2008
Tiga Imam Besar Ketua
Mei 2007


Tiga Imam Besar Ketua

Kebijaksanaan dan kekuatan akan datang kepada kita sewaktu kita memandang Presidensi Utama sebagai teladan kita dan pola kita dalam kepemimpinan.

Elder William R. Walker

Merupakan sebuah berkat dan kesempatan yang istimewa bagi kita untuk mendukung Presiden Thomas S. Monson, Presiden Henry B. Eyring, dan Presiden Dieter F. Uchtdorf sebagai Presidensi Utama baru Gereja Tuhan.

Pertama kali saya mengetahui pentingnya Presidensi Utama semasa kecil saat dibesarkan di Kanada Bagian Barat. Saat saya masuk ke rumah kakek dan nenek Walker, saya akan melihat foto berbingkai dari Presidensi Utama Gereja. Saya mengingat itu dengan baik. Kelihatan bahwa mereka berdiri sebagai para pengawal, menyambut semua orang yang masuk.

Foto berwarna yang indah itu adalah foto Presiden George Albert Smith dengan para penasihatnya, J. Reuben Clark Jr. dan David O. McKay. Foto itu menunjukkan mereka berdiri bersama dengan sebuah bola dunia. Saya menyukai foto itu. Mereka adalah para pria yang tampan dan bermartabat. Saya mengenal mereka sebagai nabi Allah dan para penasihatnya.

Foto yang terpajang di serambi depan rumah kakek nenek saya itu mempunyai pengaruh yang kuat dalam diri saya. Saya tinggal di kota kecil dengan padang rumput yang luas yang disebut Raymond tempat kakek nenek saya tinggal. Saya dapat berjalan kaki ke rumah mereka, jadi saya sering mengunjungi mereka. Saya ingat sering berdiri dengan tenang sendirian di serambi dengan khidmat sambil memandangi foto Presidensi Utama. Saya ingat memikirkan tentang mengapa kakek nenek saya berpikir adalah sangat penting untuk menghormati Presidensi Utama dan memajang foto itu secara jelas di rumah mereka. Semua yang masuk akan melihatnya. Mungkin yang paling penting, bagi anak-anak dan cucu-cucu mereka ini adalah pengingat tetap akan apa yang sangat penting di dalam hati dan kehidupan kakek dan nenek.

Bertahun-tahun kemudian saya menyimpulkan bahwa memasang foto Presidensi Utama adalah setara dengan ungkapan indah dari Yosua: “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; … tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yosua 24:15).

Semua orang yang memasuki rumah James dan Fannye Walker tahu bahwa yang tertulis dalam hati mereka adalah kata-kata “Kami dan seisi rumah kami, kami akan melayani Tuhan.” Sebagai cucu mereka, saya mengetahui itu, dan saya tidak akan pernah melupakannya.

Semasa kecil saya tidak memahami dengan baik kepentingan adanya tiga orang dalam Presidensi Utama alih-alih memiliki satu Presiden. Saya tahu, tentu saja, bahwa Yesus telah memilih Petrus, Yakobus, dan Yohanes, bukan hanya Petrus. Saya tahu bahwa ayah saya satu di antara tiga pria dalam keuskupan, yang melayani sebagai penasihat bagi Uskup J. O. Hicken. Saya tahu kakek saya adalah seorang presiden wilayah dan bahwa dia mempunyai dua penasihat di sisinya (Presiden John Allen dan Presiden Leslie Palmer).

Dalam setiap hal—sebuah presidensi—tidak hanya terdiri dari satu orang sebagai pemimpin, tetapi sebagai tiga yang memimpin bersama. Di Pratama saya belajar Pasal-Pasal Kepercayaan dan tumbuh untuk menyukainya. Pasal-Pasal Kepercayaan memberi kaum remaja kita kenyamanan dan keyakinan sewaktu mereka mempelajari ajaran-ajaran dasar Gereja. Saya selanjutnya tahu bahwa “seseorang harus dipanggil oleh Allah, melalui nubuat, serta dengan penumpangan tangan oleh mereka yang mempunyai wewenang, untuk memberitakan Injil serta melaksanakan tata cara-tata cara daripadanya” (Pasal-Pasal Kepercayaan ke-5).

