2008
Teladan Kebajikan
Mei 2007


Teladan Kebajikan

Adalah tugas kita untuk menjalani kehidupan kita sedemikian rupa sehingga kita dapat menjadi teladan kebajikan.

President Thomas S. Monson

Malam ini saya sadar bahwa Anda, saudara-saudara, baik yang berada di sini di Pusat Konferensi ini dan di ribuan lokasi lainnya, mewakili pertemuan terbesar imamat yang pernah berkumpul. Kita adalah bagian dari ikatan persaudaraan yang terbesar di seluruh dunia. Betapa beruntung dan diberkatinya kita untuk memegang imamat Allah.

Kita telah diberi petunjuk dan diteguhkan sewaktu kita mendengarkan pesan-pesan yang diilhami. Saya berdoa semoga saya dapat didukung melalui iman dan doa-doa Anda sewaktu saya membagikan kepada Anda pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan yang telah ada di benak saya akhir-akhir ini sewaktu saya telah bersiap untuk berceramah kepada Anda.

Sebagai pemegang imamat, kita telah ditempatkan di bumi pada masa yang sukar ini. Kita hidup di dunia yang kacau dengan konflik yang dapat ditemukan di mana-mana. Rancangan-rancangan politik menghancurkan stabilitas bangsa, yang lalim mengambil kekuasaan, dan segmen-segmen masyarakat tampaknya tertekan selamanya, menghilangkan kesempatan, dan meninggalkan dengan perasaan gagal.

Kita yang telah ditahbiskan dalam imamat Allah dapat membuat perbedaan. Ketika kita memenuhi syarat bagi bantuan Tuhan, kita dapat membangun sifat anak-anak lelaki, kita dapat membantu para pria, kita dapat melakukan mukjizat dalam pelayanan kudus-Nya. Kesempatan kita tanpa batas.

Tugas kita adalah untuk menjadi teladan yang baik. Kita diperkuat melalui kebenaran bahwa kekuatan terbesar di dunia zaman sekarang adalah kuasa Allah sewaktu itu bekerja melalui manusia. Jika kita sebagai suruhan Tuhan, saudara-saudara, kita berhak atas bantuan Tuhan. Jangan pernah melupakan kebenaran itu. Bantuan ilahi itu, tentu saja, didasarkan pada kelayakan kita. Kita masing-masing harus bertanya: Apakah tangan saya bersih? Apakah hati saya murni? Apakah saya adalah hamba Tuhan yang layak?

Kita dikelilingi dengan begitu banyak yang dirancang untuk mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang bajik dan baik dan untuk menggoda kita dengan hal-hal yang akan menyebabkan kita menjadi tidak layak untuk menjalankan imamat yang kita pegang. Saya berbicara bukan hanya kepada para remaja putra Imamat Harun, namun kepada semua dari berbagai usia. Godaan datang dalam berbagai bentuk dalam kehidupan kita.

Saudara-saudara, apakah kita memenuhi syarat di segala waktu untuk melaksanakan tugas-tugas kudus yang berkaitan dengan imamat yang kita pegang? Para remaja putra—Anda yang adalah imam—apakah Anda bersih di dalam tubuh dan roh sewaktu Anda duduk di meja sakramen pada hari Minggu dan memberkati lambang-lambang sakramen? Para remaja putra yang adalah pengajar, apakah Anda layak untuk mempersiapkan sakramen? Para diaken, sewaktu Anda mengedarkan sakramen kepada anggota Gereja, apakah Anda melakukannya dengan mengetahui bahwa Anda secara rohani memenuhi syarat untuk melakukannya? Apakah Anda masing-masing memahami sepenuhnya pentingnya semua tugas kudus yang Anda laksanakan?

Sahabat-sahabat muda saya, jadilah kuat. Filsafat manusia mengelilingi kita. Wajah dosa di zaman sekarang sering memakai topeng toleransi. Jangan tertipu; dibalik topeng itu adalah sakit hati, ketidakbahagiaan, dan rasa sakit. Anda tahu apa yang benar dan apa yang salah, dan tanpa samaran, betapapun menariknya, dapat mengubah itu. Sifat pelanggaran tetaplah sama. Jika teman Anda mendesak Anda untuk melakukan apa pun yang Anda tahu salah, Andalah yang harus membela yang benar, bahkan seandainya Anda harus melakukannya sendirian. Milikilah keberanian moral untuk menjadi terang agar orang lain ikuti. Tidak ada persahabatan yang lebih berharga selain hati nurani Anda yang bersih, kebersihan moral Anda—dan betapa mulia rasanya untuk mengetahui bahwa Anda berdiri di tempat yang ditentukan bersih dan dengan keyakinan bahwa Anda layak untuk melakukannya.

