Imamat
Imamat adalah kuasa dan wewenang kekal dari Allah. Melalui imamat Allah menciptakan dan mengatur surga dan bumi. Melalui kuasa ini Dia menebus dan mempermuliakan anak-anak-Nya, dengan mendatangkan “kebakaan serta hidup yang kekal bagi manusia” (Musa 1:29).
Imamat dan Keluarga
Pelaksanaan imamat yang paling penting terjadi dalam keluarga. Setiap suami dan ayah dalam Gereja hendaknya berusaha menjadi layak untuk memegang Imamat Melkisedek. Bersama istrinya sebagai rekan setara, dia memimpin dalam kebenaran dan kasih, melayani sebagai pemimpin rohani keluarga. Dia memimpin keluarga dalam doa rutin, pembelajaran tulisan suci, serta malam keluarga. Dia bekerja bersama istrinya untuk mengajar anak-anak dan membantu mereka mempersiapkan diri untuk menerima tata cara-tata cara penyelamatan (lihat A&P 68:25–28). Dia memberikan berkat-berkat keimamatan untuk pengarahan, penyembuhan, serta penghiburan.
Banyak anggota tidak memiliki pemegang Imamat Melkisedek yang setia di rumah mereka. Namun, melalui pelayanan para pengajar ke rumah dan pemimpin imamat, semua anggota Gereja dapat menikmati berkat-berkat kuasa imamat dalam kehidupan mereka.
Kunci-Kunci Imamat
Pelaksanaan wewenang imamat di Gereja diatur oleh mereka yang memegang kunci-kunci imamat (lihat A&P 65:2; 124:123). Mereka yang memegang kunci-kunci imamat memiliki hak untuk mengetuai dan memimpin Gereja dengan wewenang. Misalnya, uskup memegang kunci-kunci imamat yang memungkinkan dia untuk memimpin di lingkungannya. Oleh karena itu, ketika seorang anak di lingkungan itu dipersiapkan untuk dibaptiskan, orang yang membaptiskan si anak harus menerima kewenangan dari uskup.
Yesus Kristus memegang semua kunci imamat. Dia telah memberikan kepada para Rasul-Nya kunci-kunci yang diperlukan bagi pengaturan Gereja-Nya. Hanya Rasul senior, Presiden Gereja, dapat menggunakan (atau mewenangkan orang lain untuk menggunakan) kunci-kunci tersebut untuk mengatur seluruh Gereja (lihat A&P 43:1–4; 81:2; 132:7).
Presiden Gereja mendelegasikan kunci-kunci imamat kepada para pemegang imamat lainnya agar mereka dapat memimpin dalam bidang tanggung jawab mereka. Kunci-Kunci imamat dianugerahkan kepada para presiden bait suci, misi, wilayah, serta distrik; uskup; presiden cabang; dan presiden kuorum. Seseorang yang melayani dalam salah satu jabatan tersebut memegang kunci-kunci hanya sampai dia dibebastugaskan. Para penasihat tidak menerima kunci-kunci, namun mereka juga menerima wewenang serta tanggung jawab melalui pemanggilan dan penugasan.
Kuorum-Kuorum Imamat
Sebuah kuorum imamat adalah sebuah kelompok para pria yang terorganisasi yang memegang jabatan keimamatan yang sama. Tujuan utama kuorum tersebut adalah untuk melayani sesama, membangun kesatuan dan persaudaraan, serta memberikan petunjuk satu sama lain dalam ajaran, asas, dan tugas-tugas.
Terdapat kuorum-kuorum pada semua tingkat organisasi Gereja. Presiden Gereja dan para penasihatnya membentuk Kuorum Presidensi Utama. Dua Belas Rasul juga membentuk sebuah kuorum. Tujuh Puluh, baik Pembesar Umum maupun Pembesar Area, diorganisasi ke dalam kuorum-kuorum. Setiap presiden wilayah mengetuai sebuah kuorum imam besar, yang terdiri dari semua imam besar dalam wilayah. Setiap lingkungan atau cabang biasanya memiliki kuorum-kuorum penatua, imam, pengajar, serta diaken. Imam besar juga diorganisasi di lingkungan-lingkungan, yang melayani dalam kelompok imam besar.
Menjalankan Imamat dengan Benar
Jika Anda seorang pemegang imamat, ingatlah bahwa imamat hendaknya menjadi bagian dari diri Anda di setiap saat dan di segala keadaan. Imamat tidak seperti pakaian yang dapat Anda pakai dan tanggalkan sesuka Anda. Penahbisan apa pun dalam suatu jabatan keimamatan merupakan pemanggilan untuk pelayanan seumur hidup, dengan janji bahwa Tuhan akan membuat Anda memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan-Nya sesuai dengan kesetiaan Anda.
Anda harus layak untuk dapat menerima dan menjalankan kuasa imamat. Perkataan yang Anda ucapkan dan perilaku Anda sehari-hari memengaruhi kemampuan Anda untuk melayani. Perilaku Anda di depan umum harus tanpa cela. Perilaku Anda di rumah bahkan lebih penting. Melalui Nabi Joseph Smith, Tuhan menyatakan bahwa “hak keimamatan berhubungan erat dengan kekuasaan surga, dan bahwa kekuasaan surga tidak dapat diatur ataupun ditangani hanya berdasarkan asas-asas kebenaran saja” (A&P 121:36). Dia memperingatkan para pemegang imamat:
“Bila kita melakukannya untuk menutupi dosa kita, atau untuk memuaskan kesombongan dan keinginan kita yang sia-sia, atau berusaha mengatur atau menguasai atau memaksa jiwa anak-anak manusia, dalam bentuk apa pun yang menarik dirinya, Roh Tuhan menjadi sedih, dan bila Roh Tuhan telah menarik diri, berakhirlah imamat atau wewenang orang itu. Lihatlah, sebelum dia sadar, dia dibiarkan sendiri” (A&P 121:37–38).
