2011
Panji-Panji kepada Bangsa-Bangsa
Mei 2011


Panji-Panji kepada Bangsa-Bangsa

Jika kami mengajar dengan Roh dan Anda mendengarkan dengan Roh, seseorang dari kami akan menyentuh tentang keadaan Anda.

Elder Jeffrey R. Holland

Saya telah demikian tergugah oleh setiap nada musik yang dinyanyikan dan setiap kata yang diucapkan sehingga saya berdoa saya masih dapat berbicara.

Sebelum meninggalkan Nauvoo di musim dingin tahun 1846, Presiden Brigham Young memperoleh mimpi dimana dia melihat seorang malaikat berdiri di atas bukit berbentuk kerucut di suatu tempat di Barat menunjuk ke sebuah lembah di bawah. Ketika dia memasuki Lembah Salt Lake sekitar 18 bulan kemudian, dia melihat sedikit di atas tempat di mana kita sekarang berkumpul kawasan tinggi sisi bukit yang sama yang dilihatnya dalam penglihatan.

Sebagaimana sering dikatakan dari mimbar ini, Brother Brigham memimpin sejumlah kecil pemimpin ke puncak bukit itu dan menamakannya Puncak Ensign [Panji], nama yang dipenuhi dengan makna keagamaan untuk bangsa Israel modern ini. Dua ribu lima ratus tahun sebelumnya Nabi Yesaya telah memaklumkan bahwa di zaman terakhir “gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung,” dan di sana “Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa.”1

Melihat momen mereka dalam sejarah sebagai bagian dari penggenapan nubuat itu, para pemimpin tersebut berkeinginan untuk menerbangkan sejenis bendera untuk menjadikan gagasan “panji-panji kepada bangsa-bangsa” harfiah. Penatua Heber C. Kimball mengeluarkan sebuah bandana kuning. Brother Brigham mengikatnya ke sebuah tongkat untuk berjalan yang dibawa oleh Penatua Willard Richards dan kemudian menancapkan bendera buatan seadanya tersebut, menyatakan lembah dari Great Salt Lake dan pegunungan di sekelilingnya sebagai tempat yang dinubuatkan itu yang darinya firman Tuhan akan menyebar luas di zaman akhir.

Brother dan sister, konferensi umum ini serta versi tahunan dan setengah tahunannya yang lain merupakan kelanjutan dari pernyataan awal tersebut kepada dunia. Saya bersaksi bahwa acara selama dua hari terakhir ini merupakan satu lagi bukti bahwa, seperti yang nyanyian rohani kita katakan, “Panji Sion terbentanglah!”2—dan tentunya makna ganda dari kata panji adalah disengaja. Bukanlah secara kebetulan bahwa salah satu terbitan versi Inggris dari pesan-pesan konferensi umum kita ada dalam sebuah majalah yang disebut The Ensign [Panji].

Saat konferensi kita mencapai akhir, saya meminta Anda untuk merenungkan di hari-hari mendatang bukan saja mengenai pesan yang telah Anda dengar tetapi juga mengenai fenomena unik dari konferensi umum itu sendiri—apa yang kita sebagai Orang Suci Zaman Akhir yakini konferensi semacam itu maknanya serta apa yang kita undang dunia untuk dengar dan amati mengenainya. Kami bersaksi kepada setiap bangsa, kaum, bahasa, dan khalayak bahwa Allah bukan saja hidup tetapi juga bahwa Dia berbicara, bahwa untuk waktu kita dan di zaman kita nasihat yang telah Anda dengar adalah, di bawah arahan Roh Kudus, “kehendak Tuhan, … firman Tuhan, … suara Tuhan, dan kuasa Allah pada keselamatan.”3

Mungkin Anda sudah tahu (tetapi jika belum seharusnya Anda tahu) bahwa dengan pengecualian yang jarang terjadi, tidak seorang pria atau wanita pun yang berbicara di sini diberi topik. Masing-masing harus berpuasa dan berdoa, belajar dan mencari, mulai dan berhenti serta mulai lagi sampai dia yakin bahwa untuk konferensi ini, pada waktu ini, topik mereka adalah yang Tuhan inginkan pembicara itu sajikan terlepas dari keinginan pribadi atau pilihan perorangan. Setiap pria dan wanita yang telah Anda dengarkan selama 10 jam terakhir dari konferensi umum telah berusaha untuk setia pada bimbingan itu. Masing-masing telah menangis, khawatir dan sungguh-sungguh mencari arahan Tuhan untuk membimbing pikiran serta pernyataannya. Dan sama seperti Brigham Young melihat seorang malaikat berdiri di atas tempat ini, begitu pula saya melihat para malaikat berdiri di dalamnya. Para brother dan sister di antara pejabat umum Gereja tidak akan nyaman dengan penjabaran itu, tetapi demikianlah saya memandang mereka—utusan fana dengan pesan malaikat, pria dan wanita yang memiliki semua kesulitan jasmani dan keuangan dan keluarga yang Anda dan saya miliki tetapi yang dengan iman telah mempersucikan hidup mereka bagi pemanggilan yang telah datang kepada mereka dan kewajiban untuk mengkhotbahkan firman Allah, dan bukan perkataan mereka sendiri.

