippi, tetapi kemudian pada hari itu, para saudara dari Nauvoo menemui Nabi dan memberitahunya bahwa serdadu akan memasuki kota jika dia tidak menyerahkan diri kepada para pejabat yang berwenang di Carthage. Ini Nabi sepakati, berharap untuk menenangkan hati pejabat pemerintahan dan gerombolan liar. Pada tanggal 24 Juni, Joseph dan Hyrum mengucapkan salam perpisahan kepada keluarga mereka dan berkendaraan bersama para pejabat kota Nauvoo lainnya menuju Carthage, secara sukarela menyerahkan diri kepada para pejabat wilayah tersebut di Carthage pada hari berikutnya. Setelah para saudara ini dibebaskan dengan jaminan untuk tuduhan awal, mereka kembali dituduh secara keliru dengan pengkhianatan terhadap negara bagian Illinois, ditahan, dan dipenjara di Penjara Carthage sambil menantikan pengadilan. Penatua John Taylor dan Willard Richards, yang merupakan anggota Dua Belas Rasul yang ketika itu sedang tidak melayani misi, secara sukarela bergabung bersama mereka.

Sore harinya tanggal 27 Juni 1844, sekelompok kecil para saudara itu duduk diam dan putus asa di penjara. Salah seorang meminta Penatua Taylor, yang memiliki suara tenor yang bagus, untuk bernyanyi bagi mereka. Segera suaranya mengalun: “Pengembara yang sengsara, Sering sekali kujumpa. Bantuanku diminta-Nya, ‘Tuk menolak, ‘ku tak mampu.”2 Penatua Taylormengenang bahwa nyanyian rohani itu “amat selaras dengan perasaan kami pada waktu itu karena batin kami semuanya tertekan, kelam, dan murung.”3

Tak lama setelah pukul lima sore, sebuah gerombolan besar penyerang menyerbu penjara, menembakkan pistol ke arah orang-orang di dalam. Dalam beberapa menit, tindakan curang itu telah dilakukan. Hyrum Smith tertembak terlebih dahulu dan meninggal nyaris seketika. Penatua Richards secara ajaib hanya menderita luka-luka ringan; dan Penatua Taylor, meskipun terluka parah, selamat dan kemudian menjadi Presiden Gereja yang ketiga. Nabi Joseph berlari ke arah jendela dan tertembak hingga meninggal. Nabi Pemulihan dan kakaknya, Hyrum, telah memeteraikan kesaksian mereka dengan darah mereka.

Ajaran-Ajaran Joseph Smith

Allah melindungi Nabi Joseph sampai misi duniawinya telah rampung.

Pada bulan Agustus 1842, Joseph Smith berkata: “Perasaan saya pada saat ini adalah bahwa, sebagaimana Tuhan Yang Mahakuasa telah melindungi saya sampai hari ini, Dia akan terus melindungi saya, dengan iman dan doa para Orang Suci yang disatukan, sampai saya telah sepenuhnya menunaikan misi saya dalam kehidupan ini, dan dengan sedemikian teguhnya menegakkan masa kelegaan kegenapan keimamatan di zaman akhir, sehingga semua kuasa di bumi dan neraka tidak akan pernah berjaya atasnya.”4

Pada bulan Oktober 1843, Nabi berkata: “Saya menantang seluruh dunia untuk menghancurkan pekerjaan Allah; dan saya bernubuat bahwa mereka tidak akan pernah memiliki kuasa untuk membunuh saya sampai pekerjaan saya tercapai, dan saya siap untuk mati.”5

Pada bulan Mei 1844, Nabi berkata: “Allah akan selalu melindungi saya sampai misi saya terpenuhi.”6

Pada bulan Juni 1844, Nabi berkata: “Saya tidak mengkhawatirkan hidup saya sendiri. Saya siap untuk dipersembahkan sebagai kurban bagi umat ini; karena apa yang dapat dilakukan para musuh kita? Hanyalah membunuh tubuh, dan kuasa mereka kemudian habis sudah. Berdirilah tegak, teman-temanku; jangan gentar. Janganlah berupaya untuk menyelamatkan nyawa Anda, karena dia yang takut mati demi kebenaran, akan kehilangan kehidupan kekal. Bertahanlah sampai akhir, dan kita akan dibangkitkan serta menjadi seperti para Allah, dan memerintah dalam kerajaan, pemerintahan, dan kekuasaan kekal selestial.”7