Saudara-saudara pemegang Imamat Melkisedek, apakah Anda berusaha dengan tekun setiap hari untuk hidup sebagaimana yang seharusnya? Apakah Anda baik hati dan mengasihi istri serta anak-anak Anda? Apakah Anda jujur dalam urusan-urusan Anda dengan orang-orang yang ada di sekitar Anda—di segala waktu dan di segala keadaan?

Jika ada di antara Anda telah berbuat dosa dalam kehidupan Anda, ada orang-orang yang akan menolong Anda untuk sekali lagi menjadi bersih dan layak. Uskup atau presiden cabang Anda senang sekali dan bersedia untuk menolong, dan akan, dengan pemahaman dan belas kasih, melakukan semampu kekuatannya untuk membantu Anda dalam proses pertobatan, agar Anda sekali lagi dapat berdiri dalam kebenaran di hadapan Tuhan.

Banyak dari Anda akan ingat Presiden N. Eldon Tanner, yang melayani sebagai penasihat bagi empat Presiden Gereja. Dia menyediakan contoh kebajikan yang tidak menyimpang di sepanjang karier dalam industri, selama pelayanan dalam pemerintahan di Kanada, dan secara konsisten dalam kehidupan pribadinya. Dia memberi kita nasihat yang terilhami ini:

“Tidak ada yang akan mendatangkan sukacita dan keberhasilan yang lebih besar daripada untuk hidup sesuai dengan ajaran-ajaran Injil. Jadilah teladan; jadilah pengaruh bagi kebaikan ….

Kita masing-masing telah dipratahbiskan bagi sejumlah pekerjaan sebagai hamba pilihan [Alah] yang Dia pandang pantas untuk dianugerahi imamat dan kuasa untuk bertindak dalam nama-Nya. Senantiasa ingatlah bahwa orang-orang memandang Anda untuk kepemimpinan dan Anda memengaruhi kehidupan individu- individu baik untuk kebaikan maupun keburukan, yang pengaruhnya itu akan dirasakan oleh generasi-generasi di masa datang.”1

Saudara-saudara, saya menegaskan kembali bahwa sebagai pemegang imamat Allah, adalah tugas kita untuk menjalani kehidupan kita sedemikian rupa sehingga kita dapat menjadi teladan kebajikan bagi orang lain untuk diikuti. Sewaktu saya memikirkan bagaimana kita dapat dengan paling baik menyediakan teladan semacam itu, saya telah memikirkan sebuah pengalaman yang saya miliki beberapa tahun lalu ketika menghadiri sebuah konferensi wilayah. Selama sesi konferensi itu, saya memerhatikan seorang anak lelaki duduk bersama keluarganya di deretan depan pusat konferensi. Saya duduk di mimbar. Sewaktu pertemuan berjalan, saya mulai melihat bahwa jika saya menyilangkan satu kaki ke kaki lainnya, anak lelaki itu akan melakukan hal yang sama. Jika saya melakukan gerakan sebaliknya dan menyilangkan kaki lainnya, dia akan mengikutinya. Saya akan meletakkan tangan saya di pangkuan saya, dan dia pun melakukan hal yang sama. Ini berlanjut sampai waktu tiba bagi saya untuk berceramah kepada jemaat. Saya memutuskan untuk menempatkannya dalam tes. Saya menatap tajam padanya, yakin saya mendapat perhatiannya, dan kemudian saya menggerak-gerakkan telinga saya. Dia membuat usaha yang sia-sia untuk melakukan hal yang sama, namun saya mendapatkan perhatiannya! Dia tidak dapat menggerak-gerakkan telinganya. Dia menoleh kepada ayahnya, yang duduk di sebelahnya, dan membisikkan sesuatu kepadanya. Dia menunjuk telinganya dan kemudian menunjuk saya. Sewaktu ayahnya melihat saya, dengan jelas ingin melihat telinga saya bergerak-gerak, saya duduk tenang dengan tangan terlipat, tidak bergerak sedikit pun. Sang ayah menatap kembali dengan skeptis kepada putranya, yang terlihat sedikit dikalahkan. Dia akhirnya menyeringai ke arah saya dan mengangkat bahunya.

