2007
Para Putri Bapa Surgawi
Mei 2007


Para Putri Bapa Surgawi

Bapa Surgawi mengenal dan mengasihi Anda. Anda adalah putri-Nya yang istimewa. Dia memiliki sebuah rencana bagi Anda.

Menantu lelaki kami memberi tahu putrinya, Eliza, yang berusia tiga tahun bahwa untuk malam keluarga mereka akan belajar mengenai sebuah tema yang sangat istimewa. Dia tersenyum lebar dan berusaha untuk menebak kejutan itu. “Itu pastilah mengenai saya,” ujarnya, “karena saya sangat istimewa!” Eliza mengingat dan mengetahui siapa dirinya—seorang anak Allah yang sangat istimewa. Dia telah mempelajari hal ini dari ibunya, yang sejak Eliza masih bayi telah menyanyikan nyanyian rohani pembuka kita, “Aku Anak Allah,” (Nyanyian Rohani, no. 144), sebagai lagu ninabobo.

Di seluruh dunia dan hampir di setiap bahasa, para remaja putri berusia 12 sampai 18 tahun menyatakan hal yang sama: “Kami adalah putri Bapa Surgawi kami yang mengasihi kami, dan kami mengasihi Dia” (”Tema Remaja Putri,” Kemajuan Pribadi Remaja Putri [buklet, 2001, 5). Namun sewaktu mereka tumbuh, mereka sering kali kehilangan pengetahuan yang meyakinkan dari Eliza yang berusia tiga tahun bahwa mereka adalah sangat istimewa. Para remaja sering kali mengalami krisis jati diri , dengan mempertanyakan siapa mereka sesungguhnya. Masa remaja juga merupakan saat yang saya uraikan sebagai “perampasan jati diri,” yang berarti bahwa gagasan, filsafat, dan tipuan duniawi membingungkan kita, mendera kita, dan berusaha merampas kita dari pengetahuan akan jati diri kita yang sesungguhnya.

Seorang remaja putri yang sangat baik mengatakan kepada saya, “Kadang-kadang saya tidak yakin siapa diri saya. Saya tidak merasakan kasih Bapa Surgawi. Kehidupan saya tampak sulit. Segala sesuatunya tidak seperti yang saya inginkan, harapkan, dan impikan.” Apa yang saya katakan kepadanya sekarang saya katakan kepada para remaja putri di mana pun: Saya tahu dengan pasti bahwa Anda adalah putri Allah. Dia mengenal Anda, Dia mengasihi Anda, dan Dia memiliki sebuah rencana bagi Anda. Saya tahu ini adalah pesan yang Bapa Surgawi inginkan agar saya bagikan kepada Anda.

Para nabi dan rasul zaman akhir bersaksi mengenai sifat ilahi kita. Pernyataan kepada dunia mengenai keluarga menyatakan: “Kita [masing-masing] adalah putra atau putri Roh terkasih dari orang tua surgawi, dan, karenanya, masing-masing memiliki sifat dan tujuan yang ilahi” (Liahona, Oktober 2004, 49). Dan Presiden Gordon B. Hinckley juga telah menyatakan:

“Andalah yang terbaik. Anda adalah putri Allah.

Sesuatu yang indah dan kudus telah datang bagi Anda sebagai hak kesulungan Anda. Jangan pernah melupakan hal itu. Bapa kekal Anda adalah Guru besar alam semesta. Dia menguasai segala perkara, tetapi Dia juga akan mendengarkan doa-doa Anda sebagai para putri-Nya serta mendengar Anda sewaktu Anda berbicara kepada-Nya. Dia akan menjawab doa-doa Anda. Dia tidak akan meninggalkan Anda sendirian” (Gordon B. Hinckley, “Tetaplah di Jalan yang Benar,” Liahona, Mei 2004, 112).

Sewaktu Anda mengizinkan pengetahuan bahwa Anda adalah putri Allah tertanam kuat di dalam jiwa Anda, hal itu akan menghibur Anda, memperkuat iman Anda, dan memengaruhi perilaku Anda. Jika Anda membiarkan kebenaran yang bajik ini tak henti-hentinya menghiasi pikiran Anda, Anda akan memiliki keyakinan di hadirat Allah, sebagaimana yang tulisan suci tema Kebersamaan kita janjikan (lihat A&P 121:45).