Di awal hari tanggal 27 Juni 1844, di Penjara Carthage, Joseph Smith menulis sebuah surat dengan tergesa-gesa kepada Emma Smith: “Saya sepenuhnya berserah diri pada apa yang menjadi bagian saya, mengetahui bahwa saya dibenarkan dan telah melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan. Sampaikan kasih saya kepada anak-anak dan semua teman saya …; dan mengenai pengkhianatan, saya tahu bahwa saya tidak melakukannya, dan mereka tidak dapat membuktikan satu hal pun yang seperti itu, sehingga kamu tidak perlu memiliki ketakutan bahwa cedera apa pun dapat terjadi atas diri kami sehubungan dengan itu. Semoga Allah memberkati kalian semua. Amin.”8

Sebelum kematiannya, Joseph Smith menganugerahkan kepada Dua Belas Rasul setiap kunci dan kuasa keimamatan yang telah Tuhan meteraikan kepada dirinya.

Wilford Woodruff, Presiden Gereja yang keempat, mengenang: “[Joseph Smith] menghabiskan musim dingin terakhir dalam hidupnya, sekitar tiga atau empat bulan, dengan Kuorum Dua Belas mengajari mereka. Itu bukan sekadar beberapa jam memberi mereka pelayanan tata cara Injil; tetapi dia menghabiskan hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan, mengajari mereka dan beberapa orang lainnya hal-hal tentang kerajaan Allah.”9

Wilford Woodruff berkata mengenai pertemuan Joseph Smith dengan para Rasul pada bulan Maret 1844: “Saya ingat ceramah terakhir yang [ Joseph Smith] pernah sampaikan kepada kami sebelum kematiannya .… Dia berdiri di atas kakinya selama sekitar tiga jam. Ruangan dipenuhi seolah dengan api yang membara, wajahnya jernih bagaikan batu ambar, dan dia diselimuti dengan kuasa Allah. Dia menunjukkan di hadapan kami tugas-tugas kami. Dia menunjukkan di hadapan kami kegenapan pekerjaan Allah yang besar ini; dan dalam amanatnya kepada kami dia berkata: ‘Kepada saya telah dimeteraikan ke atas kepala saya setiap kunci, setiap kuasa, setiap asas kehidupan dan keselamatan yang Allah pernah berikan kepada siapa pun yang pernah hidup di atas muka bumi. Dan asas-asas ini serta Imamat dan kuasa ini adalah milik dari masa kelegaan yang besar dan terakhir ini yang telah Allah Surga tetapkan tangan-Nya untuk tegakkan di bumi. Sekarang,’ katanya, berbicara kepada Dua Belas Rasul, ‘saya telah memeteraikan ke atas kepala Anda setiap kunci, setiap kuasa, dan setiap asas yang Tuhan telah meteraikan ke atas kepala saya.’ Dan melanjutkan, dia berkata, ‘Saya telah hidup begitu lama—sampai saat ini—saya telah berada di tengah-tengah umat ini serta di dalam pekerjaan dan karya penebusan yang besar ini. Saya telah berhasrat untuk hidup melihat Bait Suci ini dibangun. Tetapi saya tidak akan pernah hidup untuk melihatnya selesai; tetapi Anda akan—Anda akan’ .…

Setelah berbicara kepada kami dengan cara ini dia berkata: ‘Saya memberi tahu Anda, beban kerajaan ini sekarang diembankan di atas bahu Anda; Anda harus mengembannya di seluruh dunia, dan jika Anda tidak melakukannya Anda akan dikutuk.’”10

Para anggota Kuorum Dua Belas mencatat: “Kami, [Dua Belas], … hadir di sebuah pertemuan dewan menjelang akhir bulan Maret terakhir [1844], diadakan di kota Nauvoo .…

Dalam pertemuan dewan ini, Joseph Smith tampak agak tertekan secara batin, dan mengambil kesempatan untuk membuka hatinya kepada kami .…: ‘Saudara-saudara, Tuhan menyuruh saya mempercepat pekerjaan yang di dalamnya kita terlibat … Beberapa peristiwa penting hampir terjadi. Bisa jadi bahwa para musuh saya akan membunuh saya. Dan seandainya mereka melakukannya, dan kunci-kunci serta kuasa yang ada pada saya tidak diberikan kepada Anda, itu akan hilang dari bumi. Tetapi seandainya saya dapat berhasil dalam menempatkannya ke atas kepala Anda, maka biarlah saya menjadi mangsa yang jatuh ke dalam tangan-tangan pembunuh jika Allah menghendakinya, dan saya dapat pergi dengan kesenangan serta kepuasan, mengetahui bahwa pekerjaan saya telah selesai, dan landasan diletakkan yang di atasnya kerajaan Allah akan dibangun pada masa kelegaan kegenapan waktu ini.