Pada tahun 1835, Tuhan menyatakan kepada Nabi Joseph Smith tata tertib yang benar dalam presidensi dalam Gereja.

“Karena perlu maka harus ada presiden, atau para pejabat pimpinan ….

Dari imamat Melkisedek, tiga Imam Besar Pimpinan, dipilih oleh badan; ditetapkan dan ditahbiskan pada jabatan tersebut dan disokong oleh keyakinan, iman, dan doa jemaah, membentuk sebuah kuorum Presidensi Gereja” (A&P 107:21–22).

“Kuorum ketiga presiden” (A&P 107:29)—bukan presiden dan dua wakil presiden—tetapi tiga Imam Besar ketua. Kuorum ketiga presiden—Presidensi Utama Gereja Tuhan.

Dunia tidak terorganisasi dengan sendirinya, tetapi inilah cara Tuhan mengorganisasi dan mengatur Gereja-Nya.

Ini mengingatkan saya pada tulisan suci:

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikinalah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8–9).

Kira-kira pada saat ulang tahun ketujuh saya, saya belajar sedikit tentang pergantian dalam Presidensi Utama ketika Presiden George Albert Smith meninggal dunia. Beberapa waktu kemudian, foto di serambi kakek nenek diganti dengan foto yang indah dari Presiden David O. McKay dan para penasihatnya, Stephen L Richards dan J. Rueben Clark, Jr.

Semasa kecil saya benar-benar tidak memahami betapa pentingnya pergantian atau proses pergantian dalam Presidensi—tetapi saya tahu bahwa nabi telah meninggal dunia dan bahwa kita dipimpin oleh nabi Allah yang baru, dengan dua penasihat di sisinya.

Di usia 13, saya dipanggil ke kantor uskup Murray Holt dan dia memberikan sebuah pemanggilan kepada saya untuk melayani sebagai presiden kuorum diaken. Dia berkata kepada saya bahwa saya perlu pulang dan berdoa tentang siapa yang sebaiknya menjadi para penasihat saya. Dia mengajarkan kepada saya bahwa Tuhan akan membantu saya memutuskan. Tuhan memang membantu. Saya kemudian belajar tentang para penasihat, dan saya mulai mengetahui mengapa Tuhan menghendaki Gereja-Nya dipimpin oleh presidensi, bukan hanya presiden. Saya mengasihi para penasihat saya dalam kuorum diaken dan kami berdoa serta bekerja keras untuk membantu anak-anak lelaki dalam kuorum kami. Uskup Holt mengajarkan kepada saya pola presidensi dan mengajarkan kepada saya bagaimana sebuah presidensi seharusnya berjalan dan berfungsi dalam Gereja Tuhan.

Kemudian ketika saya melayani sebagai presiden di kuorum-kuorum lainnya, saya sudah mengetahui pentingnya para penasihat dan saya tahu bahwa Tuhan akan membantu saya untuk memilih mereka—sama seperti apa yang uskup saya telah ajarkan kepada saya.

Sebagai presiden kuorum diaken dan kemudian uskup serta presiden wilayah, saya tahu bahwa apa pun kebijaksanaan, pemahaman atau kemampuan yang saya miliki, itu akan ditingkatkan secara luar biasa ketika saya menyertakan para penasihat saya dalam banyak keputusan yang harus dibuat. Saya belajar bahwa keuntungan dari melayani bersama sebagai seorang presidensi adalah luar biasa dan meneguhkan.

Saya jadi memahami mengapa Tuhan menetapkan bahwa Gereja-Nya hendaknya dipimpin oleh tiga imam Besar ketua dan bahwa bentuk kepemimpinan itu akan ditetapkan ke sebagian besar Gereja

Tuhan berfirman: “Aku akan memberimu suatu contoh dalam segala hal, supaya kamu jangan tertipu” (A&P 52:14). Dia telah memberikan pola kepemimpinan. Presiden Gordon B. Hinckley mengajarkan: “Setiap organisasi dalam Gereja dipimpin oleh sebuah presidensi yang terdiri dari tiga orang, kecuali Tujuh Puluh [dan Dua Belas]” (Teachings of Gordon B. Hinckley [1997], 94). Selain itu organisasi pelengkap, di semua tingkat dipimpin oleh seorang Presiden dengan dua penasihatnya. Semua berkat dan keuntungan dari melayani bersama sebagai presidensi berlaku bagi organisasi-organisasi pelengkap, dan juga bagi kuorum imamat.