Bagaimana kita masing-masing mengetahui dan merasakan bahwa kita adalah putri Bapa Surgawi? Ada sebuah tabir antara surga dan bumi, suatu “tidur dan lupa” (William Wordsworth, “Ode Intimations of Immortality of Recollections of Early Childhood,” stanza 5, baris 58) ketika dilahirkan. Hal ini diperlukan bagi kita untuk “mendapatkan pengalaman duniawi untuk maju ke arah kesempurnaan dan pada akhirnya mencapai tujuan ilahi [kita] sebagai [ahli waris] bagi kehidupan kekal” (Liahona, Oktober 2004, 49). Bapa Surgawi mengasihi kita dan ingin menolong kita mengingat-Nya sehingga Dia menyediakan bagi kita gambaran sekilas tentang kekekalan. Rasul Paulus mengajarkan bahwa: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16). Roh memberi kita gambaran sekilas tentang siapa diri kita. Sering kali Roh berbicara kepada kita ketika kita berdoa, membaca tulisan suci, merenungkan belas kasih Tuhan kepada kita, menerima berkat-berkat imamat, melayani sesama, atau merasa dikasihi dan diteguhkan oleh orang lain.

Musa mengetahui siapa dirinya melalui pengalaman rohani yang hebat. Dia berbicara dengan Tuhan berhadapan muka dan mengetahui bahwa dia adalah putra Allah, yang memiliki misi khusus untuk dilaksanakan. Setelah memiliki pengalaman rohani yang hebat ini, Musa kemudian didera oleh Setan. Namun karena Musa telah merasakan kemuliaan Allah, dia mengetahui bahwa Setan tidak memiliki kemuliaan apa pun. Karena Musa tahu bahwa dia adalah putra Allah dan bahwa Allah memiliki sebuah misi baginya, dia memiliki kuasa dan kemampuan untuk menolak Setan, untuk membuat penilaian yang benar, untuk memohon kekuatan dari Allah, dan untuk terus memiliki Roh-Nya (lihat Musa 1).

Pola yang sama berlaku bagi kita. Sewaktu kita telah mengetahui dan merasakan siapa kita sesungguhnya, kita dijadikan mampu untuk mengenali perbedaan antara yang baik dan yang jahat dan diberi kuasa untuk menolak godaan. Salah satu cara kita dapat memahami misi yang telah Dia embankan secara ilahi kepada kita adalah melalui berkat bapa bangsa kita. Ini merupakan pesan yang sangat istimewa dan pribadi yang dapat kita masing-masing terima melalui kuasa imamat.

Cara lain untuk memperoleh wawasan rohani mengenai sifat-sifat kekal kita sendiri adalah dari orang tua atau pemimpin yang dapat meyakinkan kita karena gambaran sekilasnya yang diilhami mengenai siapa kita sesungguhnya. Roh itu telah membisiki saya secara khusus pada suatu kesempatan mengenai jati diri yang sesungguhnya dari anak-anak saya. Saya ingat malam sebelum salah seorang bayi kami lahir. Saya mendapat kesan yang kuat bahwa bayi ini akan menjadi teman dan penolong yang hebat bagi setiap saudara kandungnya. Hal ini telah terbukti benar adanya. Di saat lainnya ketika salah seorang anak remaja kami sangat sedih karena terlibat dalam suatu kecelakaan mobil, saya dengan jelas mendengar kata-kata ini di dalam benak saya: “Saya mengasihi anak ini dan akan membimbing kehidupannya.” Dan Dia telah membimbing kehidupannya. Gambaran sekilas semacam itu telah saya terima berulang kali. Ketika mereka memerlukan dorongan semangat, saya telah diberkati dengan wawasan mengenai roh-roh kekal yang mulia dan agung anak-anak saya.

Apakah ayah atau ibu Anda pernah mengingatkan Anda sewaktu Anda meninggalkan rumah untuk “mengingat siapa diri Anda?” Apa yang mereka maksud dengan hal itu? Ingatlah bahwa Anda adalah bagian dari keluarga ini dengan reputasi yang harus dijunjung tinggi. Dan, bahkan yang lebih penting lagi, “ingatlah bahwa Anda adalah anak Allah serta harus bertindak sebagai anak Allah karenanya.” Para misionaris memakai tanda pengenal sebagai pengingat langsung bahwa mereka adalah para wakil Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Hal ini mengingatkan para misionaris untuk berpakaian dengan sopan dan menarik, untuk memperlakukan orang dengan kesopanan, dan untuk berusaha menerima rupa-Nya di dalam wajah mereka. Mereka harus melakukan hal-hal ini karena mereka memakai papan nama [name tag] itu, sebuah identitas lahiriah. Melalui perjanjian, kita semua telah mengambil bagi diri kita nama Kristus. Nama-Nya hendaknya terukir di dalam hati kita. Demikian juga, kita diharapkan untuk bertindak sebagai anak-anak Bapa Surgawi yang layak, yang, setidaknya secara figuratif telah mengutus kita ke bumi dengan nasihat “Ingatlah siapa diri Anda!”