Di atas bahu Dua Belas Rasul haruslah tanggung jawab memimpin gereja ini mulai sekarang diembankan sampai Anda akan menunjuk orang lain untuk menggantikan Anda. Para musuh Anda tidak dapat membunuh Anda semua sekaligus, dan kalau pun ada di antara Anda yang dibunuh, Anda dapat meletakkan tangan Anda ke atas orang lain dan tetap memenuhi keanggotaan kuorum Anda. Semogalah kuasa dan kunci-kunci ini dapat langgeng di bumi’ .…

Kami tidak akan pernah lupa terhadap perasaannya atau perkataannya pada kesempatan ini. Setelah dia berbicara demikian, dia melanjutkan berjalan kian ke mari, mengatakan: ‘Karena saya telah melimpahkan beban ini dari bahu saya, saya merasa ringan bagaikan sumbat botol. Saya merasa bahwa saya bebas. Saya berterima kasih kepada Allah saya untuk pembebasan ini.’”11

Parley P. Pratt, seorang anggota Kuorum Dua Belas, menulis: “Orang yang hebat dan baik ini telah dituntun, sebelum kematiannya, untuk mengumpulkan Dua Belas Rasul, dari waktu ke waktu, serta untuk memberi mereka petunjuk dalam segala hal yang berkaitan dengan kerajaan, tata cara, dan pemerintahan Allah. Dia sering mengamati bahwa dia sedang meletakkan landasan, tetapi akan bergantung kepada Dua Belas Rasul untuk menyelesaikan pembangunannya. Katanya, ‘Saya tidak tahu mengapa; tetapi untuk alasan tertentu saya ditahan untuk mempercepat persiapan-persiapan saya, dan untuk menganugerahkan kepada Dua Belas Rasul semua tata cara, kunci, perjanjian, endowmen, dan tata cara pemeteraian keimamatan, serta demikian menetapkan di hadapan mereka suatu pola dalam segala hal berkaitan dengan kekudusan [bait suci] serta endowmen di dalamnya.’

Setelah melakukan ini, dia sangat bersukacita; karena, katanya, Tuhan akan meletakkan beban ke atas bahu Anda dan membiarkan saya beristirahat sejenak; dan jika mereka membunuh saya, lanjutnya, kerajaan Allah akan terus bergulir, karena saya telah menyelesaikan pekerjaan yang diembankan kepada saya, dengan memercayakan kepada Anda semua hal untuk pembangunan kerajaan menurut penglihatan surgawi, serta pola yang diperlihatkan kepada saya dari surga.”12

Brigham Young, Presiden Gereja yang kedua, mengajarkan: “Joseph menganugerahkan ke atas kepala kami semua kunci dan kuasa yang menjadi milik Kerasulan yang dia sendiri pegang sebelum dia diambil pergi, dan tidak seorang pun atau sekumpulan orang pun dapat berdiri di antara Joseph dan Dua Belas Rasul di dunia ini atau di dunia yang akan datang. Betapa seringnya Joseph berkata kepada Dua Belas Rasul, ‘Saya telah meletakkan dasarnya dan Anda harus membangun di atasnya, karena di atas bahu Anda kerajaan disandarkan.’”13

Nabi Joseph Smith dan kakaknya Hyrum hidup secara hebat dan mati secara hebat demi kesaksian mereka akan Injil.

Sebagaimana dicatat dalam Ajaran dan Perjanjian 135:1–6, John Taylor, sementara melayani sebagai anggota Kuorum Dua Belas, menulis: “Untuk memeteraikan kesaksian kitab ini dan Kitab Mormon, kami mengumumkan tentang kematian syahid yang dialami Nabi Joseph Smith serta Patriarkh Hyrum Smith. Mereka ditembak di penjara Carthage pada tanggal 27 Juni 1844 kira-kira pukul 5 sore, oleh gerombolan bersenjata—yang mukanya dicat hitam—sebanyak antara 150 sampai 200 orang. Hyrum ditembak lebih dahulu dan jatuh dengan tenang, menyerukan: Aku orang mati! Joseph meloncat dari jendela dan ditembak mati pada saat dia berbuat demikian dan berseru: Ya Tuhan Allahku! Setelah mati kedua orang itu masing-masing ditembaki empat kali dengan cara yang biadab.