Pertimbangkan keragaman pesan yang Anda dengar—semakin menjadi mukjizat tanpa koordinasi kecuali melalui arahan surga. Tetapi mengapa itu tidak akan beragam? Kebanyakan jemaat kita, terlihat dan tidak terlihat, terdiri atas anggota Gereja. Namun, dengan metode komunikasi baru yang menakjubkan, proporsi hadirin yang semakin besar untuk konferensi kita bukanlah anggota Gereja—saat ini. Maka kami mesti berbicara kepada mereka yang mengenal kami dengan baik, dan mereka yang tidak mengenal kami sama sekali. Di Gereja saja kami mesti berbicara kepada anak, remaja dan dewasa muda, yang setengah baya, dan yang berusia lanjut. Kami mesti berbicara kepada keluarga dan orang tua dan anak-anak di rumah, sama seperti kami berbicara kepada mereka yang tidak menikah, tanpa anak, dan mungkin berada sangat jauh dari rumah. Dalam penyelenggaraan konferensi umum kami selalu menekankan kebenaran kekal iman, harapan, kasih amal,4 dan Kristus yang disalibkan,5 bahkan sewaktu kami berbicara dengan lugas mengenai isu-isu moral yang sangat khusus dari zaman ini. Kita diperintahkan dalam tulisan suci “jangan mengatakan apa pun selain pertobatan kepada angkatan ini”6 sementara pada saat yang sama kita harus mengkhotbahkan “kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati.” Apa pun bentuknya, pesan-pesan konferensi ini “memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan”7 dan memaklumkan “kekayaan Kristus, yang tak terduga.”8 Dalam luasnya keragaman pesan yang diberikan terdapat asumsi bahwa akan ada sesuatu bagi setiap orang. Dalam hal ini, saya rasa Presiden Harold B. Lee menyatakannya dengan paling tepat ketika dia berkata, “Tampaknya Injil adalah untuk menyamankan yang sengsara dan menyengsarakan yang nyaman.”9

Kami selalu menginginkan pengajaran kami dalam konferensi umum untuk semurah hati dan seterbuka seperti ketika Kristus awalnya mengajar, mengingat sewaktu kami melakukannya disiplin yang selalu melekat dalam pesan-pesan-Nya. Dalam khotbah paling terkenal yang pernah diberikan, Yesus mulai dengan menyatakan berkat-berkat lembut menyenangkan yang kita masing-masing ingin dapatkan—berkat-berkat yang dijanjikan kepada yang miskin dalam roh, yang murni hatinya, pembawa damai, dan yang lembut hati.10 Betapa meneguhkannya ucapan bahagia tersebut dan betapa menyejukkannya bagi jiwa. Itu benar. Tetapi dalam khotbah yang sama Juruselamat melanjutkan, memperlihatkan betapa perlu menjadi semakin sesak jalan dari pembawa damai serta yang murni hatinya.” Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh;” Dia mengamati.” Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum.”11

Dan begitu pula,

“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzina.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya.”12

Jelaslah sewaktu jalan kemuridan menanjak, lintasannya menjadi semakin sempit sampai kita tiba pada puncak yang menggetarkan lutut itu dari khotbah tersebut yang mengenainya Penatua Christofferson baru saja bicarakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”13 Apa yang lembut di dataran rendah awal loyalitas menjadi sangat berat dan amat menuntut di puncak kemuridan yang sejati. Jelaslah siapa pun yang berpikir Yesus mengajarkan teologi tak-ada-yang-salah tidaklah membaca tulisan kecil dalam kontraknya! Suatu hari setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah mengakui bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa keselamatan hanya dapat datang melalui jalan Dia.14