Ketika saya dipanggil untuk melayani Anda, para remaja putri Gereja ini, saya tahu saya harus bersikap dengan benar. Suatu hari salah seorang anak perempuan saya mendapat tiket untuk memarkir mobilnya di jalan dengan stiker registrasi yang sudah kedaluwarsa. Saya menangani sendiri masalah itu dan pergi berjalan menuju gedung pemerintahan kota untuk menjelaskan bahwa itu kesalahan pemerintah sendiri karena tidak mengirimkan kertas itu dengan segera. Sewaktu saya berjalan dengan mantap melewati pintu, seseorang menegur saya, “Saya tahu siapa Anda.” Hal itu menghentikan saya dan mengingatkan saya bahwa saya juga perlu mengingat siapa saya—bukan hanya presiden umum Remaja Putri, namun yang paling istimewa adalah seorang putri Allah.

Dalam pertemanan kita harus mengingat bahwa orang lain juga adalah anak-anak Bapa Surgawi kita. Di awal pernikahan kami, suami saya sering mengatakan, “Saya tidak menikahi kamu karena penampilanmu.” Akhirnya saya sedikit menggodanya dengan mengatakan, ”Bahwa hal ini sungguh-sungguh tidak kedengaran terlalu menyanjung.” Dia menjelaskan apa yang sesungguhnya telah saya ketahui, bahwa ini dimaksudkan sebagai pujian tertinggi yang dapat dia berikan kepada saya. Dia mengatakan, pada dasarnya saya mencintaimu apa adanya dan secara kekal.” Tuhan berfirman: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, … bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Samuel 16:7). Dalam keluarga, berteman, berkencan, dan pernikahan kita hendaknya menghargai bukan hanya kecantikan dan kedudukan, melainkan sifat, nilai-nilai yang baik, serta sifat-sifat alami ilahi yang orang lain warisi.

Di sebuah wilayah di Cile para remaja putri melakukan hal ini di perkemahan dengan menyimpan sebuah buku yang berisi sifat-sifat bajik setiap orang. Setiap hari mereka dapat mengenal dengan lebih baik dan menuliskan kebaikan sejati yang mereka pelajari mengenai setiap orang yang ada di sana. Di akhir perkemahan, mereka membagikan gagasan mereka, dengan membantu setiap orang memahami lebih banyak tentang keilahian di dalam dirinya sendiri. Pemimpin mereka menuturkan, “Kita secara harfiah mengisi di dalam roh yang luar biasa ini kebaikan dan niat baik. Saya dapat sejujurnya mengatakan bahwa saya tidak pernah mendengar keluhan apa pun dari para gadis ini! Mereka maju dalam semangat manis penerimaan bersama yang sering kali tidak terlihat di antara para gadis remaja. Tidak ada persaingan, tidak ada pertengkaran. Perkemahan kami telah menjadi sedikit lebih surgawi” (korespondensi pribadi). Para gadis mengenali dan diyakinkan akan sifat-sifat ilahi sesamanya dan Roh memenuhi perkemahan sewaktu gagasan-gagasan yang bajik ini diungkapkan.

C. S. Lewis dengan bijak mengatakan: “Untuk hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki kemungkinan para dewa dan dewi adalah hal yang serius, untuk mengingat bahwa orang terbodoh dan paling tidak menarik yang dapat Anda ajak bicara mungkin saja kelak menjadi makhluk yang, jika Anda melihatnya sekarang, Anda akan sungguh-sungguh tergoda untuk memujanya …. Tidak ada orang biasa …. Sesama Anda adalah obyek paling kudus yang dihadirkan di dalam perasaan Anda” (“The Weight of Glory,” dalam Screwtape Proposes a Toast and Other Pieces (1974), 109–110).