“John Taylor dan Willard Richards, dua di antara Dewan Dua Belas adalah orang-orang yang berada di ruangan pada waktu itu; yang pertama terluka dengan cara yang biadab tertembus empat peluru, tetapi kemudian dapat sembuh; yang kedua melalui pertolongan Allah dapat meloloskan diri tanpa sebuah lubang pun di pakaiannya.

Joseph Smith, Nabi dan Pelihat Tuhan, telah berbuat lebih banyak daripada orang lain yang pernah hidup di dunia kecuali Yesus, untuk menyelamatkan manusia di dunia ini. Dalam jangka waktu dua puluh tahun yang singkat, dia telah menampilkan Kitab Mormon yang telah diterjemahkannya dengan anugerah dan kuasa Allah dan menjadi alat dalam penerbitannya di dua benua; telah menyebarkan kegenapan Injil abadi, yang terdapat dalam kitab itu ke empat penjuru bumi; telah menyampaikan wahyu dan perintah-perintah yang membentuk Kitab Ajaran dan Perjanjian ini, serta banyak lagi dokumen serta petunjuk untuk kepentingan anak-anak manusia; mengumpulkan beribu-ribu Orang Suci Zaman Akhir, mendirikan sebuah kota besar, dan meninggalkan kemasyhuran dan nama yang tidak dapat dilenyapkan. Dia adalah orang besar dan mati secara orang besar dalam pandangan Allah dan umatnya; dan seperti kebanyakan orang yang diurapi Tuhan pada zaman dahulu, telah memeteraikan tugas dan pekerjaannya dengan darahnya sendiri; begitu pula saudaranya, Hyrum. Dalam kehidupan mereka tak tercerai dan dalam kematian mereka pun tak terpisahkan!

Pada saat Joseph pergi ke Carthage untuk menyerahkan dirinya demi segala permintaan palsu hukum, dua atau tiga hari sebelum pembunuhannya, dia berkata: ‘Aku pergi seperti anak domba ke pembantai tetapi aku tenang seperti pagi hari pada musim panas, aku sama sekali tidak merasa sakit hati kepada Allah, dan kepada semua orang. Aku akan mati tak berdosa, dan tentang aku akan dikatakan: dia dibunuh dengan darah dingin.’ Pada hari yang sama, setelah Hyrum siap untuk pergi—apakah akan dikatakan kepada pembantai? Ya, karena demikianlah halnya, dia membaca bagian yang berikut, di akhir pasal dua belas Kitab Eter dalam Kitab Mormon, dan meninggalkan lipatan di atas lembaran itu:

Dan terjadilah bahwa aku berdoa kepada Tuhan supaya Ia berkenan memberi kasih karunia kepada orang-orang bukan Yahudi supaya mereka boleh mempunyai kasih yang murni. Dan terjadilah bahwa Tuhan berfirman kepadaku: Jika mereka tidak mempunyai kasih yang murni, tidaklah menjadi soal bagimu, engkau telah setia. Oleh karena itu pakaianmu akan dibersihkan. Dan karena engkau telah melihat kelemahanmu, engkau akan dijadikan kuat, bahkan sampai duduk di tempat yang telah Aku sediakan, di dalam rumah Bapa-Ku. Dan sekarang aku … mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang bukan Yahudi, ya, dan juga kepada saudara-saudaraku yang kukasihi, sampai kita bertemu di hadapan kursi pengadilan Kristus, dimana semua manusia akan mengetahui bahwa pakaianku tidak dinodai dengan darahmu [Eter 12:36–38]. Para saksi sekarang sudah meninggal, dan kesaksian mereka sudah berlaku.