Saya telah memikirkan mengenai pengalaman itu selama bertahun-tahun dimana saya merenungkan bagaimana, khususnya pada masa muda kita, kita cenderung menirukan teladan orang tua, pemimpin, dan teman sebaya kita. Nabi Brigham Young mengatakan: “Kita seharusnya tidak pernah membiarkan diri kita melakukan apa pun yang tidak ingin kita lihat anak kita lakukan. Kita seharusnya memberikan teladan yang kita ingin mereka tiru.”2

Kepada Anda para ayah dari anak-anak lelaki atau yang adalah pemimpin anak-anak lelaki, saya mengatakan, berusahalah menjadi teladan yang anak-anak lelaki butuhkan. Ayah, tentu saja, hendaknya menjadi teladan utama, dan anak-anak lelaki yang diberkati dengan ayah yang layak juga sesungguhnya beruntung. Meskipun demikian, bahkan sebuah keluarga yang menjadi panutan, dengan ayah dan ibu yang tekun dan setia, dapat menggunakan semua bantuan suportif yang dapat mereka peroleh dari orang-orang baik yang memiliki kepedulian tulus. Ada juga anak lelaki yang tidak memiliki ayah, atau yang ayahnya saat ini tidak menyediakan jenis teladan yang dibutuhkan. Bagi anak lelaki itu, Tuhan menyediakan sebuah jaringan penolong dalam Gereja—uskup, pembimbing, guru, ketua Pramuka, pengajar ke rumah. Ketika program Tuhan berlaku dan berjalan dengan semestinya, tidak seorang remaja putra pun di Gereja yang seharusnya tidak memiliki pengaruh dari orang-orang yang baik dalam kehidupannya.

Keefektifan seorang uskup, pembimbing, atau guru yang diilhami tidak ada kaitannya dengan kuatnya tanda-tanda lahiriah atau banyaknya benda duniawi. Para pemimpin yang memiliki paling banyak pengaruh biasanya mereka yang mengilhami orang lain secara mendalam dengan pengabdian pada kebenaran, yang membuat kepatuhan pada tugas tampak sebagai inti dari kedewasaan, yang mengubah beberapa kejadian rutin umum agar itu memberi kita wawasan dimana kita melihat jenis orang yang ingin kita tiru.

Seseorang yang hendaknya tidak kita lupakan—dan sesungguhnya, teladan utama kita—adalah Juruselamat kita, Yesus Kristus. Kelahiran-Nya dinubuatkan oleh para nabi; para malaikat menyampaikan kabar pelayanan fana-Nya. Dia “bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.”3 Dibaptiskan oleh Yohanes di dalam sungai yang dikenal sebagai Yordan, Dia memulai pelayanan resmi-Nya kepada manusia. Terhadap godaan Setan, Yesus tidak memedulikannya. Terhadap tugas yang dirancang oleh Bapa-Nya, Dia memalingkan wajah-Nya, mengikrarkan hatinya, dan menyerahkan nyawa-Nya. Dan betapa itu merupakan kehidupan yang tak bercela, tak mementingkan diri, dan mulia serta ilahi. Yesus bekerja. Yesus mengasihi. Yesus melayani. Yesus bersaksi. Apa teladan yang lebih baik yang dapat kita upayakan untuk ditiru? Marilah kita sekarang mulai, malam ini juga, untuk melakukan hal yang sama. Manusia lama kita akan disingkirkan, dan dengan itu menyingkirkan kegagalan, kesedihan, keraguan, dan ketidakpercayaan. Dalam kehidupan yang baru kita datang—kehidupan iman, pengharapan, keberanian, dan sukacita. Tidak ada tugas yang tampak terlalu besar; tidak ada tanggung jawab yang diembankan terlalu berat, tidak ada tugas adalah beban. Semua hal menjadi mungkin.

Beberapa tahun lalu saya berbicara tentang seseorang yang mengambil teladannya dari Juruselamat, seseorang yang berdiri teguh dan benar, kuat dan layak melalui badai kehidupan. Dia dengan berani meningkatkan pemanggilan imamatnya. Dia menyediakan teladan bagi kita masing-masing. Namanya Thomas Michael Wilson, putra Willie dan Julie Wilson dari Lafayette, Alabama.