Anda tidak dapat mempertahankan kuasa atau pengaruh apa pun dalam imamat kecuali “oleh bujukan, kesabaran, kebaikan dan kelemahlembutan serta oleh kasih sayang yang sejati; oleh kebaikan hati dan pengetahuan yang sejati, yang akan sangat membesarkan jiwa tanpa kemunafikan dan tanpa tipu daya.” Jika Anda “digerakkan oleh Roh Kudus” untuk menegur seseorang, dan setelah itu menunjukkan “bertambahnya kasih sayang terhadap dia yang kauberi teguran itu, jangan sampai dia menganggap engkau sebagai musuhnya; agar dia dapat mengetahui bahwa imanmu lebih kuat daripada segala ikatan maut” (A&P 121:41–43).
Sewaktu Anda menjalankan imamat dalam kebenaran dan kasih, Anda akan menemukan sukacita dalam melayani sebagai alat di dalam tangan Tuhan. Dia berfirman:
“Biarlah hati nuranimu juga dipenuhi dengan kasih yang murni terhadap semua orang dan kepada kaum yang beriman, dan biarlah kebajikan tak henti-hentinya menghiasi pikiranmu, maka keyakinanmu akan menjadi kuat di hadirat Allah; dan ajaran mengenai keimamatan akan meresap ke dalam jiwamu bagaikan embun dari surga.
Roh Kudus akan menjadi temanmu yang setia dan tongkat kerajaanmu merupakan suatu tongkat keadilan dan kebenaran yang tak berubah; dan kerajaanmu adalah kerajaan abadi dan tanpa maksud-maksud paksaan, semua ini akan mengalir kepadamu untuk selama-lamanya”(A&P 121:45–46).
Pengajaran ke Rumah
Sejak para pemegang imamat ditahbiskan pada jabatan pengajar, mereka memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk melayani sebagai pengajar ke rumah. Dengan cara ini mereka bekerja untuk memenuhi tugas mereka untuk “mengawasi jemaah, bersama mereka serta memperteguh mereka” (A&P 20:53).
Pengajar ke rumah memiliki tugas kudus untuk menjadi sumber pertolongan Gereja yang pertama kepada individu-individu dan keluarga-keluarga. Mereka mengunjungi para anggota yang ditugaskan kepada mereka sekurangnya satu bulan sekali. Dalam melayani dan mengunjungi anggota yang menjadi tugas mereka, mereka mendukung orang tua dalam tanggung jawab mereka, mengajarkan Injil kepada setiap anggota keluarga, memelihara persahabatan, serta menolong anggota mempersiapkan diri untuk menerima tata cara-tata cara bait suci dan hidup layak bagi berkat-berkat Injil.
Para pemimpin di lingkungan-lingkungan dan cabang-cabang memastikan bahwa pengajar ke rumah ditugasi untuk setiap keluarga atau perorangan. Mereka menindaklanjuti dengan pengajar ke rumah untuk menolong memenuhi setiap kebutuhan rohani dan jasmani anggota.
Wewenang Imamat Diberikan kepada Kaum Pria di Bumi
Allah memberi wewenang imamat kepada para anggota pria yang layak di Gereja agar mereka dapat bertindak dalam nama-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya. Para pemegang imamat dapat diwenangkan untuk mengkhotbahkan Injil, melaksanakan tata cara-tata cara penyelamatan, serta memerintah kerajaan Allah di bumi.
Para anggota pria Gereja dapat memulai pelayanan imamat mereka ketika mereka mencapai usia 12 tahun. Mereka mulai dengan memegang Imamat Harun, dan kemudian mereka dapat memenuhi syarat untuk memiliki Imamat Melkisedek yang dianugerahkan kepada mereka. Pada tingkat yang berbeda dalam kehidupan mereka dan sewaktu mereka mempersiapkan diri mereka untuk menerima tanggung jawab-tanggung jawab yang berbeda, mereka memegang jabatan yang berbeda dalam imamat, misalnya diaken, pengajar, atau imam dalam Imamat Harun dan penatua atau imam besar dalam Imamat Melkisedek. (Untuk informasi tertentu mengenai Imamat Harun dan Melkisedek, lihat hlm. 45–46 dan 47–48).
Agar seorang anggota pria gereja dapat memegang imamat, seorang pemegang imamat yang diwenangkan harus menganugerahkan kepadanya serta menahbiskannya pada sebuah jabatan dalam imamat itu (lihat Ibrani 5:4; A&P 42:11; Pasal-Pasal Kepercayaan ke-5).
Meskipun wewenang imamat hanya dianugerahkan kepada para anggota Gereja pria yang layak , berkat-berkat imamat tersedia bagi semua orang—pria, wanita, serta anak-anak. Kita semua memperoleh manfaat dari pengaruh kepemimpinan imamat yang benar, dan kita semua memiliki kesempatan istimewa menerima tata cara-tata cara imamat yang menyelamatkan.
Rujukan tambahan: Yohanes 15:16; Kisah para Rasul 8:14–20; Yakobus 5:14–15; A&P 13; 20; 84; 107; Joseph Smith 2:68–73
Lihat juga Imamat Harun; Administrasi Gereja; Imamat Melkisedek; Tata Cara; Pemulihan Injil