Pada bulan Februari tahun 1844, Hyrum Smith berumur empat puluh empat tahun, dan Joseph Smith tiga puluh delapan tahun pada bulan Desember 1843; dan semenjak itu nama mereka akan digolongkan ke antara orang-orang agama yang mati syahid; dan para pembaca di setiap negara akan diingatkan bahwa Kitab Mormon serta Kitab Ajaran dan Perjanjian gereja ini bernilai darah terbaik pada abad kesembilan belas untuk membawa kitab-kitab ini demi penyelamatan dunia yang telah runtuh; dan apabila api dapat menghanguskan pohon hijau untuk kemuliaan Allah, betapa mudahnya api itu membakar pohon-pohon kering untuk memurnikan kebun anggur dari kebusukan. Mereka hidup untuk kemuliaan, dan mereka mati untuk kemuliaan; dan kemuliaan adalah anugerah yang kekal bagi mereka. Dari abad ke abad nama mereka akan diturunkan sebagai batu permata kekayaan untuk yang dipersucikan.”14

Joseph Smith memenuhi misi duniawinya dan memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya.

Brigham Young menyatakan: “Meskipun musuh memiliki kuasa untuk membunuh nabi kita, yaitu, membunuh tubuhnya, bukankah dia telah mencapai semua yang diinginkannya untuk dicapai pada masa hidupnya? Dia melakukannya, setahu saya, secara pasti.”15

Brigham Young juga mengajarkan: “Siapa yang membebaskan Joseph Smith dari tangan para musuhnya sampai hari kematiannya? Itu adalah Allah; meskipun dia dibawa ke jurang kematian berulang kali, sehingga menurut pandangan manusia tidak ada harapan baginya untuk diselamatkan. Ketika dia berada di penjara di Missouri, dan tidak seorang pun berharap bahwa dia akan pernah lolos dari tangan mereka, saya memiliki iman Abraham, dan memberi tahu para Saudara sebagaimana Tuhan Allah hidup, dia akan keluar dari tangan mereka. Meskipun dia telah bernubuat bahwa dia tidak akan hidup mencapai usia 40 tahun, namun kami semua memiliki harapan bahwa itu akan merupakan suatu nubuat yang keliru, dan kita akan memilikinya selamanya bersama kami. Kami pikir iman kami akan melampauinya, tetapi kami keliru—dia pada akhirnya jatuh mati syahid demi agamanya. Saya katakan itu tidak apa-apa; sekarang kesaksiannya memiliki kekuatan penuh; dia telah memeteraikannya dengan darahnya.”16

Wilford Woodruff bersaksi: “Saya pernah memiliki perasaan khusus mengenai kematiannya dan cara yang melaluinya nyawanya akan diambil. Saya merasa bahwa seandainya … Joseph dapat terpenuhi hasratnya, dia akan menjadi pionir dalam perjalanan ke Pegunungan Rocky. Tetapi sejak itu saya telah sepenuhnya terkonsiliasi pada kenyataan bahwa itu adalah sesuai dengan program, bahwa itu dituntut darinya, sebagai kepala dari masa kelegaan ini, bahwa dia harus memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya, dan kemudian pergi ke dunia roh, memegang kunci-kunci masa kelegaan ini, untuk membukakan misi yang sekarang sedang dilaksanakan melalui pengkhotbahan Injil kepada ‘roh-roh di penjara.’”17

Joseph F. Smith, Presiden Gereja yang keenam, mengajarkan: “Apa yang kematian syahid [Joseph dan Hyrum Smith] ajarkan kepada kita? Pelajaran besar bahwa ‘suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati’ (Ibrani 9:16) untuk membuatnya berlaku. Terlebih lagi, bahwa darah dari mereka yang mati syahid sesungguhnya merupakan benih dari Gereja. Tuhan memperkenankan pengurbanan tersebut agar kesaksian dari orang-orang yang bajik dan saleh itu akan berdiri sebagai suatu saksi menentang dunia yang keji dan tidak saleh. Kemudian, sekali lagi, mereka adalah contoh dari kasih luar biasa yang mengenainya Juruselamat berfirman: ‘Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya’ (Yohanes 15:13). Kasih luar biasa ini mereka nyatakan kepada para Orang Suci dan pada dunia; karena keduanya merealisasikan dan mengekspresikan keyakinan mereka, sebelum memulai perjalanan ke Carthage, bahwa mereka pergi menuju kematian mereka .… Keberanian mereka, iman mereka, kasih mereka bagi umat tersebut adalah tanpa batasan, dan mereka memberikan semua yang mereka miliki bagi umat mereka. Pengabdian dan kasih seperti itu tidak diragukan lagi meninggalkan di dalam benak mereka yang menikmati kerekanan Roh Kudus bahwa para lelaki yang baik dan jujur ini, sesungguhnya adalah hamba-hamba Tuhan yang berwenang.