Semasa remajanya, dia dan keluarganya belum menjadi anggota Gereja, dia mengidap kanker, diikuti dengan terapi radiasi yang menyakitkan, dan kemudian kesembuhan dari penyakit itu. Penyakit ini menyebabkan keluarganya menyadari bahwa bukan hanya kehidupan yang berharga namun bahwa kehidupan itu juga bisa singkat. Mereka mulai mencari agama untuk membantu mereka melewati masa-masa pencobaan ini. Kemudian mereka diperkenalkan dengan Gereja, dan akhirnya semuanya kecuali sang ayah dibaptiskan. Setelah menerima Injil, Brother Wilson muda ini merindukan kesempatan untuk menjadi misionaris, meskipun dia lebih tua dari kebanyakan remaja putra ketika mereka mulai pelayanan misionarisnya. Di usia 23, dia menerima sebuah panggilan misi untuk melayani di Misi Utah Salt Lake City.

Rekan misionaris Elder Wilson menguraikan imannya sebagai iman yang kuat, tak goyah, dan tak menyerah. Dia adalah teladan bagi semua orang. Tetapi, setelah sebelas bulan pelayanan misionaris, penyakitnya kambuh. Kanker tulang sekarang mengharuskan lengan dan bahunya diamputasi. Namun dia teguh dalam pekerjaan misionarisnya.

Keberanian dan hasrat Elder Wilson yang kuat untuk tetap menjalankan misinya sangat menyentuh ayahnya yang bukan anggota sehingga dia mempelajari ajaran-ajaran Gereja dan juga menjadi anggota.

Saya belajar bahwa seorang simpatisan yang Elder Wilson telah ajar dibaptiskan dan kemudian ingin ditetapkan oleh Elder Wilson, yang dia sangat hormati. Dia, dengan beberapa orang lainnya, pergi ke tempat tidur Elder Wilson di rumah sakit. Di sana, dengan tangan yang ada ditumpangkan ke atas kepalanya, Elder Wilson menetapkan dia menjadi anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir.

Elder Wilson melanjutkan bulan demi bulan pelayanan berharganya namun menyakitkan sebagai misionaris. Berkat-berkat diberikan; doa-doa diucapkan. Karena teladan pengabdiannya, sesamanya misionaris hidup lebih dekat dengan Allah.

Kondisi fisik Elder Wilson memburuk. Ajal semakin dekat, dan dia akan pulang ke rumah. Dia meminta untuk melayani selama satu bulan lagi, dan permintaannya dikabulkan. Dia menaruh imannya kepada Allah, dan Dia yang Thomas Michael Wilson secara diam-diam percayai membuka tingkap-tingkap surga dan dengan berlimpah memberkatinya. Orang tuanya, Willie dan Julia Wilson, serta saudara lelakinya Tony datang ke Salt Lake City untuk membantu putra mereka dan saudaranya pulang ke Alabama. Tetapi, masih ada sebuah doa bagi, kerinduan bagi, dan berkat yang harus dianugerahkan. Keluarga itu mengundang saya untuk pergi bersama mereka ke Bait Suci Jordan River, dimana tata cara-tata cara kudus yang mengikat keluarga untuk sepanjang kekekalan, juga untuk waktu fana, dilaksanakan.

Saya mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga Wilson. Saya masih dapat melihat Elder Wilson ketika dia berterima kasih kepada saya karena berada bersamanya dan orang-orang yang dikasihinya. Dia mengatakan, “Tidak menjadi masalah apa yang terjadi kepada kami dalam kehidupan ini sepanjang kami memiliki Injil Yesus Kistus dan menjalankannya. Tidak menjadi masalah apakah saya mengajarkan Injil di sini atau di sisi lain tabir, sepanjang saya dapat mengajarkannya.” Betapa itu suatu keberanian. Betapa itu suatu keyakinan. Betapa itu suatu kasih. Keluarga Wilson melakukan perjalanan panjang pulang ke Lafayette, dimana Elder Thomas Michael Wilson pergi dari sini menuju ke kekekalan. Dia disemayamkan di sana dengan tanda nama misionarisnya.

Para brother yang terkasih, sewaktu kita sekarang meninggalkan pertemuan imamat ini, marilah kita semua bertekad untuk mempersiapkan diri bagi masa kesempatan kita, dan untuk menghormati imamat yang kita pegang melalui pelayanan yang kita lakukan, kehidupan yang kita berkati, dan jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada kita untuk ditolong penyelamatannya. Anda adalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus”4 dan Anda dapat membuat perbedaan. Mengenai kebenaran- kebenaran ini saya bersaksi, dalam nama Yesus Kristus, Juruselamat kita, amin.

Catatan

  1. “For They Loved the Praise of Men More Than the Praise of God,” Ensign, November 1975, 74.

  2. Deseret News, 21 Juni 1871, 235.

  3. Lukas 2:40.

  4. 1 Petrus 2:9.