Kita masing-masing yang melayani dalam presidensi mana pun di Gereja hendaknya melihat pada Presidensi Utama sebagai pola dan contoh kita yang harus kita ikuti sewaktu kita melaksanakan pekerjaan kita. Kita hendaknya berusaha untuk menjadi seperti mereka dan bekerja bersama dalam kasih dan keharmonisan seperti yang mereka lakukan.

Presiden Gordon B. Hinckley sering berbicara tentang pentingnya para penasihat. Dia mengatakan, “Tuhan menempatkan [para penasihat] di sana untuk sebuah tujuan” (Teachings of Gordon B. Hinckley, 94).

Presiden Hinckley kita lebih lanjut memberikan petunjuk kepada kita: Setiap pagi kecuali hari Senin, Presidensi Utama bertemu (ketika kami di kota). Saya meminta Presiden Faust untuk menyampaikan masalahnya dan kami mendiskusikannya serta membuat keputusan. Kemudian saya meminta Presiden Monson untuk menyampaikan masalahnya dan kami mendiskusikannya dan membuat keputusan. Kemudian saya menyampaikan hal-hal yang ingin saya ketengahkan dan kami membahasnya serta membuat keputusan. Kami bekerja bersama. Anda tidak dapat menjadi pelaku tunggal dalam presidensi. Penasihat—betapa luar biasanya para penasihat. Mereka menyelamatkan Anda dari melakukan hal-hal yang salah, mereka membantu Anda untuk melakukan hal-hal yang benar …” (Teachings of Gordon B. Hinckley, 95; lihat juga “In … Counselors There is Safety,” Ensign, November 1990, 48–51).

Seorang penasihat bagi Presiden Joseph F. Smith pernah menjelaskan bagaimana Presidensi Utama berunding: “Ketika sebuah kasus muncul di hadapan (Presiden Gereja) untuk dinilai, dia dan para penasihatnya akan membahasnya dan memberikan pertimbangan mereka yang cermat sampai mereka mencapai kesimpulan yang sama” (Anthon H. Lund, dalam Conference Report, June 1919, 19; penekanan ditambahkan).

Itu hendaknya menjadi pola kita dalam presidensi-presidensi.

Wahyu-wahyu mengajar kita untuk membuat keputusan-keputusan kita dalam kuorum-kuorum dan presidensi “dengan segala keadilan, kekudusan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan tidak tergesa-gesa, iman dan kebajikan dan pengetahuan, sopan, sabar, takut akan Allah, keramahan persaudaraan dan kasih yang murni” (A&P 107:30).

Tuhan telah memberi kita pola.

Hari ini kita telah mendukung Presidensi Utama baru Gereja. Mereka akan mengajar kita dan memperlihatkan kepada kita pola yang harus kita ikuti. Kebijaksanaan dan kekuatan akan datang kepada kita sewaktu kita memandang Presidensi Utama sebagai teladan kita dan pola kita dalam kepemimpinan.

Berkat-berkat besar akan datang kepada keluarga kita ketika kita mengajar anak-anak kita untuk mengasihi dan mendukung para pemimpin Gereja kita. Semasa kecil ketika berdiri di rumah kakek nenek saya, saya tahu bahwa kita dipimpin oleh para hamba Allah, yang Tuhan telah tempatkan di sana untuk membimbing kita.

Dan saya tahu ini sekarang. Saya bersaksi bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan, Yesus Kristus; dan bahwa kita dipimpin oleh para Rasul-Nya dan Nabi-Nya. Saya bersaksi bahwa Rasul senior, Thomas S. Monson telah dipanggil Allah dan dengan dua penasihatnya yang hebat di sampingnya, mereka akan memimpin kita sesuai dengan pikiran dan kehendak Tuhan, yang memiliki Gereja ini. Dalam nama yang kudus Yesus Kristus, amin.