Kematian syahid ini senantiasa merupakan suatu ilham bagi umat Tuhan. Itu telah membantu mereka dalam ujian perorangan mereka; telah memberi mereka keberanian untuk menempuh suatu jalan dalam kesalehan dan untuk mengetahui serta untuk menjalankan kebenaran, dan haruslah selamanya disimpan dalam kenangan kudus oleh para Orang Suci Zaman Akhir yang telah mempelajari kebenaran besar yang telah Allah ungkapkan melalui hamba-Nya, Joseph Smith.”18

George Albert Smith, Presiden Gereja yang kedelapan, menyatakan: “Joseph Smith menunaikan misinya; dan ketika waktunya tiba bahwa dia harus berhadap-hadapan dengan kematian, dia berkata, Aku pergi seperti anak domba ke pembantai tetapi aku tenang seperti pagi hari pada musim panas. Aku sama sekali tidak merasa sakit hati terhadap Allah, dan terhadap semua orang. Jika mereka mengambil nyawaku, aku akan mati tak berdosa, dan darahku akan berseru dari tanah untuk pembalasan, dan tentang aku akan dikatakan: ‘Dia dibunuh dengan darah dingin’ [lihat A&P 135:4]. Dia tidak takut untuk berdiri di hadapan pengadilan menyenangkan Bapa kita di Surga dan mempertanggungjawabkan segala tindakan yang dilakukan dalam daging. Dia tidak takut untuk menghadapi tuduhan yang telah ditujukan kepadanya, bahwa dia menipu orang-orang dan berurusan secara tidak adil dengan mereka. Dia tidak takut terhadap akibat dari misi kehidupannya, dan akan kemenangan akhir dari pekerjaan yang dia tahu memiliki asal yang ilahi, dan yang untuknya dia memberikan nyawanya.”19

Gordon B. Hinckley, Presiden Gereja yang kelima belas, bersaksi: “Sedemikian pastinya [Joseph Smith] akan perkara yang dipimpinnya, sedemikian yakinnya terhadap pemanggilannya yang diberikan secara ilahi, sehingga dia meletakkannya di atas nilai nyawanya sendiri. Dengan pengetahuan yang pasti mengenai kematiannya yang menjelang, dia menyerahkan dirinya sendiri kepada mereka yang akan mengantarkannya tanpa pertahanan ke dalam tangan suatu gerombolan liar. Dia memeteraikan kesaksiannya dengan darah kehidupannya.”20

Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran

Pertimbangkanlah gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–xiii.

  • Tak lama sebelum Joseph dan Hyrum Smith dibunuh, Penatua John Taylor menyanyikan “Pengembara yang Sengsara” (hlm. 618). Bacakan atau nyanyikan lirik nyanyian rohani ini (Nyanyian Rohani, No. 17), dan pikirkan mengenai bagaimana itu berkaitan dengan kehidupan Nabi Joseph Smith. Mengapa ini merupakan nyanyian rohani yang tepat dalam keadaan seperti itu?

  • Ulaslah pernyataan yang bersaksi bahwa Joseph Smith menganugerahkan kunci-kunci keimamatan kepada Dua Belas Rasul (hlm. 619–623). Menurut Anda mengapa para Rasul merasa perlu bersaksi tentang pengalaman ini? Apa kesaksian Anda mengenai pergantian dalam Presidensi Gereja?

  • Pelajarilah kisah John Taylor mengenai kematian syahid Joseph dan Hyrum Smith (hlm. 624–626). Bagaimana Anda dapat membela pernyataan bahwa Joseph Smith “telah berbuat lebih banyak daripada orang lain yang pernah hidup di dunia kecuali Yesus, untuk menyelamatkan manusia di dunia ini”? Sebelum pergi ke Penjara Carthage, Hyrum membaca Eter 12:36–38 dan melipat halamannya. Dengan cara apa bagian tulisan suci ini berlaku bagi Joseph dan Hyrum? Apa perasaan Anda sewaktu Anda berpikir tentang pengurbanan yang dibuat oleh Joseph dan Hyrum Smith bagi kesaksian mereka mengenai Yesus Kristus?