Para remaja putri di mana saja yang mengetahui diri mereka dan orang lain adalah putri Bapa Surgawi yang penuh kasih memperlihatkan kasih mereka bagi Dia dengan menjalani kehidupan yang bajik, penuh pelayanan, dan teladan. Saya telah terkesan dengan remaja putri yang berpakaian dengan sopan di bagian negara Brasil yang sangat panas dan lembab itu. Mereka mengatakan, “Kesopanan bukanlah mengenai cuaca. Itu mengenai hati.” Para remaja putri ini mengetahui mereka adalah putri Allah.

Saya telah tersentuh untuk belajar tentang kebaikan dari lima siswa muda OSZA dari Idaho yang belum lama berselang tenggelam dalam sebuah kecelakaan hebat. Mereka dikenal oleh teman sebaya mereka dan dalam masyarakat mereka karena menjalankan standar-standar kebajikan dan menjadi teladan kebajikan serta kebaikan. Para remaja ini mengetahui mereka adalah putra dan putri Allah.

Saya telah diperingatkan melalui teladan dari remaja putri lain yang orang tuanya telah bercerai. Dia tidak ingin adik lelaki dan perempuannya merasa tidak dikasihi, karena itu dia berdoa bersama mereka setiap malam dan mengatakan kepada mereka bahwa dia mengasihi mereka. Remaja putri ini tahu dia adalah putri Bapa Surgawi yang mengasihinya, dan dia mengasihi Bapa Surgawi dengan mengasihi saudara-saudara kandungnya.

Dan saya telah tergugah untuk mengetahui tentang tindakan dari para remaja putri di bagian dunia yang dilanda kemiskinan dan tertekan secara politik. Disamping kesulitan mereka sendiri, para remaja putri ini bertemu di perkemahan dan merencanakan cara-cara untuk mengangkat yang lain. Mereka membuat perlengkapan kesehatan untuk para wanita yang membutuhkan. Mereka melakukan pelayanan tambahan di masyarakat, di rumah sakit, dan di rumah. Kami tahu melalui tindakan mereka bahwa para remaja putri ini memahami jati diri mereka sebagai putri Allah. Hati saya membara dengan kasih bagi para remaja putri ini dan remaja putri di mana pun. Saya tahu bahwa Anda adalah putri Allah yang mengasihi Anda.

Sebagai penutup izinkan saya membagikan sebuah pengalaman yang lembut dan bahkan kudus bagi saya. Ketika pertama kali saya dipanggil untuk melayani sebagai presiden umum Remaja Putri, saya merasa takut dan tidak mampu. Saya tidak tidur selama beberapa malam merasa cemas, bertobat, dan menangis. Setelah beberapa malam mengalami ini, saya memiliki pengalaman yang sangat menyentuh. Saya mulai memikirkan mengenai kemenakan-kemenakan remaja putri saya, lalu mengenai remaja putri di lingkungan huni dan lingkungan saya, lalu mengenai remaja putri yang saya lihat secara rutin di sekolah menengah atas, kemudian saya melihat remaja putri Gereja di seluruh dunia, lebih dari satu juta di antaranya. Perasaan hangat yang paling mengesankan mulai menyelimuti diri saya dan meresap dalam diri saya. Saya merasakan kasih yang sedemikian hebat bagi remaja putri Orang-Orang Suci Zaman Akhir di mana pun, Anda masing-masing, dan saya tahu bahwa apa yang saya rasakan adalah kasih Bapa Surgawi bagi Anda. Kasih itu begitu kuat dan berpengaruh. Untuk pertama kalinya saya merasakan kedamaian, karena saya tahu apa yang Bapa Surgawi inginkan agar saya lakukan. Dia ingin saya bersaksi kepada Anda mengenai kasih-Nya yang besar bagi Anda. Oleh karena itu saya bersaksi kepada Anda sekali lagi bahwa saya tahu tanpa keraguan bahwa Bapa Surgawi mengenal Anda serta mengasihi Anda. Anda adalah putri-Nya yang istimewa. Dia memiliki sebuah rencana bagi Anda, dan Dia akan senantiasa ada di sana untuk memimpin Anda, membimbing Anda, serta berjalan di sisi Anda (lihat “Aku Anak Allah”). Saya dengan sungguh-sungguh berdoa semoga Anda akan mengetahui dan merasakan hal ini, dalam nama Yesus Kristus, amin.