Dalam keinginan untuk menjadi setara dengan yang tegas seperti juga merangkul yang menyejukkan dalam pesan-pesan konferensi umum kami, mohon yakinilah bahwa ketika kami berbicara mengenai topik yang sulit, kami mengerti tidak semua orang melihat pornografi atau menghindari pernikahan atau memiliki hubungan seks di luar nikah. Kami tahu tidak semua orang melanggar hari Sabat atau memberikan saksi dusta atau merundung pasangan. Kami tahu bahwa sebagian besar dalam hadirin kami tidak bersalah akan hal-hal semacam itu tetapi kami berada di bawah tanggung jawab khusyuk untuk memberikan seruan peringatan kepada mereka yang demikian—di mana pun mereka mungkin berada di dunia. Maka jika Anda berusaha melakukan yang terbaik sebisa Anda—jika, misalnya, Anda terus mencoba mengadakan malam keluarga terlepas dari kekacauan yang terkadang merajalela di rumah dengan banyak pengacau kecilnya—maka berilah diri Anda sendiri nilai tinggi dan, ketika kami membahas topik itu, dengarkan yang lainnya untuk topik di mana Anda mungkin kurang. Jika kami mengajar dengan Roh dan Anda mendengarkan dengan Roh, seseorang dari kami akan menyentuh tentang keadaan Anda, mengirimkan surat kenabian yang pribadi langsung kepada Anda.

Brother dan sister, dalam konferensi umum kami memberikan kesaksian kami dalam perpaduan dengan kesaksian lainnya yang akan datang, karena dalam cara apa pun Allah akan membuat suara-Nya didengar.”Aku mengutusmu keluar untuk bersaksi dan memperingatkan orang-orang,” Tuhan berfirman kepada para nabi-Nya.15

“[Dan] setelah kesaksianmu datanglah kesaksian gempa bumi, … suara guntur, … suara kilat, dan … angin ribut, dan suara ombak laut yang menggelombangkan dirinya melampaui batasannya. …

Dan para malaikat akan … berseru dengan suara nyaring, membunyikan sangkakala Allah.”16

Nah, para malaikat fana ini yang datang ke mimbar ini telah, masing-masing dengan caranya sendiri, “membunyikan sangkakala Allah.” Setiap khotbah yang diberikan selalu, melalui definisi, telah merupakan baik kesaksian kasih maupun peringatan, bahkan sebagaimana alam sendiri akan bersaksi dengan kasih dan memperingati di zaman terakhir ini.

Sejenak lagi Presiden Monson akan datang ke mimbar untuk menutup konferensi ini. Izinkan saya mengatakan sesuatu mengenai orang terkasih ini, rasul senior dan nabi bagi zaman di mana kita hidup. Diberi tanggung jawab yang telah saya rujuk, adalah jelas bahwa hidup para nabi tidaklah mudah dan hidup Presiden Monson tidaklah mudah. Dia merujuk secara khusus mengenai hal itu tadi malam dalam pertemuan imamat. Dipanggil ke dalam kerasulan di usia 36 tahun, anak-anaknya saat itu masing-masing berusia 12, 9, dan 4 tahun. Sister Monson dan anak-anak tersebut telah memberikan suami dan ayah mereka kepada Gereja beserta kewajibannya selama lebih dari 50 tahun. Mereka telah menanggung penyakit dan tuntutan, pahit getirnya kefanaan yang semua orang hadapi, yang sebagian darinya tak diragukan lagi masih ada di hadapan mereka. Tetapi Presiden Monson bertahan tetap ceria melalui itu semua. Tidak sesuatu pun membuatnya muram. Dia memiliki iman yang menakjubkan dan stamina yang luar biasa.

Presiden, untuk seluruh jemaat ini, terlihat dan tak terlihat, saya mengatakan kami mengasihi dan menghormati Anda. Pengabdian Anda merupakan teladan bagi kami semua. Kami berterima kasih kepada Anda untuk kepemimpinan Anda. Empat belas orang lainnya yang memegang jabatan kerasulan, ditambah orang-orang lainnya di mimbar ini, mereka yang duduk dalam jemaat di hadapan kita, dan banyak lagi yang berkumpul di seluruh dunia mengasihi Anda, mendukung Anda, dan berdiri bahu-membahu dengan Anda dalam pekerjaan ini. Kami akan meringankan beban Anda semampu kami. Anda adalah salah seorang utusan malaikat itu yang dipanggil sebelum pelandasan dunia untuk melambaikan panji Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Anda melakukannya dengan demikian menakjubkannya. Mengenai Injil itu yang dimaklumkan, keselamatan yang disediakannya, dan Dia yang menyediakannya, saya bersaksi demikian dalam nama besar dan agung Tuhan Yesus Kristus, amin.