  • Bacalah kesaksian para nabi zaman akhir di halaman 626–628. Kata-kata syukur dan kesaksian apa yang dapat Anda tambahkan pada perkataan mereka?

Tulisan Suci Terkait: Ibrani 9:16–17; A&P 5:21–22; 98:13–14; 112:30–33; 136:37–40

Catatan

  1. Dikutip dari pernyataan Dua Belas Rasul (konsep yang tidak bertanggal), melaporkan pertemuan bulan Maret 1844; dalam Brigham Young, Office Files 1832–1878, Arsip Gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Salt Lake City, Utah.

  2. “Pengembara yang Sengsara,” Nyanyian Rohani, No. 17.

  3. John Taylor, dikutip dalam History of the Church, 7:101; dari John Taylor, “The Martyrdom of Joseph Smith,” dalam Kantor Sejarawan, Sejarah Gereja kira-kira 1840–1880-an, hlm. 47, Arsip Gereja.

  4. History of the Church, 5:139–140; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 31 Agustus 1842, dalam Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Eliza R. Snow; lihat pula tambahan, hlm. 562, butir 3.

  5. History of the Church, 6:58; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 15 Oktober 1843, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Willard Richards; lihat pula tambahan, halaman 562, butir 3.

  6. History of the Church, 6:365; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 12 Mei 1844, di Nauvoo, Illinois; dilaporkan oleh Thomas Bullock.

  7. History of the Church, 6:500; dari ceramah yang diberikan oleh Joseph Smith tanggal 18 Juni 1844, di Nauvoo, Illinois. Para penyusun History of the Church menggabungkan laporan lisan dari beberapa saksi mata ke dalam satu laporan tunggal mengenai ceramah tersebut.

  8. Surat dari Joseph Smith kepada Emma Smith, 27 Juni 1844, Penjara Carthage, Carthage, Illinois; Arsip Community of Christ [Komunitas Kristus], Independence, Missouri; salinan dalam Arsip Gereja.

  9. Wilford Woodruff, Deseret News: Semi-Weekly, 21 Desember 1869, hlm. 2.

  10. Wilford Woodruff, Deseret Semi-Weekly News, 15 Maret 1892, hlm. 2; tanda baca dimodernkan.

  11. Pernyataan Dua Belas Rasul (konsep yang tak bertanggal), melaporkan pertemuan bulan Maret 1844; dalam Brigham Young, Office Files 1832–1878, Arsip Gereja

  12. Parley P. Pratt, “Proclamation to The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints,” Millennial Star, Maret 1845, hlm. 151.

  13. Brigham Young, dikutip dari History of the Church, 7:230; pembagian alinea diubah; dari ceramah yang diberikan oleh Brigham Young tanggal 7 Agustus 1844, di Nauvoo, Illinois.

  14. Ajaran dan Perjanjian 135:1–6.

  15. Brigham Young, Deseret News, 30 April 1853, hlm. 46; cetak miring dihilangkan.

  16. Brigham Young, ceramah yang diberikan pada tanggal 1 Agustus 1852, di Salt Lake City, Utah; dalam Historian’s Office, Reports of Speeches kira-kira 1845–1885, Arsip Gereja.

  17. Wilford Woodruff, Deseret News, 28 Maret 1883, hlm. 146.

  18. Joseph F. Smith, “The Martyrdom,” Juvenile Instructor, Juni 1916, hlm. 381; tanda baca dimodernkan; pembagian alinea diubah.

  19. George Albert Smith, dalam Conference Report, April 1904, hlm. 64; ejaan dimodernkan.

  20. Gordon B. Hinckley, dalam Conference Report, Oktober 1981, hlm. 6–7; atau Ensign, November 1981, hlm. 7.

mob at Carthage Jail

Pada sore hari tanggal 27 Juni 1844, gerombolan liar menyerbu penjara di Carthage, Illinois, membunuh Nabi Joseph Smith dan Hyrum Smith.

Joseph teaching

Wilford Woodruff mengenang bahwa Nabi Joseph Smith “menghabiskan musim dingin terakhir dalam hidupnya, sekitar tiga atau empat bulan, dengan kuorum Dua Belas mengajari mereka .… Dia menghabiskan hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan.”

Brigham Young

Brigham Young

George Albert Smith

George Albert Smith